Thursday, February 25, 2016

[MEMBACA]


"Buku adalah jendela dunia"

kata - kata ajaib itu adalah salah satu dari yang biasanya ada di sampul buku kertas warna cokelat, dengan gambar anak sekolah (generasi siswa era90-an pasti tau). Salah satu kewajiban siswa (termasuk saya) saat itu adalah menyampul sendiri buku mereka agar terlihat rapi.. tapi ya namanya anak-anak dengan berbagai tipe. ada yang disampul malah gak karuan. tapi terserahlah.

Hari ini saya nulis bukan untuk nostalgia siswa era-90an. Tapi tentang arti salah satu tulisan di sampul itu dalam hidup saya. MEMBACA. Saya bukan seorang kutu buku yang berkaca mata tebal dengan terkancing rapi dari bawah sampai atas, rambut berponi dan hidung ingusan (mirip gambaran anak kutu buku di film2 kartun). Sebagai anak desa dengan sekolah yang sangat mewah (mepet sawah) yang kalau main kasti dan pukulan keras bisa homerun (mirip main baseball) karena yang jaga sibuk nyari bola yang masuk di antara padi yang sudah tumbuh sepanggul. Kalau istirahat bisa mancing ikan  cuyu (yuyu) atau sekedar keperpustakaan... haha ciyee..

Namun dari situlah awalnya saya suka membaca, padahal diawal datang ke perpustakaan hanyalah untuk mengikuti trend. Sebagai anak kelas 3 SD yang sudah tidak ingusan  tidak ada yang dibaca selain komik pahlawan super kucing (bukan Tom) yang melawan musuh-musuh penyerang kota. haha.. Rebutan untuk meminjam, kalau perlu disembunyakan biar yang lain tidak bisa pinjam.. hahaha..

Setelah masuk kelas 5, dengan pelajaran sejarah yang sangat enak didengar (karena gurunya seperti mendongeng) dan harus menghafal tahun - tahun kejadian sejarah, misal pendaratan jepang di indonesia tanggal 8 maret, pengeboman pearl harbour, perjanjian linggar jati dst.. fuihh. Tapi semuanya saat itu sangat menarik. Sehingga kelas bacaan ketika masuk perpustakaan sudah berbeda. Tema sejarah adalah favorit, Palagan Ambawara, Perang Paderi, Pattimura, Serangan Umum 1 maret, Bandung lautan api.

Kebiasaan membaca sudah berkurang sejak masuk kelas 6, maklum persiapan UN menghabiskan waktu bermain (Meskpiun saat UN malah belajar catur) dan tidak ada yang dibaca selain buku - buku pertanyaan ujian. Sampai - sampai hafal diluar kepala, lihat pilihan jawaban langsung tau soalnya apa. Hanya sesekali selingan membaca majalah Soccer, maklum selain baca, saya pernah menjadi seorang gila bola yang jam 2 malam begadang dan bersorak di depan TV.

Lanjut SMP, kebiasaan membaca tidak kunjung naik, hanya membaca majalah soccer hasil pinjam tetangga sebelah. Selain itu karena waktu SMP saya masuk sekolah siang, pagi ekstrakulikuler, malam belajar dan tidur. Tidak ada waktu untuk membaca. Namun semua berubah saat dunia api menyerang saat memasuki kelas 2, hidup kembali normal karena sekolah masuk pagi dan guru bahasa indonesia sangat top. Suruh nulis cerpen dan resensi buku. Walhasil akhirnya masuk perpustakaan bukan nyari buku, tapi baca koran BAB olah raga untuk memantau skor pertandingan. Tapi dari sinilah mulanya.. Saya terpaksa punya kartu pinjam perpustakaan karena teman saya bayar berlebih dan tidak ada kembalian, jadilah dia daftarkan saya meskipun awalnya nolak. Namun dari situlah kemudian saya sangat rajin  pinjam buku. Buku pertama yang saya pinjam adalah "Dialog Ketuhanan Yesus' karangan K.H. Bahaudin Mudhory dari Madura yang mengisahkan dialognya dengan penganut katolik yang penasaran dengan islam. Buku yang ditulis secara runut tanya jawab pertemuan 3 malam tersebut. 

Selain itu, saya juga punya kawan yang suka baca, menjadi anggota perpustakaan kabupaten. Mulailah kesenangan baca meningkat, kalau istirahat sekarang baca buku. Buku kontroversi sejarah nasional yang paling saya gemari, Kontroversi "kepahlawanan" Pak harto dan tuduhan perusakan sejarah nasional tentang serangan umum 1 maret adalah yang paling menarik. Sebab membuka pikiran saya tentang kebenaran sejarah nasional yang simpang siur. Kemudian sejarah kudeta berdarah PKI dan adanya indikasi kalau pak harto mendapat bantuan CIA dalam penumpasan PKI dan Konrtoversi  SUPERSEMAR yang dijadikan alat "kudeta" dan adanya indikasi kalau Pak karno tanda tangan dibawah ancaman senjata.

Semakin lama, bacaan yang beragam mulai masuk. Sastra dan Agama adalah tema buku penting dalam bacaan saat SMA. Ketika novel Kang Abik dan Andrea Hirata meledak dipasaran adalah santapan lezat. Ayat - ayat cinta, KCB 1 dan 2, Dalam mihrab cinta, pudarnya pesona cleopatra adalah sederet karya kang abik yang menarik dibaca saat itu. Novel menggugah andrea hirata dalam tetralogi Laskar pelangi juga habis, tinggal buku ke 4 maryamah karpov yang belum (sampai hari ini). Untuk buku tema agama, lebih banyak dapat dari paman yang seorang pengurus ranting muhammadiyah yang berlangganan Al wa'ie Hizbut tahrir dan ikut ngaji di Majelis Tafsir Qur'an.
Jadilah tidak kaget dengan tema "khilafah" yang ketika saya masuk kampus mendapat tawaran - tawaran untuk gabung di dalamnya, karena semua dalil sudah dihabisi ketika ikut kajian hadits di majelis kajian hadist di Muhammadiyah. Selain itu juga berkenalan senior di SMA yang kuliah di UB, ITB dan ITS dan kampus sekitar Nganjuk. Jadilah semakin banyak aneka bacaan tema agama. Buku "agar bidadari cemburu padamu", "Nikmatnya pacaran setelah pernikahan" karya salim a fillah, kemudian seri majalah era muslim, serial cerita akta (cewek SMA) karya asmanadia, Buku panduan mentoring milik UPI, juga dari kawan - kawan SMA seperti la tahzan, pesona sholat subuh dll, selain juga buku tentang kontroversi amalan bid'ah masyarakat pada umunya. Tapi yang paling fenomenal adalah saya sudah pernah memegang buku "Rekayasa Lembaga Dakwah Kampus" yang saat di kampus ternyata semacam buku sakti dan menjadi rujukan. 

Ternyata sintesa dari semua buku tersebut menyatu ketika masuk dunia kampus, semua yang anak - anak lain anggap ketika masuk kampus dan cerita pergerakan mahasiswa, saya udah pernah membacanya katam 2 kali ketika MABA.

namun, satu keyakinan yang pasti..

"sebanyak apapun yang kamu tahu saat ini, masih banyak hal yang tidak kamu ketahui"

Monday, February 22, 2016

Mengambil Titah Illahi

Maaf bapak, saya mengambil menikahi puteri mu



Pagi itu, suara tangis meledak memecah keheningan dan kekhusukan dalam masjid. Semua jamaah berkumpul berbaris rapi menatap lingkaran kecil di tangah depan mimbar. Bukan menyimak khotbah, namun menyaksikan pengambilan sumpah suci dari Illahi. Hujan Bulan Februari memang spesial bagi kami, Sebab datangnya setelah kami melewati panasnya terik kemarau dan godaan oase fatamorgana. Penyerahan mandat seorang bapak, yang puteri diambil  dinikahi oleh seorang anak muda yang baru saja beberapa bulan lalu datang bersama keluarganya, kepada hakim yang telah beliau tunjuk sebagai orang kepercayaan untuk menyerahkan puterinya kepada seorang pemuda.

Tangisan menggetarkan hati, terbata - bata mengucapkan serah terima wali. Aku tak sanggup menafsirkan tangisan itu. Tangisan kesedihan karena puteri yang telah lama beliau didik dan besarkan, tiba-tiba diambil  dinikahi oleh pemuda yang belum jelas masa depannya. Ibarat kalian menanam bunga yang indah, mulai dari kecil hingga kuncup kau merawat dan kemudian saat menunggu mekar, bunga itu diambil oleh orang, "yang katanya pecinta bunga" yang baru saja kau kenal. Atau tangisan bahagia sebab puterinya telah tumbuh dewasa. Andai ibunya masih ada, mungkin tak bisa beliau ungkapkan kebahagiannya untuk momen pagi itu..

Detik-detik itupun tiba, saat yang paling dinanti oleh semua mata yang menyaksikan momen bersejarah pagi itu.  Mendung pagi menambah kekhusyukan momen sakral dalam hidup ini, saat dimana seorang anak ingusan kemarin sore mengambil titah langit. Titah illahi untuk membimbing seorang puteri yang semua ada pada orang tuanya, menuju pundaknya yang ringkih.

Wali pun akhirnya memulai.. satu..dua..tiga..

اَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَا نِ الرَّجِيْمِ * بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِِِ الرَّحِيْمِ *
اَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمِ ... ×3 
مِنْ جَمِيْعِ الْمَعَاصِيْ وَالذُّنُوْبِ وَاَتُوْبُ ِالَيْهِ
اَشْهَدُ اَنْ لآاِلَهَ اِلاَّالله ُ * وَ اَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ *

بِسْمِ اللهِ وَالْحَمْدُِللهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ للهِ سَـيِّدِنَا مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِاللهِ وَعَلى آلِهِ وَاَصْحَا بِهِ وَمَنْ تَبِـعَهُ وَنَصَـَرهُ وَمَنْ وَّالَهُ. وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّبِاللهِ اَمَّا بَعْدُ : أُصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَي الله فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْن.
يَا .......... بِنْ ............ ! اَنْكَحْـتُكَ وَزَوَّجْـتُكَ ِابْنَتِيْ ................................ بِمَهْرِ .............. نَـقْدًا.


kemudian aku pun menjawab dengan kalimat singkat, padat dan tanggung jawab dunia-akhirat


قَبِلْتُ نِكَاحَهَا وَتَزْوِيـْجَهَا بِالْمَهْرِالْمَذْكُوْرِ نَـقْدًا

artinya kurang lebih seperti ini ;
SAYA TERIMA NIKAHNYA DAN KAWINNYA
_______________ BINTI _______________

DENGAN MASKAWINNYA YANG TERSEBUT TUNAI.

namun yang sebenarnya adalah,
"Saya siap menanggung semua dosa apabila lalai dalam membimbing dan menjaganya. Saya siap menjalankan hak dan kewajiban yang telah diatur oleh Allah dan rasul-Nya....(silahkan lanjutkan sendiri)"

ah, tiba-tiba rasanya menjadi kecil (padahal emang kecil), hujan yang belum turun dari langit pun airnya sudah menggantung diujung mata. Lembaran baru itu telah dibuka, hujan telah turun dan saatnya menyiapkan pelangi indah setelahnya. Ayat itupun bergema "Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka"

Mengambil titah illahi, 
Siapa kau berani - berani mengambilnya?
sekuat apakah kau?
sehebat apakah kau?

Friday, February 19, 2016

Mengundang Hujan



Ada kalanya kau akan menunggu datangnya hujan, menanti penuh kesabaran di bawah terik siang tak berawan. Mengelap peluh kapayahan karena hujan tak kunjung datang. Bahkan awan gelap undangan hujan pun tak kelihatan. Mungkin memang demikian Allah ciptakan hujan, rahmat yang turunpun tak dapat kau perkirakan. Kau harus tau kawan, hujan adalah rahmat Tuhan.

Seperti pagi itu, undangan hujan tak begitu menampakkan datangnya. Tapi bagi kami berdua (mungkin tidak hanya kami), hujan itu telah deras membasahi. air cucurannya telah mengalir kedalam hati, menganak sungai hingga ke pipi. Meskipun kau tahu, mendung awan tidak kelihatan, rintik air langit pun jua tak turun. Sebab ini bukan hujan biasa, ini adalah hujan spesial di 6 Februari, hujan rahmat dari Allah. Keberkahan yang bercucuran (semoga) membasahi bumi dimana nanti kami akan berpijak dan dimana kami akan menanam kebaikan. Biarkan hujan rahmat itu yang nantinya akan kami menyuburkan apa yang akan kami tanam.


"hujan spesial di hari yang cerah. bahkan tak ada sedikitpun tanda-tanda hujan akan turun di 6 februari itu. tapi, kami berdua, saya dan dia, merasakan rintik air gemuruh di dalam hati. deras membawa kebahagiaan."
(Maghfirotul Izzah, 2016)

Hujan hari itu adalah awal. Awal bagi kami berdua untuk menikmati rintik air dan gemuruh petir berdua. Bercengkrama dan diselingi tawa, bersama secangkir cokelat hangat kesukaan kami. Menikmati hujan dari balik jendela, sambil menunggu indahnya pelangi setelahnya. Pelangi yang akan hadir setelah hujan turun, warna - warninya adalah goresan kebahagian.

Hujan hati itu adalah awal. Awal dari kami untuk saling mencari saat hujan mulai datang. Takut kalau salah satu akan kehujanan dan tidak dapat tempat berteduh dan teman untuk menikmati hujan. Bukankah kau kadang juga merasakan takut jika gemuruh halilintar itu menyambar - menyambar di langit saat kau sendirian?

Selamat menikmati hujan

6 Februari 2016
Hujan Spesial di Masjid Amir Mukti
Hujan rahmat beriring do'a dan ikrar suci 
Hujan Spesial yang akan kami nikmati hingga akhir hayat nanti

Saturday, February 6, 2016

Hujan Bulan Februari

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Kata Pengantar

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، أَمَّا بَعْدُ؛


وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Ba'da tahmid dan sholawat.
tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

( Hujan Bulan Juni - Sapardi Djoko Damono)

Jangan Menghidar, Sebab hujan itu rahmat
Bukan maksud menjadi tandingan puisi yang melegenda milik si mbah Sapardi Djoko Darmono tentang hujan bulan Juni. Memang bukan itu maksud dari tulisan yang akan pembaca nikmati berseri - seri, berhalaman - halaman. Semoga anda sabar menanti setiap tulisan baru yang akan muncul disetiap episodenya. Memang tidak ada yang lebih indah dari "jeritan" perasaan mbah Sapardi saat mengolah kata yang bernas padat makna. Siapa yang berfikir tentang bijaknya hujan di Bulan Juni?, ya hanya mbah Sapardi, hujan diantara terik matahari, kisah kasih tulus hujan pada tanaman dan rumput ilalang. Seperti cintanya fajar pagi pada gelapnya malam. Tulus ikhlas dan menentramkan.

Tulisan - tulisan seri pada Hujan Bulan Februari mencoba mengambil angel  lain dari tarian - tarian hujan yang diiringi suara gemericik bersaut. Hujan Bulan Februari memang saatnya musim hujan, bahkan puncak musim hujan. Meskipun mendung tak selalu hujan bukan ?. Kalaupun hujan, tidak salah bukan ?.

Diantara hujan dan gemericiknya tetesan airnya di cucuran, masih ada orang yang merasa sempit hati. Menggerutu, mencemooh, mengumpat atau bahkan memaki hujan yang turun di atas kepalanya. Salahkah hujan? atau yang salah adalah hati mu?. Hujan hanyalah menyampaikan salam dariNya untuk hamba-hamba dan makhuk yang ia rindu kepadaNya. tidakkah kau rindu padanNya?

Jangan menghindar. Hujan itu rahmat.
Diantara sedikit orang yang mensyukuri hujan itu, kami mencoba menjadi salah satunya. Mengumpulkan butir kebaikan dan rahmat yang diturunkanNya untuk semua makhluk yang bersyukur dan bersujud kepadaNya. Kami coba himpun tetesan-tetesan air rahmat yang menyapa bumi dengan kedua tangan tengadah. Dan seri tulisan Hujan Bulan Februari ini nantinya adalah hasil dari tetesan - tetesan air dan rahmat yang berhasil kami himpun, kami teguk dan kami maknai tiap butir tetesannya. Tetesan yang kami kumpulkan dalam wadah sakinah, mawadah dan rahmah.

Semoga bermanfaat jika pengunjung sempat membaca semua ini..
Semoga Allah membimbing kita semua..


Launching Tulisan "Hujan Bulan Februari"
Hari Sabtu, 6 Februari 2016
Jam 08.00
Bertempat: Masjid Amirul Mukti, Jl. Jambangan IX