Thursday, June 20, 2013

Menjawab Kegalauan Pemikiran Ahmad Wahib

Kebebasan Pemikiran Dalam Islam

Kalau kita membaca buku "Pergolakan Pemikiran Islam Ahmad Wahib", kemudian di dalam buku tersubut ada pengenalan sedikit tentang sosok Ahmad Wahib yang dipaparkan oleh Johan Efendi. Johan Efendi menceritakan siapa saja yang menjadi idola Ahmad Wahib tentang pemikiran yang itu menjadi refrensi pemikirannya. salah satunya adalah Ir. Soekarno, tentu kita kenal beberapa pemikiran beliau yang pernah menjadi kontroversi dalam tulisan yang menggugat kebebsan berfikir dalam islam dan sekulerisasi. namun semua tulisan itu telah "dijawab" langusung oleh M. Natsir. Tentang kebebasan berfikir, hampir sama corak pemikiran Ir. Soekarno dengan apa yang ditulis oleh Ahmad Wahib dalam catatan harianya. berikut adalah tulisan M. Natsir ketika menjawab kegamangan kebebasan pemikiran dalam Islam yang di muat dalam panji islam.
_________________________________________________________________________________

SIKAP „ISLAM" TERHADAP „KEMERDEKAAN-BERFIKIR".
Kemerdekaan-berfikir, Tradisi, dan Disiplin
APRIL ~ DJUNI 1940.
Oleh M. Natsir

Tuesday, June 18, 2013

Menjawab Kegalauan Pemikiran Ahmad Wahib

Manusia Tahu mana kebenaran Absolute

1. Jika dikatakan bahwa manusia tidak dapat mengetahui kebenaran yang absoulute tentu hal itu sangat tidak benar dan tidak ilmiah seperti yang digembar-gemborkan. sebab dengan pemikiran yang telah pasti maka hasilnya pun akan pasti. misal, ada pertanyaan 1+1 = 2, itulah adalah absolute. Juga dalam masalah kebenaran berita, Hari ini ada kebakaran di rumah di Jl. mawar, itu adalah absolute. maka, pernyataan bahwa pemikiran manusia selalu relatif adalah tidak bisa masuk dalam logika manusia.
2. Bahwa jika manusia tidak dapat mengetahui kebenaran absoulute seperti yang dimaksud tuhan, berarti Tuhan tidak "serius" dan percaya kepada kenabian Muhammad SAW. Jika dia mengatakan bahwa yang tahu kebenaran secara mutlak adalah tuhan. maka orang tersebut mestinya mengeatahui kebenaranya yang ada pada tuhan, karena dia mengetahui bahwa yang mengetahui kebenaran mutlak adalah tuhan.
3. Jika kebenaran itu relatif, maka orang yang menyatkan tersebut sebenarnya juga relatif.
4. jika kebenaran itu dianggap relativ, maka kebenaran itu tidak memihak. tidak ada klaim paling benar terhadap kebenaran. Misal, si A mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada, sedang si B mengatakan bahwa Tuhan itu ada. Akankah kedua pernyataan itu benar ? atau salah satu yang benar ?. Tentu secara logika hal ini sangat kontradiktif.
Jika pemikiran relativisme ini dimasukan dalam khazanah keilmuan islam, maka hal ini kan merusak tatanan keilmuan yang talah lama mengakar. berarti Islam sendiri itu tidak ada artinya artinya. Karena Islam sendiri itu kebenran relatif yang mungkin islam itu salah. tentu hal ini akan menimbulkan persepsi, "buat apa islam, kan tidak benar 100%?".

Kritik Pemikiran Ahmad Wahib oleh Adian Husaini

Bak Telah terbit, Buku Kritik Terhadap Abu Zayd
Hidayatullah.com; Sabtu, 12 Mei 2007

Buku ”Al-Quran Dihujat” mengulas si penghujat Al-Quran garda depan,  Prof. Dr. Nasr Hamid Abu Zayd. Baca Catatan Akhir Pekan [CAP]  Adian Husaini ke-194
Oleh: Adian Husaini

Bulan Mei 2007 ini, peneliti INSISTS, Henri Shalahuddin MA telah menerbitkan sebuah buku berjudul “Al-Quran Dihujat” (Jakarta: GIP). Buku ini sangat penting dalam perspektif kajian pemikiran Islam di Indonesia saat ini. Secara umum, buku ini berisi kritik terhadap pemikiran Prof. Nasr Hamid Abu Zayd, pakar sastra Arab Mesir yang terkenal dengan teorinya bahwa Al-Quran adalah produk budaya Arab. Dari isi dan literatur rujukannya, tampak buku ini dipersiapkan cukup serius. Berbagai karya Abu Zayd ditelaah dan diberikan kritiknya.

Abu Zayd memang telah divonis murtad oleh Mahkamah di Mesir, dan kemudian lari ke Belanda. Di negara kolonial inilah, Abu Zayd diberi tempat terhormat sebagai guru besar ilmu Al-Quran di Universitas Leiden. Dari sini pula Abu Zayd mengkader lusinan dosen UIN/IAIN untuk menyebarkan pahamnya di Indonesia.

Karena itu, tidak heran, jika hasil penelitian Litbang Departemen Agama tentang paham Liberal keagamaan di sekitar kampus UIN Yogya menyatakan, bahwa bagi kaum liberal: ”Al-Quran bukan lagi dianggap sebagai wahyu suci dari Allah SWT kepada Muhammad saw, melainkan merupakan produk budaya (muntaj tsaqafi) sebagaimana yang digulirkan oleh Nasr Hamid Abu Zaid. Metode tafsir yang digunakan adalah hermeneutika, karena metode tafsir konvensional dianggap sudah tidak sesuai dengan zaman.”

Menjawab Kegalauan Pemikiran Ahmad wahib

Kegalauan Pemikiran tentang Al-Quran

Seperti yang dipaparkan sebelumnya bahwa sesunguhnya pemikiran Ahmad Wahib bukanlah orisil pemikirannya sendiri namun lebih banyak dipengaruhi oleh pemikiran islam liberal-sekuler dari Timur tengah, semisal Prof. Dr. Nash Hamid Abu Zayd. Corak pemikiran tentang Al-Quran, baik dari tafsir atau implementasinya sangat kental merasuk dalam setiap kata dalam tulisan Ahmad Wahib saat menuliskan “renungan” hariannya dalam memahami Al-Quran. Sebagai contoh adalah kata-kata Ahmad Wahib dalam tulisnnya yang dikutip langsung dari buku “Pergolakan Pemikiran Islam”
Apakah kalimat-kalimat dalam Al-quran itu memang asli dari dari tuhan atau berasal dari nabi Muhammad sendiri (dengan berdasar pada wahyu berupa “ispirasi sadar”) yang diterima dari Tuhan ?Kalau yang pertama yang terjadi, maka proses “ideation” akan sukar untuk dibenarkan, kata – kata tuhan itu mesti tertuju pada seluruh ruang dan waktu baik harfiah maupun maknawi!.( hal 107, 9 april 1970)Sehubungan dengan islam saya ingin menyinggung soal kalam. Saya kira dengan mengetakan bahwa alquran bukan wahyu Allah, justerusaya lebih memuliakan Allah, mengagungkan Allah. (hal 132, 15 september 1970)Saya sangat tidak setuju akan cara-cara orang-orang menafsirkan ayat-ayat Al-Quran. Saya melihat bahwa Asbabul Nuzul atau semangat waktu turunnya ayat itu kurang dilihat. Sungguh saya benci dengan pemerkosaan ayat-ayat Al-Quran dan lafal-lafal hadits sekarang ini dalam pemakaian maupun penafsiran. Biar aku akan menempuh jalan ku sendiri.“Katakanlah Kebenaran, walau karihal kaafirin, walau karihal musyrikin”. Juga “Mengapa kamu angkat orang-orang kafir sebagai pemimpin-pemimpin islam?”. Ayat-ayat Al-Quran semacam ini digunakan oleh propagandis-propagandis kita untuk membakar semangat massa. Mereka kurang sadar perbedaan antara situasi di zaman nabi dengan situasi sekarang.... kembalikanlah pada konstelasi di zaman Nabi, baru kita berhak menggunkan ayat tersebut sekarang atau tidak. (hal 26, 15 Juli 1969)

Monday, June 17, 2013

Menjawab Kegalauan Pemikiran Ahmad Wahib

Latarbelakang Pemikiran 

Ketika membaca buku pergolakan pemikiran islam ahmad wahib, mungkin kita akan terpesona dengan pemikiran-pemikiran islam yang “liar” dan kontorversial. Pemikiran-pemikiran yang mungikn tidak banyak orang-orang memikirkan hal itu dan para ulama telah lama sudah final akan keputusan itu, malah oleh ahmad wahib hal itu menjadi bahan perdebatan dan studi sebagai peninjauan ulang atas ke-final-an pemikriran tentamg itu. Banyak sekali Ahmad Wahib mengkritik alquran dan alhadits. Menuduh Nabi Muhammad sebgai seorang pengarang Alquran, Alquran sebagai produk budaya, islam sebagai objek penelitian dan sebagainaya. Banyak orang menganggap hal itu merupakan kekrititsan Ahmad Wahib karena kecerdasannya dalam belajar islam dengan bimbingan dari Romo katolik dan Lingkaran diskusi selama ini dia lakukan.
Kalau kita membaca sejarah pemikiran-pemikiran kontroversial tentang islam, maka kita tidak akan terkejut dengan apa yang telah digagas oleh ahmad wahib dalam catatan hariannya. Kita akan mengatakan bahwa Ahmad Wahib hanyalah seorang pembeo dari pemikir-pemikir islam yang keliru di timur tengah sana dan juga pemikir-pemikir orientalis di barat sana. Apa yang dipikirkan oleh Ahmad Wahib adalah merangkum dari semua pemikiran-pemikran yang ada. Mulai dari  Muhammad Shahrur dengan desakralisasi Al-quran, Nasr Hamid Abu Zayed, Fazlur Rahman, Muhammad Arkoun, Hasan Hanâfi, Muhammad Abid al-Jâbiri, Mahmûd Muhammad Ţoha, Abdullah Ahmed al-Na’îm, Sa’îd al-Asmâwi. Dari dalam negeri sendiri, Ahmad Wahib juga terpengaruh dengan gagasan-gagasan kebebasan berfikir yang pernah ditulis Ir. Soekarno yang juga telah terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran liberal timur tengah.
Ahmad Wahib yang mempunyai keluasan bacaan dan refrensi buku-buku pemikiran filsafat semenjak aktif di lingkaran diskusi pemikiran sangat mempengaruhi gaya berfikirnya. Semua buku pemikiran keislaman dibacanya tanpa menyaring bagaimana benar atau salahnya. Bimbingan sang Romo juga sangat berpengaruh dalam Hermeunitika dalam belajar Al-quran nya Ahmad Wahib. Sehingga dalam menjawab pemikiran-pemikirannya pun sebnarnya kita tidak akan pernah kesulitan dalam mencarinya, sebab dalam sepanjang sejarah pemikiran-pemikiran nyeleneh itu, ada ulama-ulama shalafussholih yang dengan tegas memberikan jawaban kebeneran islam yang haqiqi.

Shophisme dan pengaruhnya dalam pemikiran Liberal

Shophism diambildari kata “shopos” atau “shopia” artinya “wise” (bijaksana) atau wisdom (Kebijaksanaan). Makna ini dikenal sejak homer dan digunakan untuk menjelaskan seseorang yang memiliki keahlian dalam spesifikasi pengetahuan atau keahlian (craft). Makna ini biasanya dianggap berasal dari “Tujuh Bijaksana Yunani” ( Greek Seven Sages) dari abad-7 dan ke-6 SM (seperti Solon dan Thales). Namun kemudianpada abad-5 SM, “shopist” menunjukan pada satu kelas intelektual yang berkeliling yang mengajarkan berbagai hal berpikir-spekulai tentang sumber bahasa dan budaya. Dalam konteks Yunani, Shopist adalah kelompok aliran filsafat Yunani tertentu, yang mengawali aliran folsafat socrates. Jadi seorang shopist adalah orang yang meragukan bahwa statetmen-statetmen itu benar, atau orang yang tampaknya hebat namun mengidap argumen-argumen yang keliru.
Shophisme memiliki beberapa turunan aliran pemikiran yang sama salahnya dan sesatnya. Antara lain adalah Relativisme, Skeptisme, Nihilisme. Relativisme Adalah sebuah paham tentang yang menolak adanya kebenaran univversal (universal Truths), doktrin ini juga mengajarkan bahwa disana tidak ada nilai yang memiliki kelebihan dari nilai-nilai lain. Semua nilai sama(relative), tidak ada yang absolute. Agama tidak lagi berhak mengklaim mempunyai kebenaran absolute, ia hanya dipahami sama dengan persepsi manusia sendiri yang relatif itu. Oleh sebab itu ia mempunyai status yang kurang lebih sama dengan filsafat. Dari epistimologi, doktrin relativisme berpegang pada prinsip bahwa kebenaran itu sendiri adalah relatif terhadap (tergantung pada) pendirian subyek yang menentukan. Relativisme juga dianggap sebagai doktirn global tentnag semua ilmu pengetahuan. Dari sisi nilai kebenaran, relativisme menolak kebenaran objektif. Skeptisisme adalah keragu-raguan, kesangsian, atau ketidakpercayaan. Dalam skeptism ada yang adalah pendapat-nalar bukan ketetapan yang sudah menjadi kesepakatan mutlak. Sifatnya selalu meragukan sesuatu sembari mengkritik yang diragukan itu. Nihilisme adalah saudara dekat dari relativisme. Tujuan dasarnya adalah “menggugat agama”. Programnya adalah pengapusan nilai dan penggusuran tendensi yang menggunakan otoritas. Hal ini dilakukan dengan mereduksi makna nilai yang dijunjung tinggi dan nilai sebagai absolute oleh agama dan masyarakat.
Dari penjelasan di atas, kita akan dapatkan beberapa tulisan pemikiran Ahmad Wahib sangat kental dengan nilai relativisme, menolak kebenaran absolute, menggugat otoritas kebenaran Al-quran. Skeptis terhadap kenabian Muhammad dalam maslah kewahyuan dari Allah dan menganggap Alquran sebagai karangan Muhammad.
Apakah kalimat-kalimat dalam Al-quran itu memang asli dari dari tuhan atau berasal dari nabi Muhammad sendiri (dengan berdasar pada wahyu berupa “ispirasi sadar”) yang diterima dari Tuhan ?
Kalau yang pertama yang terjadi, maka proses “ideation” akan sukar untuk dibenarkan, kata – kata tuhan itu mesti tertuju pada seluruh ruang dan waktu baik harfiah maupun maknawi!.( hal 107, 9 april 1970)
Sebagian orang meminta agar saya berfikir dalam batas tauhid, sebagai konklusi globalitas ajaran islam. Aneh, mengapa berfikir hendak dibatasi . Apakah tuhan itu takut terhaap rasio yang diciptakan oleh tuhan sendiri ? Saya percaya pada tuhan, tapi tuhan bukanlah daerah terlarang bagi pemikiran. Tuhan ada bukan untuk tidak difikirkan “adanya”.  Tuhan bersifat wujud bukan untuk kebal dari sorotan kritik. Sesungguhnya orang yang mengakui ber-Tuhan, tapi menolak berpikir bebas berarti menghina rasionalitas eksistensinya Tuhan. ( hal 23, tanggal 9 maret 1969)



Thursday, June 13, 2013

Kegalauan Pemikiran Ahmad Wahib tentang Islam


"Membedah Buku Pergolakan Pemikiran Islam Ahmad Wahib"

Wahib yang kritis
Anak muda kritis yang pernah dimiliki negeri ini, Ahmad Wahib adalah anak muda yang besar dari lingkaran diskusi dan pemikiran tentang kondisi masyarakat saat itu. Pikiran tentang perubahan – perubahan kondisi itu menggiringnya pada satu jalan dengan belajar seluruh bidang yang berkaitan dengan masyarakat. Mulai dari filsafat, agama sampai ekonomi dan politik. Hingga kuliah yang menjadi bidangnya pun tidak sempat dia selesaikan di kampus UGM jurusan FMIPA tahun 1961. 
Pada tahun permulaan kuliah di kota pelajar, Wahib muda tinggal bersama dalam sebuah asrama katolik. Asrama Realino namanya. Sejak awal mahasiswa aktif sebagai aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) hingga pernah masuk sebagai pejabat penting di organisasi hijau hitam. Meskipun pada akhirnya mengeluarkan diri dari organisasi yang telah membesarkan pikirannya dengan alasan tidak sejalan dengan pemikiran orang – orang yang berada di dalam HMI sendiri. Memang sebelum keluar dari HMI banyak pemikiran – pemikiran “liar” dari Ahmad Wahib yang menjadi bahan perdebatan di kalangan HMI sendiri.  Sebagian pemikiran Ahmad Wahib terilhami dari Wajiz Anwar seorang dosen filsafat dari IAIN Sunan Kalijaga serta Bung Karno yang ia anggap sebagai “mujaddid islam” karena dianggap berhasil mengawinkan Marxisme dan islam.
Beberapa Kegalauan Pemikiran Ahmad Wahib dari sebuah catatan buku Pergolakan Pemikiran islam; catatan harian Ahmad Wahib.
1. Kebebasan berfikir yang kebablasan
Sebagian orang meminta agar saya berfikir dalam batas tauhid, sebagai konklusi globalitas ajaran islam. Aneh, mengapa berfikir hendak dibatasi . Apakah tuhan itu takut terhaap rasio yang diciptakan oleh tuhan sendiri ? Saya percaya pada tuhan, tapi tuhan bukanlah daerah terlarang bagi pemikiran. Tuhan ada bukan untuk tidak difikirkan “adanya”.  Tuhan bersifat wujud bukan untuk kebal dari sorotan kritik. Sesungguhnya orang yang mengakui ber-Tuhan, tapi menolak berpikir bebas berarti menghina rasionalitas eksistensinya Tuhan. ( hal 23, tanggal 9 maret 1969)