Saturday, July 13, 2013

Keangkuhan Bulan

Pesona malam dilautan
Indah pantulan sang rembulan
Bersama tarian gelombang penuh keserasian
Diiringi nyanyian gemericik riak air yang bertautan
Taburan bintang dan awan
Pelengkap keharmonisan
Bintang dan rembulan yang berkawan
Dan awan hitang adalah lawan
Pesona malam dilautan
Sang rembulan penuh keangkuhan
Lupa akan tidak berdayaan
Karena cahaya keindahan itu hanya pantulan
Pantulan dari sinar sang keabadian
Pesona malam di lautan
Bintang lambang kesetiaan
Cahaya indahnya saat langit dalam kegelapan
Terlupakan oleh rembulan penuh keangkuhan
Bintang terlupakan dalam kerendah hatian
Memaafkan sang rembulan
Bintang kan tetap pada kesetiaan
Menghiasi malam saat bulan dalam keterpurukan
Pesona malam di lautan
Awan hitang berlainan
Senang-senang tanpa kepedulian
Tak peduli dengan keangkuhan rembulan
Tak peduli dengan bintang dengan kesetiaan
Mungkin awan hitam adalah teguran
Bagi rembulan dan cahaya keangkuhan

Mengingatkan akan jati diri penciptaan

Zikir

Jangan kau meninggalkan zikir (mengingat Allah) hanya karena ketidakhadiran hatimu dihadapan Allah saat berzikir! Kelalaianmu dari zikir kepada-Nya lebih buruk daripada kelalaian hatimu disaat zikir kepada-Nya. Semoga Allah berkenan mengangkatmu dari zikir yang disertai kelalaian menuju zikir yang disertai kesadaran; dari zikir hati, sari yang disertai hadirnya hati menuju zikir yang mengabaikan selain yang diingat (Allah). “Dan yang demikian itu bagi Allah tidaklah sukar”(Qs. Ibrahim: 20)
(Ibnu Atho’illah)
Inilah tangga bertingkat dalam amal manusia, bahwa amalan itu terlihat dhahir dan sampai terasa sampai batin. Dalam melakukan amalan, seseorang akan bertingkat-tingkat rasanya meskipun amalannya sama. Jika orang awam yang melakukannya, beda nilainya dengan seorang alim yang melakukannya. Dan disitulah kelebihan bagi orang-orang yang berilmu.
Namun, bukan berarti dengan tidak bisanya kita mencapai tingkatan amal yang bernilai dengan apa yang dilakukan orang alim, kita tidak melakukan amalan tersebut. Memang Hakekat itu penting, tapi menuju pada tingkat hakekat itu perlu dilewatinya tangga syari’at. Seperti ungkapan yang sering kita dengar, “Syari’at tanpa hakekat adalah buta, hakekat tanpa syari’at adalah sesat”. Seorang melakukan amalan seharusnya mengetahui apa sebenarnya hakekat dari apa yang ia kerjakan. Karena jika tidak ia mengetahui akan hakekat dari apa yang ia kerjakan, maka tidak akan ada perubahan dari apa yang ia kerjakan. Juga dengan sudahnya kita mengetahui hakekat dari sebuah amal, bukan berarti kita meninggalkan syari’at, karena sejatinya semua perintah-perintah itu berupa syari’at yang harus dikerjakan tanpa menyinggung langsung hakekatnya. Sedangkan hakekat itu adalah olah rasa dan ilmu dari inti amalan-amalan yang dikerjakan.
Ibnu Atho’illah telah mengingatkan kepada para muridnya, bahwa zikir yang intinya mengingat Allah dengan hati yang sadar adalah penting. Namun jangan meninggalakan zikir meskipun belum bisanya diri kita menghadirkan hati-hati kita dalam setiap zikir tersebut. Melalaikan zikir lebih buruk dari pada tidaknya kita menghadirkan hati dalam zikir, meskipun inti zikir adalah menghadirkan hati untuk mengingat Allah.Ibnu Atho’illah mengingatkan pentingnya tetap melakukan syari’at  meskipun hati belum bisa hadir, karena dengan tetap melakukan zikir-zikir tersebut, hati ini sedikit demi sedikit akan dibawa menuju tangga hakekat. Sehingga sang alim berkata  dari zikir hati, sari yang disertai hadirnya hati menuju zikir yang mengabaikan selain yang diingat (Allah).



Semakin Dekat

Perjalanan singkat yang sesungguhnya adalah bila kau memperpendek jarak dunia sehingga engkau dapat melihat akhirat lebih dekat kepada mu
(Ibnu Atha’illah)
Dunia itu semakin menjauh dan akhirat itu semakin mendekat. Begitulah ungkapan yang pernah terdengar, bahawa ada seorang yang bertanya kepada imam Al-ghazali tentang dua perkara, apa sesungguhnya yang semakin menjauh dan semakin mendekat.  Jawaban sang alim, dunia semakin menjauh, sebanding dengan umur yang semakin bertambah. Bahwa bertambahnya umur kita berarti akan semakin dekat pula kita pada waktu yang telah ditentukan. Pemutus segala kenikmatan yaitu kematian. Semakin lama kita berada di dunia sejatinya bukan semakin dekat dan semkin membuat kita yangkin bahwa dunia ada dalam genggaman tangan kita. Justru sebaliknyalah yang terjadi.
Sang alim juga menjelaskan apa hal yang semakin dekat dengan kita, yaitu hari akhir. Bahwa dengan semakin panjang umur kita berarti kita sudah mendekati limit umur kita di dunia, dan berarti kita akan memasuki dunia baru yaitu alam barzah. Menunggu dalam sekat tabir akan balasan dari apa yang kita usahakan selama di dunia. Seharusnya kita semakin tersadar, bahwa sesungghnya akhirat kita semakin dekat, sedetik, semenit, sejam, sehari, sebulan setahun. Semakin dekat.

Sudah tentu pertanyaan selanjutnya adalah apa yang sudah kita siapkan untuk kita bawa”pulang” ?. Sungguh indah nasihat dari sang mursyid, tentang bagaimana seharusnya kita menghadapi akhirat yang semakin dekat, mengingat bahwa mempersingkat perjalanan, memperpendek jarak dunia. Memperpendek jarak dunia adalah dengan menjahuinya, tidak menyibukkan diri dengan kenikmatan dan syahwat dan tidak terlena disana. Sehingga kita dapat kita lihat bahwa akhirat lebih dekat, lebih dekat dalam hati, yang akhirnya membuat kita semakin cepat mempersiapkan bekal dalam kehidupan akhirat yang kekal nan abadi. Hal itu kan ada dalam hati, jika sudah ada cahaya keyakinan (nurul yaqin) dalam hati.

Rencana-Nya

“apapun hasilnya nanti, yakinlah bahwa itu semua adalah yang terbaik dari Allah. Jangan pernah berprasangka buruk. Kita tidak pernah tahu, ada apa dibalik ini semua. Mungkin Allah sudah menyiapkan yang lebih baik dari pada yang kita inginkan”
Kurang lebih itulah nasihat yang ku terima saat menjelang pengumuman masuk perguruan tinggi lewat jalur PMDK. Bersama kesunyian malam dalam kekhawatiran kan hasil yang muncul, nasihat dari bapak itu sungguh menyejukkan. Tidak membuat kita pesimis dan juga optimis. Apapun hasilnya, itulah yang terbaik, karena skenario itu sangat sempurna tak ada cacat di dalamnya.
Tiga tahun lalu, nasihat itu diucapkan sebagai oase kegundahan akan ujian yang akan muncul setelah ini. Bisa dibayangkan, belajar setiap hari persiapan masuk perguruan tinggi siang malam tak kenal lelah bersama kawan-kawan resholusi akan terbayar. Jika masuk alhamdulillah, kalau tidak masuk, seolah kerja keras itu tidak ada harganya sama sekali. Tapi seperti itulah memang adanya.
Seolah malam itu baru kemarin, baru kemarin duduk bersama kedua orang tua. Berbaring dipangkuan ibu mendengarkan nasihat itu. Serasa memori otak ini masih jelas merekam semuanya, detail. Sekarang nasihat itu seolah terdengar lagi persis. Namun, yang menjadi beda adalah masalah yang dihadapi bukuan masuk perguruan tinggi, tapi kerja praktek. Sudah sejak bulan kemarin persiapan kerja praktek sudah disiapkan. Tapi masih ada saja masalahnya. Bukan kurang  masalah perlengkapan administrasinya. Tapi karena tidak bolehnya melakukan kerja Praktek dengan cewek dalam satu tempat kerja praktek. Harus ada kawannya, 2 cowok 1 cewek, 1 cowok 2 cewek atau lebih. Ya, tapi itulah keputusan sang pengampu kerja praktek di jurusan. Mencegah hal-hal negatif yang akan ditimbulkan. Saya sangat sepakat dengan peraturan tersebut, namun ketika peraturan itu menimpa diri sendiri rasanya sangat berat. Hingga singkat cerita akhirnya dapat banyak teman untuk KP di tempat yang sama. Namun ini juga menjadi masalah baru. Semua persiapan berkas KP sudah semua, ehh.. masih ada satu kawan yang masih belum lengkap secara administrasi. Padahal menurut hitungan itu sudah masuk waktu injury time. Bayangkan kawan, kita mau mengajukan proposal KP, tepat satu minggu dengan waktu yang kita ajukan untuk KP. Kau kira Perusahan itu milik eyang mu ?. hingga akhirnya semua failed. MAAF SUDAH PENUH DENGAN MAHASISWA KERJA PRAKTEK, SILAHKAN TUNGGU BULAN DEPAN JIKA MASIH ADA. Hhaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa........ (stressssss..)
Namun itulah cara Allah mengatur skenario indah itu, semua terbukti tepat dengan nasihat bapak. Ini adalah yang terbaik dari Allah dan sedang disiapkan rencana yang paling bagus untuk kita. Tepat diterik siang langit surabaya, saat semua isi kepala sudah mendidih karena Proposal KP belum mendapatkan acc juga, tiba-tiba HP bergetar tanda ada pesan masuk..
“jarkom, dicari mahasiswa angakatan 2009 dan 2010 yang akan mengambil TA tentang sedimentasi bisa hubungi mas andi 2007. Source : rifta”
Isi kepala yang panas dan buntu karena nasib KP yang semkin diujung tanduk reflek menggerakan jari-jari memencet tuts keypad HP dan menuliskan kalimat tanya dengan harap masih bisa gabung. Sent massage sesaat kemudian pesen wes dikirim.  Kemudian, Hp bergetar kembali tanda Pesen ditampa, tertulis oe07 andi. Dan tertulis “msih bisa, sekarang dmana ? bisa ke kantor ?”. tiba-tiba ada celukan masuk ke HP, oe07 andi. Bla..bla.. yang intinya bisa bergabung dengan penelitian di kalimantan. Seketika juga bertemu singkat, ngobrol bla..bal..bla.... bahar berangkat besok bisa ? kalau tertalu mendadak bisa berangkat sabtu bareng pak aris..
Haaaa.... (histeris) seolah panasnya kepala itu hilang berganti rasa senang dan .. masih tidak percaya. Borneo.. akhirnya pergi ke borneo, padahal rasanya baru kemarin bermimpi, berdo’a dan berharap. Kapan bisa menjelajah ke pulau borneo. Terjawab sudah.. ternyata rencana indah itu memang  sudah disiapkan, diluar prediksi. Asyikkkk borneo.. borneo.. liburan..liburan...
Ah, membuka kembali buku ulama’ terkemuka dunia, Al-Hikam karya Ibnu Atha’illah, nasihatnya sungguh terasa,
Jika kau tidak bisa berbaik sangka kepada Allah karena kebaikan sifat-sifat-NYA, berbaik sangakalah kepada-Nya atas kebaikan perlakuan-Nya terhadapmu. Bukankah Dia selalu memberi mu yang baik-baik dan mengaruniamu berbagai kenikmatan ?

19 juli 2013

Hadiah terindah itu. KELUARGA PUSKOM


Ukhuwah itu..
Pelangi warna langit perjuangan dengan spektrum kebersatuan Warna yang indah
Harmoni alunkan nada-nada indah perjuangan yang menembus sanubari.
Seimpul ikatan hati-hati kita dalam tambatan iman
Sinergi saling mengisi untuk jadi pribadi madani
Akselerasi saling mendorong inisiasi percepatan kebaikan
“ukhuwah itu aku, kamu dan ALL umat muslim seluruh nya”
è Sebuah hadiah kecil dari keluarga Puskom buat Bapak Direktur FSLDK akhina Baharudin fahmi
“ semoga bermanfaat”
Tulisan disecarik kertas kecilmasih terus ku pandangi, dengan mata yang berkaca-kaca. air mata kebahagian disudut mata, seolah tak percaya dengan apa yang ada di depan mata. Surat kecil datang tidak sendirian, bersama bungkusan kado bunga-bunga yeng belum juga ku buka. Hanya memandangi dengan tangisan keharuan karena kejutan yang sangat wah. Tak pernah ku berpikir bahwa malam ini akan ada hadiah dari keluarga kecil yang sering kami sebut PUSKOM.
Sungguh malam mendung itu berubah menjadi indah, seolah bintang membentuk gugusan :) , tersenyum ikut senang.  Ah, terlalu cengeng kalau harus menangis. Tapi semakin ditahan, tetesannya semakin deras menganak sungai. Sebuah bungkusan kado hadiah bukan di momen spesial, bukan milad. Hanya tanggalnya tepat satu bulan sebelum tanggal kelahiran ku, 18 Juni. Hanya mematung dan memutar-mutar bungkusan tersebut, belum berani membuka.
Semakin ku beranikan untuk membuka kado tersebut, semakin bergemuruh isi dada ini. Menunggu kejutan apalagi yang keluarga kecil ini berikan. Sebuah kubus keluar dari selimut kertas kado motif bunga itu, dan... hah, tidak ku sangka mereka memberikan hadiah itu. Sungguh, kenapa mereka memberikan hadiah yang isinya barang itu ?. Padahal besok atau lusa aku akan membelinya.  Sebuah Handphone dari pabrikan ternamaan korea. Mungkin mereka tahu, karena sebelumnya HP yang biasa dipakai masuk kedalam panci saat masak mie untuk sahur. Hingga layarnya gelap ¾ nya.
Ternyata sebenarnya keluarga ini ingin menyiapkan kejutan itu pada saat milad ku nanti, tapi mereka akhirnya mempercepat sebelum hari milad itu. Tak tau harus bagaimana membalasnya, bukan membelas secara materi. Karena jika itu, mudah saja membalasnya. Tapi membalas dengan harga dan rasa yang sama, mungkin sulit. tapi janji dalam hati ini, pada suatu saat nanti ku akan membalas semua yang telah mereka berikan. Tunggu saja kejutan selanjutnya..
---- Keluarga Puskom  ------
Sungguh indah ukhuwah islamiyah itu, tidak terbatas oleh sekat ikatan darah, kesukuan dan sebagainya. Sungguh kuat ikatannya dengan simpul-simpul keimanan. Mengikat erat dan menghimpun dalam keluarga kecil “PUSKOM”. Keluarga yang selalu menenangkan dalam kegundahan, menghibur dalam kesedihan, menjadi tempat berpaling dari kerinduan akan kampung halaman, karena semua semua senasib sepenanggungan. Keluarga yang selalu berbagi dan belajar memahami. Berbagi semua masalah dalam kehidupan, belajar memahami karakter satu dengan yang lain.
Sungguh, hadiah terindah itu bukanlah kado yang ada di atas meja, bukan juga isinya.  karena sejatinya Hadiah yang sebenarnya adalah ukhuwah, dan ukhuwah itu terajut indah dalam kado yang bernama  KELUARGA PUSKOM di atas meja keimanan.
Jazakumullah khairan katsiran untuk Akh Lulu Fajar Ramadhan, Ukh Intan Kartikasari, dan Mbak Rosmayani Noor Latifah, akan ku bingkai kenangan ini hingga raga tak bernyawa lagi.

                                                                                                                                        18 mei 2013

Lakoning urip

“mosok tho le, sirah iki sing nggone ng nduwu, diseleh ngisor gawe sujud laing sitik kapeng limo sedino. Mosok gusti gak wenehi opo sing dadi pangerepe awake dewe ?”
Tiba-tiba teringat kata-kata itu lagi, sebuah kata yang pernah terdengar indah dan menggugah hati 3 tahun silam. Sebelum kaki ini menginjakan kaki di bumi pahlawan. Kata-kata yang ku dapat dari seorang kakak kelas setelah dia melakukan perjalanan “tour de Java”. Petuah dari seorang bapak yang sudah sangat berumur ketika mereka berbincang dalam kereta.  Diusia senjanya bapak tersebut telah menuai hasil dari kerja kersanya ndidik anak sampai wes dadi wong. 5 orang anaknya telah dia antar menjadi orang-orang sukses dan mempunyai jabatan yang dibilang tinggi. Padahal kalau kita pikir, dengan pekerjaan yang seadanya, tidak mungkin bisa. Tapi bapak itu optimis, gusti iku gak bakal nelantarne hambane.
Mosok gusti gak bakal wenehi opo sing dadi pengerepe awake dewe, padahal sirah iki wes diseleh ngiisor, sujud sembahyang ngagungake gusti Allah.
Seolah baru kemarin sore aku mendapatkan kta-kata itu di serambi masjid sekolah, saat melepas lelah menunggu sore untuk pulang. Sekarnag kata-kata itu terbukti untuk kedua kalinya dan ku rasakan dengan momen yang sama. Sepanjang perjalan kata itu terus menggantung  dalam pikiran, memenuhi semua ruang kosong dalam kepala,beriring lisan yang tak pernah lepas dari syukur. air di sudut mata seolah menjadi pamungkas dari lisan yang lagi bisa mengucapkan syukur betapa senangnya hati.
Belum genap satu bulan mungkin, tapi do’a lan pangerepe ati iku kedadian. Bermula dari cerita-cerita tentang kalimantan saat seorang kakak angkatan sedang pulang kampung.  Berkisah tentang kalimantan dan segala eksotis alam borneo. Ati iki langsung krenteg pengen lan ndungo.Kapan ya bisa jalan-jalan ke Borneo ?. Jadi pengen KP ke daerah sana, sambil jalan-jalan menjelajah indonesia. “Ya insya allah, nanti kan ada FSNAS di Kalimantan Barat” kata kakak tersebut.  Kapan ya bisa ke kalimantan ? pertanyaan yang akhirnya hilang dalam tidur dan tetap menjadi keinginan, do’a yang entah kapan akan dijawab oleh Allah.
Lakoning urip iku gak iso mung  semono ae, 1+1 iku durung mesti 2. Gak enek sing ngerti opo sing bakal kedadean sesok isuk. Kejadian hidup itu memang penuh misteri dan penuh kejutan-kejutan bersama dengan dinamika kehidupan, siang malam itu setiap hari berbeda. Hari esok pun tidak ada yang mengira, bahwa pertanyaan “kapan ya bisa ke kalimantantan?” itu terjawab, dibayar lunas oleh Gusti Allah. Tepat di siang itu, Rabu 19 Juni 2013, do’a itu terkabulkan persis dengan apa yang dulu diminta. Bisa ke kalimantan, gratis pula. Allah telah menghadiahkan itu, ada penelitian yang bisa dijadikan tugas Akhir disana, dengan tema besar sama persis dengan apa yang sedang tak ingin kan untuk kerja Praktik di Pleindo III, SEDIMENTASI. Tim penelitian masih butuh orang yang bisa membantu, dan alhamdulillah bisa bergabung sekaligus dapat Judul Tugas Akhir. Bibir ini kelu, kaku. Mesti tidak ada tulangnya. Alhamdulillahh..........
Apa yang kau minta tak akan terhalang selama kau memintanya kepada Tuhan mu. Namun, apa yang kau minta tak akan datang selama kau mengandalkan dirimu ( Ibnu Atha’ilah)
“Bedo’alah kepada KU, makan AKU akan mengabulkannya”
“dan mendekatlah kepada Ku dengan sabar dan sholat”
“maka nikmat tuhan mu manakah yang kamu dustakan ?”

19 Juni 2013