Monday, November 11, 2013

[seri] Sisi Lain dunia diluar kita 7


#belajar “membaca” lebih

Setiap kita sudah bisa membaca dari kecil, dari SD bahkan dari TK. Kita sudah hafal dan dan sangat lancar kalau urusan membaca.  Tapi yang menjadi masalah adalah, kita hanya sekedar membaca. Tak lebih dari mengeja tulisan yang terangkai dari huruf. Tak ada makna yang masuk.  Padahal membaca tidak hanya mengeja tulisan, lebih dari itu. Dan kemampuan membaca dengan makna luas itu tidak lah dimiliki oleh banyak orang. termasuk mahasiswa bahkan dosen.
Pagi masih memberikan kenikmatan bagi semua hamba yang terus bersyukur. Pagi yang indah untuk memulai aktifitas. Ya, pagi di kampus perjuangan selalu memberikan ke indahan setiap harinya. Tak terkecuali hari ini. Sem ua orang memulai aktifitasnya, ibu-ibu yang seharinya menyapu halaman, perawat taman yang sedang menata taman. Namun ada satu yang menarik, seorang yang berseragam lengkap berdiri disamping rambu-rambu lalu lintas. Berdiri dengan sikap istirahat.
Pagi itu, dengan semangat baru. Saya berjalan melintasi bapak berdiri, mencoba menyapa dengan ramah. “selamat pagi pak, mari !”. Bapak itupun membalas dengan dengan senyum ramah. “mari mas!”. Setelah berjalan beberapa langkah meninggalkan bapak tersebut, saya tertarik untuk bertanya. Pandangan saya melayang kea rah bapak tersebut, dalam pikiran saya, “Mengapa Bapak berseragam lengkap berdiri di samping sebuah rambu lalu lintas ?”. pertanyaan yang keluar dari mulut adalah “Pak, nunggu siapa ?”.
Apa yang kalian pikirkan dari jawaban bapak tersebut ? sungguh di luar dugaan. Bapak itu mengatakan ”Tidak menunggu orang mas. Ini jaga biar gak ada yang menerobos rambu-rambu lalu lintas. Kadang-kadang ada yang menerobos”.  Ini di kejadiannya di kampus, bukan kampung. Masyarakat kampus yang intelektual pun seperti itu. Seolah tidak bisa membaca rambu-rambu lalu lintas. Padahal punya SIM. Apakah SIM nya hasil test atau beli ?.
Aneh kawan.. paradoks di Kampus ku. Meskipun masyarakat intelektual, mereka melanggar peraturan kalau tidak ada yang menjaga. Mereka seolah tidak bisa membaca rambu-rambu dan mental budak yang hanya taat peraturan jika ada majikan yang mengawasi. Bukan hanya mahasiswa yang melakukannya, dosen pun tidak mau kalah untuk ikut melanggar.
Lucunya Negeri iku,  masyarakat intelektual pun tidak intelek menyikapinya..

Semoga saya bukan termasuk orang-orang melanggar peraturan itu, begitupun juga dengan anda/

0 comments:

Post a Comment