Sunday, September 17, 2017

Studi Investigasi Desain Pengerukan Alur Pelayaran/ Kolam Pelabuhan (2)

Studi Komperhensif Sedimentasi Alur Pelayaran dan Kolam Pelabuhan



Studi sedimentasi merupakah salah satu tahapan krusial dalam studi invesitasi desain pengerukan dan alur pelabuhan, sebab akan digunakan dalam  menganalisis pola sedimentasi serta penangangan masalah sedimentasi tersebut. Sehingga ketika gagal dalam mengidentifikasi pola sedimentasi yang ada di lapangan maka solusi yang diberikan untuk menanggulangi masalah sedimentasi sangat meragukan untuk di eksekusi di lapangan.
Analisis pola sedimentasi dapat dilakukan dengan membuat model yang dibantu dengan perangkat lunak pemodelan hidrodinamika laut dan sedimentasi seperti halnya SMS (Surface Water Modeling System), MIKE 21/3 Integreted Module, Delft 3D, ROMS (Regional Ocean Modeling System) dan lain – lain yang sudah banyak beredar di kalangan professional dan terpercaya.
Validitas hasil model pola sedimentasi dapat dilakukan dengan membandingkan antara data lapangan dengan hasil model dengan batas error maksimal tidak lebih dari 20% pada setiap parameternya, misal Pasang surut, Arus, Sebaran dan konsentrasi TSS dan perubahan kedelaman (Bed level Change).
Oleh karena pengambilan data lapangan yang akurat sangat menentukan keberhasilan studi sedimentasi pada alur pelayaran dan kolam pelabuhan. Kesalahan mengidentifikasi parameter teknis lapangan dapat mengakibatkan kesalahan dalam pembuatan model yang berakibat model numeric mengalami error.
Beberapa parameter teknis yang diambil ketika survei dan data sekunder yang diperlukan dan kegunaannya akan dijelaskan pada tulisan ini, antara lain ;
Data Batimetri
1.    Data Batimetri sebelum studi dilakukan
2.    Data Batimetri ketika Awal Studi
3.    Data Batimetri pada pertengahan studi
Catatan : Ketiga data di atas sangat penting guna menjaga kualitas dan validitas selama studi ini berlangsung. Data batimeteri sebelum studi bermanfaat untuk mengetahui perubahan dasar perairan dan spot – spot pendangkalan selama kurun waktu data sebelum studi sedimentasi hingga keluar data batimetri ketika awal studi.
                
melakukan pemodelan dengan batimetri ketika awal studi dengan memvalidasi model dengan pasang surut, arus untuk menemukan parameter model yang pas dan digunakan untuk melakukan pemodelan .

Dari hasil parameter model di atas dibuat model sedimentasi dengan dasar batimetri sebelum studi dan dilakukan dalam kurum waktu hingga data batimetri awal, maka kita dapat mengetahui pola sedimentasi dan perubahan dasaranya. Kemudian data hasil pemodelan tersebut digunakan untuk memprediksi sedimentasi dan perubahan dasar hingga keluar data batimetri pertengahan studi atau hingga beberapa tahun kemudian.

Data Pasang Surut, Arus, Gelombang dan Debit Sungai
Data ini merupakan “senjata” untuk melakukan pemodelan dengan tepat dan akurat. Model Arus sangat dipengaruhi oleh pasang surut sebagai penggeraknya dan gelombang serta debit sungai. Sehingga ketika kita tidak tepat dalam melakukan pengukuran pasang surut dan arus maka akan sulit melakukan validasi model karena ketika hasil model dibandingkan dengan  pengukuran lapangan tidak akan menghasilkan error margin yang kecil.
Pengambilang data pasang surut hendaknya di daerah  yang tidak banyak terpengaruh oleh gelombang. Jika keberadaan alur berada pada sungai/ muara maka pengambilan data pasang surut harus di dua tempat secara bersamaan yaitu di muara / laut dan di hulu sungai.
Pengambilan data arus hendaknya mengambil di daerah yang tidak banyak pengaruh dari luar. Sehingga arus yang dihasilkan arus natural karena pasang surut dan gelombang bukan karena pengaruh dari luar misal pergerakan kapal atau refraksi atau difraksi gelombang


Studi Investigasi Desain Pengerukan Alur Pelayaran/ Kolam Pelabuhan


Preview Studi Investigasi Desain Pengerukan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan yang dimaksud pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.
Oleh karena itu, pelabuhan memiliki beberapa fasilitas pokok yang meliputi:
a.         Alur-pelayaran;
b.         Perairan tempat labuh;
c.         Kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal;
d.         Perairan tempat alih muat kapal;
e.         Perairan untuk kapal yang mengangkut
f.          Bahan/Barang Berbahaya dan Beracun (B3);
g.         Perairan untuk kegiatan karantina;
h.         Perairan alur penghubung intrapelabuhan;
i.          Perairan pandu; dan
j.          Perairan untuk kapal pemerintah.
Salah satu sarana vital dalam pelabuhan adalah tersedianya alur pelayaran yang layak sehingga mampu memberikan keamanan perjalanan kapal. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan (PM) 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi yang dimaksud dengan alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari. Sehingga dalam perjalanannya, kondisi alur pelayaran harus tetap memenuhi kriteria aman baik dari segi kedalaman, lebar serta bebas hambatan guna mendukung pelayaran aman dan selamat untuk mendukung proses distribusi logistik nasional serta program “Tol Laut” pemerintah.

Dalam rangka memenuhi kriteria yang telah disebutkan diatas, maka perlu adanya pemeliharaan alur pelayaran dari suatu pelabuhan. Hal ini diperlukan karena kondisi dinamis perairan laut meliputi gelombang, arus dan sedimentasi dapat mengakibatkan perubahan kondisi alur pelayaran. Hal tersebut ada dalam Pasal 35 Peraturan Pemerintah (PP) Nomer 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, dimana penyediaan dan pemeliharaan alur pelayaran suatu pelabuhan dan kolam juga pelabuhannya merupakan tanggung jawab penyelenggara pelabuhan.
Kondisi perairan laut yang sangat dinamis dan disebabkan pula oleh proses di daerah sekitar pelabuhan dan  alur pelayaran mengakibatkan terjadinya perubahan kedalaman desain baik di alur pelayaran dan kolam pelabuhan. Tingkat sedimentasi yang tinggi mengakibatkan pengelola pelabuhan dan alur pelayaran harus mengeluarkan biaya untuk perawatan (maintenance) terhadap kedalaman dari desain alur pelayaran dan kolam pelabuhan. Tentu hal ini nantinya akan membebani belanja pelabuhan jika tiap tahun harus mengeluarkan pembiayaan pengerukan pemeliharaan (maintenance dredging) jika tingkat sedimentasi di daerah teresebut tinggi.
Tingginya tingkat sedimen sangat dipengaruhi kondisi di sekitar area pelabuhan itu sendiri, misalnya pelabuhan di dekat sungai atau muara. Tentu kondisi lingkungan tersebut mengakibatkan tingginya tingkat sedimentasi di alur pelayaran dan kolam pelabuhan, sebab jika musim hujan kiriman material sedimen akibat banjir dari hulu sungai sangat tinggi. Di Indonesia sendiri kebanyakan pelabuhan – pelabuhan yang beroperasi dibawah PT. Pelindo sebagai pengelola bisnis pelabuhan dan Kementerian Perhubungan sebagai pengelola alur pelayaran berada di daerah muara sungai, sebab keberadaan pelabuhan tersebut duhulunya adalah pelabuhan yang didirikan oleh Belanda pada jaman colonial. Contoh, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya , Pelabuhan Cilacap, Pelabuhan Belawan, Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung Mas Semarang, Pelabuhan Teluk Bayur Padang, Pelabuhan Kalimantan dan masih banyak lagi.

Guna menanggulangi hal itu, perlu dilakukannya studi komperhensif tentang tingkat sedimentasi dan desain pengerukan di area alur pelayaran dan kolam pelabuhan. Hal ini memeliki beberapa tujuan diantaranya
  • ·         Mendapatkan parameter teknis perairan yang diperlukan dalam analisis perencanaan alur pelayaran/ kolam pelabuhan melalui kegiatan survei.
  • ·         Melalukan perencanaan alur pelayaran/ kolam pelabuhan yang memenuhi standart dan kaidah yang belaku.
  • ·         Melakukan perencanaan pemeliharaan alur pelayaran dan kolam pelabuhan.

Sehingga diakhir studi ini nantinya akan dapat diketahui parameter lingkungan daerah alur pelayaran dan kolam pelabuhan berupa;
  1. 1.    Sedimen dasar (D50)
  2. 2.    Sedimen Layang (TSS)
  3. 3.    Salinitas
  4. 4.    Suhu
  5. 5.    Gelombang
  6. 6.    Angin
  7. 7.    Curah Hujan
  8. 8.    Pasang surut
  9. 9.    Debit Sungai (jika ada)
  10. 10. Arus ketika Spring dan Neap tide
  11. 11. Batimeteri sebelum dan sesudah studi
  12. 12. Sumber sedimentasi non natural karena aktivitas pekerjaan di pelabuhan

s    Parameter itulah yang kemudian digunakan dalam melakukan studi sedimentasi terhadap alur pelayaran dan kolam pelabuhan dengan menggunakan perangkat pemodelan pemodelan numeric yang secara terintegrasi dapat memodelkan semua parameter Gelombang, Arus dan Sedimentasi.
Ketika pola sedimentasi yang berada di daerah tersebut sudah dapat diketahui, maka tahap selanjutnya akan didapatkan perencanaan penganggulangan terhadap laju sedimentasi sehingga mampu menguragi tingkat sedimentasi pada alur pelayaran dan kolam pelabuhan.
Selain itu, yang juga menjadi pokok adalah desain pengerukan, dimana hal ini sangat krusial sebab berhubungan dengan keselamatan pelayaran dan keamanan kapal dalam bersandar di pelabuhan. Pengerukan harus dapat dilakukan seoptimum mungkin sehingga tepat sasaran dan tepat pembiayaan. Oleh karena itu perlu dalam studi desain pengerukan ini mempetimbangkan kebutuhan mendesak daerah pengerukan dan tidak perlu pengerukan juga mempertimbangkan waktu kapal dapat masuk dengan kedalaman alur pelayaran yang aman