Showing posts with label renungan. Show all posts
Showing posts with label renungan. Show all posts

Saturday, October 13, 2018

Penataan Batas Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Dalam Dirjen KP3K No 2 Tahun 2013 dimaksudkan sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan Penataan Batas di Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K), terdiri dari:
a.    Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K);
b.    Kawasan Konservasi Maritim (KKM);
c.    Kawasan Konservasi Perairan (KKP); dan
d.    Sempadan Pantai.

Penataan batas dalam rangka realisasi legalitas status kawasan diperlukan untuk menegaskan batas definitif di lapangan serta memperoleh status hukum yang jelas dan pasti, sehingga akan menunjang kegiatan – kegiatan perencanaan dan pelaksanaan (pembinaan dan pengawasan) kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil.
Penataan batas dan zonasi dirasakan sangat penting karena merupakan tahapan proses yang harus dipenuhi terkait penetapan sebuah kawasan sebagai kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil, untuk tujuan tersebut perlu dibuat sebuah pedoman yang dapat digunakan sebagai acuan teknis pelaksanaan penataan batas kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil.
Proses tata laksana penataan batas sebagai berikut :
 













Gambar 2.1.    Proses tata laksana penataan batas

a.    Perancangan Penataan Batas
Proses perancangan penataan batas meliputi : Pengumpulan dan analisa data, proyeksi batas di atas peta, Penataan Jenis Tanda Batas dan Persiapan Alat dan Bahan.
b.    Pemasangan Tanda Batas
Tanda batas merupakan tanda yang diletakkan pada suatu tempat, dipasang, dianggap atau disepakati bersama dengan maksud sebagai penanda batas suatu luasan wilayah kawasan konservasi pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang mudah dilihat dan dipahami oleh masyarakat..
c.    Pengukuran Batas
Pelaksanaan pengukuran batas dilakukan setelah diperoleh peta batas kawasan untuk menentukan arah dan jarak antara 2 (dua) titik tanda batas di lapangan. Tahapan dalam Pengukuran Batas meliputi (1) Pengecekan titik, (2) prosedur sebelum pengamatan, (3) prosedur saat pengamatan (4) dan Prosedur setelah pengamatan.
d.    Pemetaan Batas Kawasan
Pemetaan batas kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil memperhatikan ketentuan sebagai berikut: (1) Simbol-simbol yang digunakan mengacu pada Peta No.1/Chart No.1(Int1), (2) Tata Letak Peta mengacu pada SNI LPI &SNI RBI, (3) penentuan skla mempertimbangkan ukuran kertas, luas wilayah yang akan dipetakan dan ringkat kedetailan yang diinginkan, min. skala 1:250.000; (4) Sitem Koordinat dan proyeksi peta.
e.    Sosialisasi Penandaan Batas Kawasan
Sosialisasi penandaan batas bertujuan untuk menginformasikan dan memberikan pemahaman tentang batas kawasan, jenis tanda batas dan peruntukannya. Sosialisasi dilakukan kepada masyarakat dan stakeholder terkait di daerah yang dilengkapi dengan daftar hadir peserta sosialisasi serta dokumentasi seperlunya. Daftar hadir dan dokumentasi tersebut dilampirkan dalam berita acara tata batas.
f.     Pembuatan Berita Acara Tata Batas,
Pembuatan berita acara tata batas dilakukan setelah sosialisasi penandaan batas kawasan, yang memuat hal-hal sebagai berikut:
·         Deskripsi pelaksanaan penataan batas
·         Luas Kawasan
·         Koordinat geografis titik batas
·         Titik referensi
·         Deskripsi tanda batas
·         Disclaimer (sangkalan)
·         Panitia (pihak) yang menandatangani berita acara
·         Berita acara tata batas kawasan ditandatangani oleh semua anggota  panitia tata batas dan diketahui oleh Dirjen KP3K
g.    Pengesahan batas Kawasan
Pengesahaan batas kawasan konservasi pesisir dan Pulau-pulau Kecil ditetapkan dengan keputusan Menteri setelah mempertimbangkan rekomendasi dan berita acara tata batas kawasan konservasi pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang ditandatangani oleh semua anggota panitia tata batas.

Saturday, January 9, 2016

[Tentang] Tulisan mu


MENANTI TULISANMU

Aku selalu menanti tulisanmu. Karena darimana lagi aku bisa tahu tentang apa yang sedang kamu pikirkan bila tidak dari sana. Kita tidak pernah bercakap-cakap tentang sesuatu yang dalam, hanya sebuah sapaan. Aku selalu menunggu tulisanmu. Karena darimana lagi aku bisa tahu tentang jalan pikiranmu, tentang masalah yang sedang kamu hadapi, atau tentang perasaan yang sedang kamu rasakan. Meski tulisan itu tidak sepenuhnya mewakili perasaan, setidaknya aku tahu perasaanmu masih hidup untuk nantinya aku cintai. Itu pun bila kamu mengijinkan.

Aku selalu membaca tulisanmu. Dari halaman satu hingga halaman yang aku yakin akan terus bertambah. Karena darimana lagi aku bisa mengenalmu dengan leluasa bila tidak dari sana. Aku bahkan tidak kuasa menyebut namamu di hadapan temanmu. Aku harus menunggu sepi atau malam hari untuk bisa leluasa memandang layar dan membaca berulang-ulang setiap kata yang lahir dari pikiran dan hatimu.

Aku menyukai cara jatuh cinta seperti ini. Tidak kamu tahu dan aku pun tidak harus repot-repot bertanya kesana kemari tentangmu hari ini. Teruslah menulis, karena suatu hari salah satu tulisanmu akan kuwujudkan. Tentang resahmu menunggu seseorang yang tak kamu tahu siapa, tapi kamu percaya pasti datang. Aku pasti datang.

Source : Suara Cerita

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” 
― Pramoedya Ananta Toer

“Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai.” 
― Pramoedya Ananta Toer

Wednesday, December 23, 2015

[Ramai - Ramai] Makan Bangkai

“Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat : 12)

Suatu kali Rasul SAW bertanya kepada para saahabat yang sedang berkumpul di majelis,
”Tahukah kalian apa itu ghibah?’ 
para sahabat bertanya,”Allah dan Rasul-Nya lah yang mengetahuinya.” 
Beliau saw bersabda,”Engkau menyebutkan apa-apa yang tidak disukai oleh saudaramu.
Beliau saw ditanya,’Apa pendapatmu, jika pada saudaraku itu benar ada apa yang aku katakan?’ 
beliau saw bersabda,’Jika apa yang engkau katakan itu benar (ada pada saudaramu) maka sungguh engkau telah melakukan ghibah dan jika apa yang engkau katakana itu tidak benar maka engkau telah berdusta.”

mungkin kita kadang tidak sadar, terlalu enak berbicara dan seru sehingga kita membicarakan sesuatu yang jika saudara kita mendengarkannya dia bisa marah, malu atau yang lainnya. Entah di majelis ilmu, dzikir ataupun yang lain. Menyebut nama dengan jelas dan perbuatan yang mungkin saudara kita sudah berusaha menutupinya.

Kadang masalah sepele. Hanya berbeda standar penilain kebaikan seseorang. Contoh bagi kita si A sudah tidak pada jalannya karena sudah tidak menjalankan apa yang dulu kita lakukan bersama. Padahal dengan tidak melakukan perbuatan itu, bagi kita orang yang disekitar kita itu adalah keburukan atau penyimpangan. Tidak masalah ketika itu disampaikan sebagai ibroh tanpa harus menyebutkan namanya dengan jelas. Bukankah Allah telah menyontohkan dalam Al-qur'an?. Coba kita lihat dalam rangkaian kisah Nabi Yusuf, Alquran tidak menyebut nama secara khusus wanita yang menggoda Nabi Yusuf. Al-Quran hanya menyebut istri penguasa, bukan Zulaikah. Meskipun mufasir menemukan nama itu, itupun masih diperselisihkan.

Sudut pandang Ghibah adalah sudut pandang orang yang kita bicarakan,Engkau menyebutkan apa-apa yang tidak disukai oleh saudaramu.Bukan sudat pandang kita pembicara. Bahkan Nabi menegaskan kalupun yang kita bicarakan itu benar, itulan Ghibah.
“Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”

Semoga kita terlindungi dari semua itu.

Wednesday, December 16, 2015

Menuliskan (lagi) tentang ilmu

"Assalamu'alaykum, apa kabar blogger dan fans sekalian?"

saya dengan rendah hati memohon maaf  kepada Blogwalking sekalian yang  kangen  mencari tulisan terbaru. Andaikan blog ini ibarat rumah, bisa jadi sekarang blog saya mungkin sudah penuh dengan sarang laba-laba dan tikus berkeliaran berkejar-kejaran dengan kecoa. (haaiisss). Untung saya blogger tidak menyediakan fasilitas kayak facebook yang begitu lama tidak posting sesuatu ditanya "piye kabarmu? isek sehat tho?". (haahaa.. nggak lah... lha wong mark iku mesti takon "apa yang anda pikirkan hari ini?"). Atau Fasilitas tentang kenangan-kenangan masa lalu, bisa jadi remaja yang gaul  tersesat didunia percintaan gagal move on terus. lha bagaimana, tiba-tiba muncul di timeline kenangan 2-3 tahun yang lalu. Bayangkan kalau blog seperti itu, yang lama tidak posting akan muncul sarang laba-laba dan akan beranak pinak selama berbulan-bulan jika tidak posting sesuatu.. bisa jadi blog saya ini akan penuh dengan laba-laba dan anaknya.

sebenarnya saya bukan kekurangan bahan tulisan, hanya saja terlalu sibuk  tidak menyempatkan untuk menuliskan pengalaman dan ilmu-ilmu dari ustadz ketika menghadiri majelis ilmu. saya juga masih menyimpan bahan tulisan tentang ilmu bidang kelautan yang saya geluti. tentang bagaimana studi potensi arus dan numerical modeling yang mungkin sudah dinanti banyak orang yang mencari solusi tentang tugas akhir maupun pekerjaannya. 

Sebagai rasa tanggung jawab atas ilmu yang telah sampai kepda saya dan wajib untuk disebarkan. maka rasanya saya mempunyai hutang yang banyak kepada blogwalking dan fans  yang sering datang berkunjung di beranda hanya sekedar tuk menemani ngopi.

Sebagai seorang Freelancer pencari rezeki diatas tawakal kepada Allah (biasanya orang yang sudah punya pekerjaan tetap tawakalnya kurang sebab sudah jaminan pendapatannya) yang bekerja siap datang menerima panggilan, kadang harus mengerjakan 2-3 pekerjaan dengan load yang hampir sama dalam waktu yang bersamaan. seperti akhir tahun ini, 4 pekerjaan yang non linier harus dikerjakan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

untuk itu, penulis memohon kepda Allah SWT agar dilindungi dari ilmu yang tidak bermanfaat dan ketamakan hati yang tidak pernah merasa puas sehingga tidak khusyu dalam beribadah;

اَلَّلهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَيَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسِ لاَ تَـشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يَسْـتَجَابُ لَهَا 

“Ya ALLAH, sesungguhnya aku berlindung kepada Mu dari Ilmu yang tidak bermanfaat, dan hati yang tidak khusyu’, dan dari jiwa yang tidak pernah puas dan dari do’a yang tidak terkabulkan "

NB: Ditulis dengan menyempatkan waktu disela-sela target kerja yang menumpuk.
pesan penulis : Jangan tinggalkan sastra sesibuk apapun kerja kita (selain al-qur'an dan kajian2 islam).

Terakhir, tunggu tulisan saya selanjutnya tentang Studi potensi arus laut, numerical modeling, perjalanan ke Nusa Penida Bali dan menghitung struktur laut. Selain itu tentang hikmah - hikmah yang tercatat selama perjalanan ini

Monday, August 3, 2015

Tahun – tahun buta


Saya jadi teringat beberapa bulan lalu saya menghadiri kajian islam ahad pagi di Islamic Center Gontor Nganjuk. Saat sesi Tanya jawab, entah dari mana saya lupa kemudian sang ustadz membeberkan tokoh-tokoh Islam liberal. Saya sedikit tercengang dengan salah satu nama yang diseutkan. Sebab beliau adalah salah satu tokoh islam yang di hormati negeri ini, memimpin para ‘ulama yang tergabung di Majelis Ulama Indonesia. Kemudian ustadz tersebut meminta jamaah untuk melihat dari link yang dishare di group facebook jamaah pengajian itu. Sampai hari ini pun saya masih belum bisa menerima, memang jika ada salah ucap perlu diklarifasi dan itu sudah pernah disampaikan kepada beliau.
Sudah menjadi pengetahuan kita bersama, bahwa info yang dimuat di media terkadang asal penggal dari pembicaraan atau resume menurut persepsinya sendiri tanpa klarifikasi hal tersebut. Bayangkan saya, misal dalam sebuah seminar dua jam, berapa kalimat atau baris yang masuk dalam tulisan media. Sehingga akan sangat mungkin terjadi pemotongan yang asal menguntungkan dan menjual. Disamping itu, para penyebar info pun dengan semangat “menyebarkan info baru yang sensasional” apa lagi tokoh besar akan berlipat-lipat semangatnya. “Orang-orang harus tau info ini, tokoh ini ternyata anggota Islam Liberal,” mungkin begitu kata hatinya. Namun sekali lagi, tanpa pernah konfirmasi kepada orang yang bersangkutan.
Judul diatas adalah tema Kenduri Cinta (KC) bulan Juli lalu, saya tertarik dengan tema tersebut mengingat hari – hari ini kita dibuat buta dari kebenaran yang terjadi dari media – media yang ada. Pembawuran kebenaran itu kemudian menjadikan sampah informasi yang tidak terkendali. Hal tersebut diperparah dengan semakin cepat berkembangnya dunia informasi, secara langsung berbanding lurus dengan semakin cepatnya arus informasi yang masuk ke telinga kita. Informasi masuk ke Hape dan tab hampir tiap detik, dan dengan tinggal klik share semua informasi bisa kita sebar ke public dunia maya. Entah informasi itu sampah atau emas, pun tidak jelas. Dan kemudian kita jadikan pembicaraan dan semakin lama-semakin membawur tanpa kejelasan kebenarn informasi tersebut.
Salah satu dampakanya adalah tidak adanya tanggung jawab dari para penyebar informasi, sehingga saling menghakimi antar para pro dan kontra. Kita seoalah belum  atau tidak bisa lagi menerapkan Qs. Al-hujjurat ayat ke 6;
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah (kebenarannya) dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”
Ayat di atas memberikan peringatan kepada kita agar mengklarifikasi semua berita sebelum kita cerma melihat dari sumber – sumber informasinya, sebab hal itu merupakan adab dalam islam. Sehingga kita tidak mudah terpancing propaganda isu – isu yang masih samar – samar kebenarannya. Sebab ayat di atas turun setelah terjadi peristiwa kebohongan penarik zakat yang mengabarkan bahwa suatu kaum membangkang untuk mengambil zakat. Padahal sudah disiapkan pasukan untuk menyerang kaum tersebut, sebelum akhirnya salah seorang diutus oleh kaum tersebut menanyakan kenapa belum diambil zakat yang sudah disiapkan. Bayangkan jika hal itu terjadi, pertumpahan darah akan terjadi atas sesame muslim.
Secara garis besar kita bisa membagi informasi dari tiga sumber yang kemudian kita sikapi tentang informasi tersebut.
Pertama, berita dari seorang yang jujur yang secara hukum harus diterima.
Kedua, berita dari seorang pendusta yang harus ditolak.
Ketiga, berita dari seorang yang fasik yang membutuhkan klarifikasi, cek dan ricek akan kebenarannya.
Namun pada hari ini kita juga sudah bingung, mana yang menjadi golongan pertama yang informasinya harus diterima, mana golongan dua dan tiga pun sudah tidak jelas lagi. Semua orang dengan klasifikasi manapun dapat menyebarkan informasi sesuka hatinya dan semampu tangannya. Sehingga yang perlu kita lakukan adalah menahan agar tidak mudah terpancing untuk mengklik share dan like setiap informasi yang kita masih belum jelas kebenarannya. Sebab hal itu pun akan membuat senang orang yang pertama meniup informasi tersebut, setiap detik pundi rupiahnya bertambah dengan semakin banyak share yang kita lakukan.
Kita bisa belajar dari Rasulullah SAW tentang bagaimana menyikapi informasi yang masih simpang siur kebenarnnya. Sejarah mencatat ada Haditsul ifki atau berita bohong yang menimpa istri tercinta Nabi SAW, Aisyah ra. Semua orang dijalan-jalan membicangkan isu tersebut karena terjado pada tokoh umat islam, sangat menjual informasi bohong tersebut untuk diecer di jalan-jalan dan warung-warung. Rasulullah yang juga mendapat wahyu dan tidak dapat men-counter info tersebut harus bersabar hingga memulangkan Aisyah ke rumah Abu Bakar, bapaknya. Rasulullah kemudian berdiskusi dengan para sahabat mengenai informasi tersebut, sedang di luar sana sudah sangat massif informasi itu beredar. Rasulullah bersabar menunggu hingga dapat kebenaran berita tersebut, tidak terpancing untuk dengan gegabah meng-counter informasi tersebut dengan otoritas kenabiannya.
Bersabar dan menunggu kebenarnnya dengan tetap mencoba mencari yang benar adalah point yang rasul ajarkan. Sehingga kita harus menerapkan hadits berkata yang baik atau diam saja. Sebab dengan share dan like informasi yang tidak benar tentang saudara muslim kita juga merupakan bagian dari memakan bangkai saudara sendiri atau ghibah. Sungguh allah sudah memperingatkan dengan keras hal tersebut, bahkan Rasulullah mengaitkan keimanan seseorang dengan keamanan saudara/ tetangga dari lisan dan perbuatan kita.
Berkata Baik atau Diamlah.
Dan mari kita senantiasa melantunkan do’a yang sangat agung dalam menghadapi sampah informasi yang samakin hari semakin liar.
اللهُمَّ أَرِنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا التِبَاعَةَ وَأَرِنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
Allahumma arinal-haqqa haqqan warzuqnat-tiba’ah, wa arinal-batila batilan warzuqnaj-tinabah, bi rahmatika ya arhamar-rahimiin.
Artinya : Ya Allah Tunjukilah kami kebenaran dan berikan kami jalan untuk mengikutinya, dan tunjukanlah kami kebatilan dan berikan kami jalan untuk menjauhinya

Rabbi adkhilni mudkhala sidqin wa akhrijni mukhraja sidqin waj’alli min ladunka sulthanan nasiiran, wa qul ja alhaqqu wa zahaqal bathil innal bathila kana zahuqan (Qs. Al Isra’ ; 81)
Artinya : Ya Allah, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah(pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang menolong. Dan katakanlah yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.

Waullahu ‘alam

Sunday, August 2, 2015

Lubang Cahaya


Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Terjemah Qs. Annur : 35)
Jika Cahaya Allah itu adalah tempat kembali untuk bersimpuh mengabdikan diri ke haribaan-Nya, maka Allah turunkan petunjuk itu kepada setiap hati hamba yang Dia kehendaki untuk menemukan kembali cahaya-Nya, Alzujajah, pelita hati dari Illahi. Jadi lewat mana nanti pelita itu menyala dan menerangi hamba hingga sang hamba menemukan cahaya Allah adalah hak preogratif Allah.
Sebab Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki. Bisa jadi bukan lewat Da’I atau Pak Kyai. Bukan juga ustadz atau toh masyarakat. Bisa jadi pelita itu muncul dari anak kecil, gelandangan, anak muda, orang muda atau PeeSKa. Kehendak Allah dari mana Pelita itu akan menerangi hati hambanya. Semuanya tinggal kembali kepada hamba, bahkah hanya merenungkan pergantian siang dan malam saja dapat menemukan cahaya Allah. “Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihata”(Qs. Annur : 44).
Semakin banyak interaksi saya dengan berbagai kelompok pengajian atau pencerahan dalam rangka menemukan kembali pelita hati. Saya jadi semakin kagum bahwa memang Allah membimbing orang-orang yang Dia kehendaki untuk kembali menemukan pelita hati, entah dari mana saja sumber pelita itu muncul adalah hak preogatif Allah. Dan tidak bisa padam atau redup cahaya itu. Sebab Ia adalah Cahaya di atas Cahaya.
Saya akan sedikit menceritakan hal yang pernah saya alami untuk semakin menghayati pemaknaan dari ayat diatas. Pengalaman ini adalah pengalaman nyata tanpa rekayasa meskipun saya tidak akan menyebut nama. Jika menyebut kelompok, itu hanya dalam rangka memudahkan untuk memahami saja.
Mungkin anda sudah banyak mengetahui bahwa Jamaah (organisasi) islam yang berada di Indonesia ini sangat banyak, baik yang lurus maupun rada menyimpang. Dan setiap mereka mempunyai cara pengajian yang berbeda-beda dan mungkin kita lebih sering mendengarnya saling bersebrangan. Jamaah A menganggap Jamaah B adalah ahli bid’ah, dan sebaliknya atau malah Jamaah B menganggap Jamaah A adalah teman dan selain mereka adalah Jamaah ahli bid’ah. Seperti itu hingga akhirnya orang bingung melihanya.
Anda mungkin sudah sangat familiar dengan nama – nama ini, Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA), Salafi (wahabi-kata yang lain), Jamaah Tabligh (JT), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Nahdhotul ‘Ulama (NU), Muhammadiyah, Majelis Sholawat Nabi dengan Syehker Mania-nya, Jamaah Maiyah Nusantara dan gerakan Tarbiyah. Saya pernah berinteraksi dengan individu (jamaah pengikut) di dalamnya, bukan organisasinya secara langsung. Dan banyak pelajaran yang kita dapat bahwa Cahaya Allah datang dari mana pun dan tidak akan redup.
Pelita bisa jadi Allah nyalakan lewat MTA, untuk membimbing orang-orang yang Dia kehendaki untuk kembali pada cahaya. Saya pernah bermajelis dalam pengajian mereka dan kadang saya mengikuti pengajiannya lewat Radio. Saya sungguh tersentuh, ada bapak-bapak paruh baya yang menjadi anggota mejelis itu yang membaca Al-Qur’an saja, itu masih lebih lancar adik saya. Namun saya saya sangat tersentuh, perjuangan bapak itu untuk kembali semangat beragama diusia yang sudah cukup mendekati senja masih ada. Mengkaji kitab pedoman yang Allah turunkan. Pelita itu telah menyala dan menerangi hatinya, membimbing menuju cahaya. Maka jangan pernah anda tutup-tutupi atau padamkan cahaya  itu dengan mengatakan mereka aliran sesat, mereka ahli bi’dah dan sebagaimana. Namun cahaya Allah adalah cahaya diatas cahaya, meskipun ada yang mengatakan seperti di atas, cobalah datang ke kantor pusat yang di Solo, pengajian mereka selalu ramai dan sesak para jamaah.
Dan pelita pembimbing itu bisa jadi Allah tiupkan lewat salafi (wahabi-kata kelompok lain). Gerakan salafi yang mencoba menggigit sunnah nabi di akhir zaman. Saya pernah bermajelis di pengajian mereka, mendengarkan tausiyahnya. Dan saya mempunyai teman yang menjadi anggota kelompok itu, sungguh perubahan luar biasa yang terjadi padanya. Kecintaanya pada ilmu agama melonjak drastis, berangkat ke masjid awal waktu dan sebagainya. Gambaran yang jarang dilihat pada umumnya anak sekarang. Memang ada kesalahan pada mereka, namun jangan coba kita padamkan pelita itu. Tak perlu kita katakan mereka orang ekstrim, mereka kafir dan sebagainya. Jika ada kesalahan mari kita ingatkan.
Bisa juga Allah bimbing seorang hamba menunju cahaya-Nya melalui pelita yang ada di Jamaah Tabligh (JT), seruan mereka mengetuk pintu rumah, bersilaturrahmi dan mengingatkan agar menjaga sholat, senantiasa berdzikir mengingat Allah dan lain sebagainya. Bisa jadi pelita itu dari mereka. Jangan kita padamkan dengan menghukumi mereka ahli bid’ah, jamaah sesat dan ejekan lainnya. Toh kita belum tentu lebih baik dari mereka. Dan banyak perubahan yang dialami teman saya yang ikut bergabung dengan mereka. Kecintaannya kepada Ibadah semakin menggelora.
Saya pernah hadir di majelis pencerahan Jamaah Maiyah Nusantara di Surabaya yang diberikan nama Bang-Bang Wetan. Itulah kali pertama saya datang setelah sekalian kali hanya mengikuti lewat video di youtube dan artikel di website-nya. Peserta yang hadir bukan pada umumnya orang – orang yang akan menghadiri pengajian. Peserta yang hadir disana sangat beragam, mulai dari celana sobek-sobek, kaos oblong sampai yang pakai sarung dan kopyah. Bermajelis dari jam 8 malam hingga jam 3 dinihari. Allah menyalakan pelita bagi orang – orang “marginal” yang terpinggirkan dari jamaah lain. Semangat mereka menemukan ke-fitroh-an merupakan karunia yang Allah turunkan kepada seorang yang dikehendaki menuju cahayaNya.
Saya ingin mengulang ayat diatas diakhir paragraph ini, semoga kita semakin arif dan bijaksana menanggapi banyaknya Jamaah islam yang ada. Bahwa ia adalah pelita yang Allah nyalakan di tengah-tengah umat untuk membimbing menemukan “kembali” pada cahaya-Nya. Oleh karena itu, janganlah kita padamkan atau tutupi pelita itu dengan membagikan stempel Kafir, Cap Ahli Bid’ah dan sebagainya. Bisa jadi seseorang tidak cocok dengan kelompok anda, dan cocok dengan kelompok lain. Itu semua adalah kehendak Allah yang membimbing siapapun yang dikehendaki menuju cahaya-Nya.

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Terjemah Qs. Annur : 35)

Saturday, August 1, 2015

Catatan Lebaran

Maafkan Apanya?
Salah satu tradisi yang ada di masyarakat sekitar saya dan saya pun melakukannya ketika hari raya lebaran adalah tradisi berkunjung-kunjung ke rumah tetangga, sanak saudara dan handai tolan serta kawan-kawan. Tujuan saling berkunjung adalah meminta maaf dan harapannya saling memaafkan apabila ada kesalahan yang disengaja atau tidak sengaja. Alasannya sebab manusia adalah tempat salah. Namun hampir setiap kali lebaran, selalu ada pertanyaan tentang kehambaran rasa silaturrahmi itu.
Maafkan apanya?
Bayangkan saja, anda setiap hari hidup di tanah rantau yang tidak pernah berinteraksi dengan tetangga kanan-kiri rumah di kampung, sebab anda hanya pulang ketika lebaran. Interaksi anda hanya setiap kali lebaran dan tidak pernah ada yang lain. Terus anda bersilaturrahim ke rumah tetangga untuk meminta maaf jika ada kesalahan. Apanya yang mau dimaafkan? Lha wong interaksi sosial aja hanya waktu itu, jadi tetangga juga hanya pas lebaran di kampung. Kesempatan berbuat salah nyaris nol kepada tetangga karena kita sudah bukan tetangga setelah lebaran yang hanya bebera hari. Kita terlepas dari kewajiban bertetangga, terlepas dari peringatan nabi yang menyatakan tidak beriman seseorang kalau tetangganya tidak aman darinya. Lha terus apanya yang harus di maafkan?. Satu-satunya yang mungkin salah karena kita hanya berinteraksi hanya pada saat lebaran dan tidak pernah selain itu. kita tidak menyambung yang hampir putus.
Hal diatas sama juga dengan ketika saya diajak berkunjung kepada saudara yang bahkan saya tidak tahu namanya dan sedikit hafal wajahnya. Saudara jauh dari mbah-mbah dahulu. Lagi-lagi sangat klise, bertemu hanya saat lebaran saja kemudian meminta maaf. Ya, sekali lagi mungkin kesalahan kita adalah tidak senantiasa menyambung silaturrahim.
Dan menurut saya yang harus dan bahkan wajib adalah kita meminta maaf pada bill gates, si empunya Microsoft dan windows yang terinstall di laptop saya dan mungkin anda. Saya ingin mengajukan pertanyaan kepada anda, “apakah Microsoft yang terinstall di laptop kita itu asli dan kita beli kepada bill gates? Apakah iya windows kita asli dan bukan bajakan hasil crack?”. Silahkan semua menggeleng serempak mirip orang salam penutup shalat.
Nah.. jelaskan. Berapa dollar yang kita ambil secara batil dari bill gates, meskipun dia bukan seorang muslim. Meskipun bukan seorang muslimkan bukan berarti boleh kita ambil haknya secara semena-mena kan ?. Nah lho.. kalau begini harus bagaimana?, maaf saya belum tanyakan ke ustadz soal itu. belum lagi dengan software-software bajakan lain yang mungkin kita dapat dari hasil membajak dan kita gunakan untuk mencari uang. Halal gak ya hasilnya ?. ahh… panjang urusannya soal ini. Belum lagi kalau nanti kalau di Mahkamah Maha Agung pengadilan akhirat Bill Gates melakukan banding kepada Gusti Allah. Apa ya terus kita yang sudah di depan pintu surga harus digantol sama malaikat malik untuk menerima banding dari Bill Gates yang menuntut keadilan kepada Gusti Allah karena telah di bajak softwarenya oleh seorang muslim?. Ahh… tidaaaaaakkk.. tahu saya. besok kita tanyakkan ke ustadz.
Haaaaaaaaaaaaahhh.. Mbah Bill Gates, mumpung masih lebaran, maafkan saya yang telah menggunakan software bajakan dari perusahaan anda. Saya belum mampu beli meskipun katanya murah.. mumpung masih lebaran mbah, anggap saja ini angpao lebaran buat saya. Maafkan saya yaa mbah… Dan si empunya Mike 21, saya juga minta maaf telah menggunakan software secara illegal, dan mohon di ikhlaskan ya.. Maaf.. Maaf.. dan si empunya software yang softwarenya saya gunakan secara illegal, saya mohon maaf.. saya do’a kan anda semakin kaya dan mendapat Hidayah dari Allah SWT. Biar anda kaya juga di Akhirat.

Hah, semakin tidak jelas tulisan ini. kita akhir saja. gak usah pakai salam. Nanti kalian harus mengkomentari artikel ini dengan ucapan salam.