Tuesday, February 25, 2014

Belajar dari ketulusan hati anak kecil

ini adalah kisah kesucian hati anak kecil yang belum terkontaminasi oleh rusaknya dunia ini..
sebuah cerita yang patut untuk kita baca dan belajar dari anak kecil yang masih suci. kisah ini tentang anak dari dosen saya. sungguh menggugah.. Luar biasa.. 
sumber : Wahyudi citrosiswoyo


Namanya Halyusa Ard Wahyudi..
Panggilannya Yusa, tetapi kakak-kakak dan ayah ibunya sering memanggil Uta, seperti yusa menyebut dirinya sendiri sewaktu balita.. “dik uta”... Sekarang umurnya 11 tahun 6 bulan, 

Uta sekolah di SD Negeri (gratisss) di kampung dekat rumahnya, sekarang kelas V SD. Orang tua teman-temannya ada yang bekerja sebagai nelayan, buruh serabutan, ada yang jualan nasi goreng keliling, ada yang tinggal di rusun, ada yang tinggal di kamar kontrakan, kata Uta..

Uta sering ajak teman-temannya datang ke rumah, main PS, sepak bola di jalanan depan rumah, ngerjakan tugas prakarya...
Uta kelihatan menikmati sekali sekolah di SD “kampung” sebagai satu-satunya anak di perumahannya yang sekolah di SD itu.. kedua kakaknya juga alumni SD yang sama dengan uta..

Sejak klas III SD uta sudah bisa goreng telur sendiri, hobinya bikin omelet dan nasi goreng.. Kakak-kakaknya kalau kebetulan di rumah sering minta uta bikinkan nasi goreng...

Sewaktu klas III, uta pernah minta ibunya membelikan pin macam-macam.. "Untuk apa?" tanya ibunya.. "mau aku jual ke temanku" kata Uta.. Oleh ibunya dibelikan pin 24 buah seharga Rp. 7.000,-.. Uta menjualnya Rp. 1.000,-per buah..
Lain kali minta ibunya bikinkan bando dan bros..
Lagi-lagi laris manis, Uta menjualnya ke teman-temannya..

Tetapi,..
Suatu saat Uta minta uang ibunya, katanya kasihan temannya tidak bisa ngerjakan tugas karena belum bisa bayar fotocopyan ke gurunya...besoknya bu guru "mbrebes mili" mengetahui Uta minta uang ibunya untuk bayar kertas tugas temannya...

Ada lagi yang seru..
Kira-kira sebulan yang lalu, Uta minta ibunya kapan-kapan bikinkan ote-ote atau pisang goreng Uta mau jual di kelas..
"Apa laku?" tanya ibunya.. "pasti laku ibu", jawab Uta. Karena kalau pelajaran tambahan masuk pagi pukul 05.30 temanku belum makan pagi...
Nah, belum sempat kesampaian..Uta membatalkan kontrak dengan ibunya...
"Kenapa sayang?" tanya ibunya...
Kasihan Pak Misdi ibu, nanti jualan nasi kuning gurunya itu tak laku di kelasnya kata Uta.. Pak Misdi guru SD-nya Uta masih honorer, sering datang ke rumah ngajari bahasa Arab Uta..

Monday, February 24, 2014

Thursday, February 13, 2014

Dendamlah dengan elegan


“hey….hey kau yang disana”
“Ya, kau yang duduk disana”
Teriakan cempreng itu masih saja terus mengikuti, padahal sudah lama dia telah pergi. Dari Suara itu, tak usaha aku lihat siapa, pasti sudah sudah kenal. Sangat kenal, seperti orang mengenal bayang-bayang sendiri. Kawan, kenalkan dia. Dia itu teman lama ku, sudah lama sebenarnya dia hilang. Tapi entahlah, hati itu tak selebar daun kelor. Lagi-lagi ketemu dengannya. Kadang menjengkelkan, kadang pula sangat dirindukan. Nur Ani nama lengkapnya, bisa dipanggil Nur kadang pula dipanggil Ani. Terserah kau mau manggil apa.
Aku lebih senang memanggilnya dengan Nur, lebih enak saja alasannya. Nur itu cahaya. Yap, cahaya yang membawa kecerahan dalam kegelapan. Seperti itulah Nur, kedatangannya kadang seperti oaese yang sangat dibutuhkan oleh musafir dalam pengembaraan. Kata-katanya kadang menyakitkan, namun seperti itulah kenyataanya. Nur selalu mengatakan apa yang terjadi dengan blak-blakan, lugas, keras sampai hati ini panas. Terkadang mulut ini ingin menyumpahinya, mengata-ngatai dengan perkataan hina. Tapi lidah ini selalu kelu, sebab Nur selalu berkata ini dan itu, seperti tau segala apa yang ada dalam benak ku.

Monday, February 10, 2014

Nasihat Pagi ini


“Betapa inginnya kami agar umat ini mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai daripada diri
kami sendiri. Kami berbangga ketika jiwa-jiwa kami gugur sebagai
penebus bagi kehormatan mereka, jika memang tebusan itu yang diperlukan.

Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini, selain rasa cinta yang
telah mengharu-biru hati kami, menguasai perasaan kami, memeras habis
air mata kami, dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami."

Saya tidak hendak menuliskan secara utuh tiap-tiap bab dalam buku ini,
mungkin lain kesempatan, insya Allah. Kali ini, saya hanya ingin
mengutip sedikit-sedikit kata-kata beliau di beberapa ceramah yang
meninggalkan kesan mendalam pada diri saya pribadi, sungguh saya ingin
meneladani beliau dalam hal betapa tulus dan dalamnya cinta beliau pada
umat ini.


Mozaik Hidup


“Hidup itu Kumpulan mozaik-mozaik kisah yang bila waktunya tiba akan terkumpul membentuk apa yang kita sebut kehidupan. Mozaik-mozaik itu ditemukan dari berkelana ke segala penjuru bumi. Kita tak dapat selalu mempercepat apa yang seharusnya tertunda, namun yakinlah rahasia Allah & kepastiannya akan indah pada waktunya.

“Allah menguji keikhlasan kita dalam kesendirian. Allah memberikan kedewasaan saat masalah berdatangan. Allah melatih ketegaran kita dalam setiap cobaan. Semakin sulit masalah, maka semakin terbuka pintu kemudahan. Sebagaimana semakin gelap malam, cahaya pagi semakin memancarkan sinarnya. Keep On Spirit!”

Sunday, February 9, 2014

Dagelan Kampanye CAPRES

Wiranto jadi tukang becak
 Betapa kagetnya sore hari ini, melihat Mewujudkan Mimpi Indonesia yang ditayangkan RCTI, Jumat (7/2/2014). Salah satu orang yang telah mendeklarsikan dirinya menjadi capres RI menyamar menjadi Tukang Becak. Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto beraksi dengan pakain ala tukang becak di daerah solo. Pengennya sih menjaring aspirasi rakyat bawah, kalau dulu raja menyamar jadi rakyat kecil dan berbaur di pasar. Wiranto memilih jadi tukang becak untuk mengetahui bagaimana keadaaan masyarakat bawah. Wiranto yang menggandeng Harry Tanoe dalam pencalonan presiden ini talah memainkan media yang dikuasinya, MNC.
Kampanye yang unik dari Capres yang memiliki media. Seperti yang kita ketahui, Bakrie dan Surya paloh yang punya TVone dan Metro TV belum melakukan hal itu. Namun sayang, apa yang telah di lakukan oleh Wiranto tidak mendapat pujian dari masyarakat, meskipun klaimnya mendapat dukungan. Justru kalau kita lihat di media, banyak cercaan dan cibiran dilontarkan masyarakat dunia maya. Ternyata masyarakat sudah mulai cerdas dengan tidak percaya dengan apa yang ada di media. Masyarakat sudah sering disuguhi tayangan yang serupa, sehingga justru banyak kecurigaan yang ada.

Kalau kita cermati, memang tidak salah jika masyarakat curiga dengan acara tersebut. Sebab banyak sekali kejanggalan yang terdapat di acara tersebut. Kalau anda melihat langsung acara tersebut, maka tidak susah untuk meraba kejanggalan yang ada.

Monday, February 3, 2014

Siluet Senja

temaram cahaya ciptakan bayang buram
seolah memantulkan asa yang kelam
yang lama telah bersemayam
dalam gelap berawan
bayang itu kian sulit di lihat
yang membuat tak tertangkap
meski tangan ini berusaha meraih raih
tapi segalanya berakhir dengan....
Keindahan senja terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja. Melihat parade awan jingga berlarian berkejaran saling mendahuli menuju ufuk barat. Bersama mentari yang melambai mengucapkan salam  perpisahan untuk tidak menunggu bertemu esok hari. Saat lorong pupil tertembus seberkas cahaya, bayangan itu tertangkap jelas dalam retina. Sosok yang sudah tak jelas lagi. Seperti baying-bayang yang selalu mengikuti. Kenal, dekat sekali. itulah Siluet senja itu, bayangan hitam yang selalu indah. Namun sayang, siluet indah itu hilang bersama dengan tenggelamnya surya di ufuk barat. Belum sempat ku mengabadikannya.
Ingin ku ulangi, memandang siluet senja itu, meski hanya sekejap. Meski tak tahu kapan itu. Semoga masih ada waktu, untuk kembali memandang siluet senja itu. Karena semua ini soal waktu. Tinggal ku jalani. Melewati  gelapnya malam, menikmati sejuknya pagi hari, dan Melawan Sengatan terik  panas matahari. Hingga akan ku dapati, dipenghujung  sore dengan semilir angin senja bersama siluet senja.
Siluet senja…
Mengapa kau menantikan bintang dari langit,
Padahal bintang di bumi jauh lebih terang
Bintang di langit bersinar sebantar lalu sirna
Sementara bintang di bumi tak pernah terbenam
(Rahasia maha indah karya Ibnu Athaillah)