Monday, February 3, 2014

Siluet Senja

temaram cahaya ciptakan bayang buram
seolah memantulkan asa yang kelam
yang lama telah bersemayam
dalam gelap berawan
bayang itu kian sulit di lihat
yang membuat tak tertangkap
meski tangan ini berusaha meraih raih
tapi segalanya berakhir dengan....
Keindahan senja terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja. Melihat parade awan jingga berlarian berkejaran saling mendahuli menuju ufuk barat. Bersama mentari yang melambai mengucapkan salam  perpisahan untuk tidak menunggu bertemu esok hari. Saat lorong pupil tertembus seberkas cahaya, bayangan itu tertangkap jelas dalam retina. Sosok yang sudah tak jelas lagi. Seperti baying-bayang yang selalu mengikuti. Kenal, dekat sekali. itulah Siluet senja itu, bayangan hitam yang selalu indah. Namun sayang, siluet indah itu hilang bersama dengan tenggelamnya surya di ufuk barat. Belum sempat ku mengabadikannya.
Ingin ku ulangi, memandang siluet senja itu, meski hanya sekejap. Meski tak tahu kapan itu. Semoga masih ada waktu, untuk kembali memandang siluet senja itu. Karena semua ini soal waktu. Tinggal ku jalani. Melewati  gelapnya malam, menikmati sejuknya pagi hari, dan Melawan Sengatan terik  panas matahari. Hingga akan ku dapati, dipenghujung  sore dengan semilir angin senja bersama siluet senja.
Siluet senja…
Mengapa kau menantikan bintang dari langit,
Padahal bintang di bumi jauh lebih terang
Bintang di langit bersinar sebantar lalu sirna
Sementara bintang di bumi tak pernah terbenam
(Rahasia maha indah karya Ibnu Athaillah)



0 comments:

Post a Comment