Friday, November 29, 2013

Majelis Muhammad Natsir 2



Kita dan Semangat perjuangan kita
Malam ini sangat berbeda dari biasanya, meskipun kelelahan sudah bertumpuk dipundak dari siang tadi. Namun, ada sesuatu yang ditunggu di malam ini. Semua lelah seolah terhentikan merayat di tubuh ini. Malam ini, secara langsung akan ada pidato dari Negarawan Muslim, Muhammad Natsir. Beliau akan memaparkan penjelasan tentang orientasi perjungan bangsa ini yang sudah mulai tidak kehilangan haluan. Semua orang pasti juga menantikan, bagaimana penjelasan dari ulama negeri ini. Tentang hakikat perjuangan bangsa ke depannya.
Semenjak terjadinya proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 lalu, perjuangan bangsa ini belum pada titik terakhirnya. Sebab, setelah itu, perjuangan bangsa ini tidak hanya di medan pertempuran saja. Namun, juga masuk pada perjuangan politik pemerintahan. Semua pertempuran itu silih berganti terjadi. Perang secara langsung pada front terdepan ataupun perjuangan dengan perang secara bergerilya. Semua dilakukan oleh rakyat Indonesia hanya untuk satu kata “MERDEKA”. Meskipun pasang surut perjuangan tidaklah dapat dihindari. Menang, kalah. Menyenangkan ataupun memilukan.
“sudahkah tercapai oleh kita satu Negera yang merdeka dan berdaulat, Negara kesatuan Republik Indonesia, berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa, peri kemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilan social untuk mewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan, perdamaian kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara Hukum Indonesia merdeka yang berdaulat sempurna ?, sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sejenak ruangan hening, suara menggelora dari radio menjadi tenang.
“sudahkah tercapai pula oleh Negara kita kedudukan yang patut dan sapantasnya sebagai Negara yang berdaulat  dalam berhubungan dan pergaulan dengan bangsa-bangsa lain berdasarkan saling mengerti dan saling menghargai ?”. suara itu meninggi lagi, menggambarkan emosi sang orator.
“maka, untuk itu saudara-saudara. Bahwa sesunguhnya perjuangan kita yang bersifat total  itu adalah bahwa setelah pertikaian dengan dengan pihak lawan selesai, setelah kemerdekaan dan kedaulatan kita raih,. Masih banyak pemuda-pemuda yang tidak turut serta dalam mempertahankan kedaulatan dan hanya ongkang-ongkang kaki”.
Memang seperti itulah yang terjadi, justru setelah kemerdekaan di proklamirkan kepada seluruh penjuru negeri. Semua rakyat merasa bahwa perjuangan telah mencapai titik terakhir. Mereka tidak lagi terlibat dalam perjuangan mempertahankan kedaulatan dan tidak pula ikut serta dalam pekerjaan-pekerjaan produktif untuk membangun bangsa ini.
Banyak alas an mengapa mereka akhirnya tidak lagi mau bergabung, turun angan langsung dalam proses membangun negeri ini;
1.       Ada dari mereka yang belum puas dengan hasil perjuangan sekarang
2.       Ada juga diantara mereka yang akhirnya tidak lagi turun karena dahulu bernah berselisih antar sesama
3.       Ada yang memisahkan diri dari masyarakat karena adanya malah menjadikan kekacauan di masyarakat.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya perjuangan bangsa kita naik pada satu tingkat, setelah kemerdekaan  berada dalam genggaman kita. Kita tidak lagi akan berjuangan memanggul senjata menyisir gunung-gunung, kita tidak akan lagi langsung berada dalam font peperangan. Tingkatan perjuangan bangsa ini tidak lagi menghendaki putera terbaiknya harus meregang nyawa di medan laga. Perjugnan bangsa kita tidak lagi  menghendaki perjuangan dengan meninggalkan keluarga dan masyarakat pada umumnya.
sehingga sudah satnya kita mengalihkan seluruh usaha kita, kalau dulu kita di medan laga. mari kita sekarang berjuangan ke medan jiwa, membangun bangsa.
Mari ber-sama bersanding-bahu,  dengan tenaga tersusun menulis halaman baharu dalam riwajat Nusa dan Bangsa menudju kepada kebahagiaan lahir batin bagi segenap warga, sjrta diliputi keredaan Ilahi, Tuhan Jang Maha Esa. Buat jang demikian djalan telah terbuka. Pakailah kesempatan jang terbuka sekarang ini dengan tjara jang segera akan dimaklumkan. Demikianlah seman saja terhadap dua golongan jang saja sebut-kan tadi

Capita selecta jilid 2

Tuesday, November 26, 2013

Majelis Muhammad Natsir



Integralistik Republik Indonesia
Gedung parlemen itu riuh, semua orang sudah berkumpul. Semua anggota dewan terhormat telah duduk bersiap melanjutkan agenda musyawarahnya. Hari ini agendanya adalah mendengarkan pidato dari politikus islam, ulama negarawan, Muhammad Natsir. Semua mata tertuju pada panggung utama, pada mimbar yang berada di pinggir podium ketua sidang. Singa podium itutelah bersiap, mengeluarkan kata yang mengguncang pikiran semua orang yang berada dalam gedung parlemen ini.
Gedung dewan sudah panas, semenjak kemarin tidak ada putusan yang jelas atas masalah genting yang sedang dihadapi negeri ini semenjak selesainya Konfrensi Meja Bundar di den Haag, Belanda. Sisa kolonialisme masih mengakar kuat di daerah-daerah bekas jajahan. Sangat terasa diberbagai daerah seperti Pulau Sumatera, Jawa dan Madura. Ada keinginan dari berbagai daerah tersebut bergabug dengan Republik Indonesia, namun van mook menjadi momok yang menakutkan bagi rakyat saat ini.
Kerusuhan sudah banyak terjadi di daerah-daerah akibat penderitaan berkepanjangan setelah kemerdekaan.Semua rakyat akhirnya bersatu membuat tuntutan-tuntutan berupa resolusi dan mosi ketidak percayaan kepada pemerintah. Mereka ingin segera merasakan ketentraman, kejelasan politik. Semua rakyat memilih berbuat “onar” untuk menyelesaikan permasalahan saat itu. Pemerintah yang defensive bahkan cenderung mendiamkan permasalahan membuat rakyat sudah tidak percaya lagi kepada pemerintah saat itu. Hingga akhirnya digelarlah siding istimewa di gedung dewan.
Gedung dewan juga sangat panas. Tentang permasalahan kejelasan dari pembentukan kesatuan Negara. Semua berbicara dengan kepentingan masing-masing. Memang, suasana Sistem Demokrasi Liberal sangat membebasan semua untuk masuk dalam gedung dewan. Ada golongan sosialis, komunis serta islam yang merupakan pemenang pemilu dengan PartaiMasyumi. Sosialis dengan konsep Negara Federalis telah mengeluarkan pidatonya, D.N. Aidit dengan Komunisnya mengusung unitarisme telah membuat semuaisi gedung dewan manggut-manggut tanda kesepemahaman..
Ketikasemua orang ramai membicarakan bagaimana struktr pemerintahan nantinya, Natsir tampil dengan membawa wacana baru terkait mosi dan struktur pemerintahan. Dalam pidatonya, M. Natsir menyampaikan, “SaudaraKetua, idjinkanlah saja sekarang berbitjara terlepas atau tidak terlepas dari pada soal unitarisme atau federalisme, akan tetapi dalam hubungan jang lebih besar mengenai mosi ini.”. M. Natsir mencoba mendudukan kembali permasalahannya, tentang apa yang dihadapi pemerintah terkait dengan mosi dan tuntutan rakyat serta permasalahan struktur pemerintahan. Beliau mengawali dengan tidak lagi membicarakan bagaimana sesungguhnya yang harus dipakai oleh pemerintah dalam melaksanakan pemerintahan.
Kemudian beliau keluarkan kritik untuk pemerintah yang telah lambat dalam mengambil langkah, hingga keadaan benar  sudah hampir di luar kendali. "Inisiatif terlepas dari tangan Pemerintah. Tak ada konsepsi untuk menghadapi soal ini dalam djangka jang tertentu. Sembojan jang ada hanjalah : „Terserah kepada kemauan rakjat". Rakjat bergolak di-mana. Hasilnja hudjan resolusi dan mosi. Parlemen menerima dan tinggal mengoperkan semuanja itu kepada Pemerintah dengan tambahan argumentasi juridis dll., dan kalau perlu dengan citaten dan encyclopaedie. Dengan begitu Pemerintah lambat laun terdesak kepada posisi jang defensif. Lalu Pemerintah terpaksa menjesuaikan diri setapak demi setapak dengan undang2 darurat sebagai legalisasi. Suara itu berapi-api menggelora sampai kepada peserta siding semuanya, meraka seolah menahan nafas serius memperhatikan setiap perkataan singa podium itu. Pun juga dengan aku, terpana oleh orasi membakar tentang visi kenegaraan dari negarawan muslim ini.
Sesaat beliau diam, memberikan jeda sejenak. “apakah yang dimaksud dengan “terserah kepada kemauan rakyat” ?”. “apakah membiarkan semua keadaan ini semua ?”. semua terdiam dengan pertanyaan retorika tersebut. Memang, dengan alasan terserah kemauan rakyat, pemerintah seolah mendiamkan masalah ini. Padahal seharusnya pemeintah tahu apa yang dirasakan oleh rakyat, karena perintahan dari rakyat, untuk rakyat, dan kemerdekaan ini juga hasil perjuangan rakyat. Sehingga aneh dengan selogar tadi malah pemerintah tidak segera mengambil langkah taktis menyelesaikan masalah ini. Menyiapkan program-program jangka panjang, jangka pendek dalam rangka menyelesaikan permasalahan integrasi bangsa ini. Maka dengan itulah, penyelesaian masalah bangsa ini terlepas dari masalah unitarisme, federalism ataupun provinsialisme. Tapi penyelesaian masalah dalam Susana  Nasionalisme baru, semangat kesatuan bangsa.
Diakhir orasinya, Muhammad Natsir kemudian memberikan pernyataan yang memberikan langkah penyelesaian masalah integrasi bangsa ini. Langkah-langkah tersebut yang kita kenal dengan Mosi Intergral M. Natsir.
Berhubung dengan ini, saja ingin memadjukan satu mosi kepada Pemerintah jang bunjinja demikian:
Dewan Perwakilan Rakjat Sementara R.I.S. dalam rapatnja tanggal 3 April 1950 menimbang sangat perlunja penjelesaian jang integral dan programatis terhadap akibat2 perkembangan politik jang sangat tjepat djalannja pada waktu jang achir2 ini.
Memperhatikan : Suara2 rakjat dari berbagai daerah, dan mosi2 Dewan Perwakilan Rakjat sebagai saluran dari suara2 rakjat itu, untuk melebur daerah2 buatan Belanda dan menggabungkannja ke dalam Republik Indonesia. Kompak untuk menampung segala akibat2 jang tumbuh karenanja, dan persiapan2 untuk itu harus diatur begitu rupa, dan mendjadi program politik dari Pemerintah jang bersangkutan dan dari Pemerintah R.I.S. Politik pengleburan dan penggabungan itu membawa pengaruh besar tentang djalannja politik umum di dalam negeri dari pemerintahan di seluruh Indonesia.
Memutuskan :
Mengandjurkan kepada Pemerintah supaja mengambil inisiatif untuk mentjari penjelesaian atau se-kurang2-nja menjusun suatu konsepsi penjelesaian bagi soal2 jang hangat jang tumbuh sebagai akibat perkembangan politik di waktu jang achir2 ini dengan tjara integral dan program jang tertentu.
M. Natsir — SoebadioSastrasatomo — Hamid Algadri
— Ir. Sakirman — K. Werdojo — Mr. A. M. Tambunan
— NgadimanHardjosubroto — B. Sahetapy
Engel — Dr. Tjokronegoro — Moch.Tduchid —
Amelz — H. Siradjuddin Abbas.
3 April. 1950

Wednesday, November 20, 2013

Demokrasi, Dakwah dan Kekuasaan


Menarik sekali buku yang ditulis oleh Akmal Sjafril, judu yang berjudul “Geliat Partai Dakwah memasuki Ranah Kekuasaan”. Buka yang membuka wawasan bagi kita semua agar bersikap adil pada demokrasi. Mendudukan masalah demokrasi pada posisi yang tepat, tidak di pojok dan tidak pula di tengah. Mengembalikan kembali hal-hal yang mendasar tentang demokrasi dan bagaimana kita sebagai muslim memandang demokrasi itu sendiri. Sebab, setelah era baru globalisasi yang membawa dampak bukan hanya pada teknologi informasi dan ekonomi, demokrasi sudah merambah pada sistem kehidupan kita sebagai muslim. Hari ini, tidak ada muslim di Indonesia yang tidak terikat dan diatur oleh sistem demokrasi. Sehingga menjadi penting mendudukan demokrasi sebagaimana mestinya.
Apalagi semenjak Indonesia mengalami masa reformasi, masa kebebasan setelah pengekangan rezim orde baru. Semenjak itu, semua orang Indonesia menggunakan demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang mengatur segala urusan dunia. Semenjak masa reformasi itu pulalah, banyak kemudian partai-partai bermunculan. Mulai dari partai yang nasionalis, marhenis sampai agamis. Semua masuk ke dalam pusaran mewarnai wajah perpolitikan Indonesia yang menganut sistem demokrasi. Kemudian, pertanyaan baru muncul dari sebagian kelompok yang tidak sepemahaman dengan orang-orang islam yang masuk ke dalam pusaran demokrasi, bukankah demokrasi bukan dari islam ? bukankah itu sistem thought ? dengan memasuki ranah perpolitikan dengan sistem demokrasi berarti sama dengan menyembah thought. Menyembah thought berarti musyrik. Orang yang masuk ranah perpolitikan demokrasi harus mengulang kembali syahadat nya.
Melihat sejarah umat islam yang tidak pernah menang dan malah mengalami nasib tragis diberbagai Negara dengan mengikuti sistem demokrasi memberikan kesimpulan semu bahwa tidak ada gunanya memasuki sistem demokrasi, namun akhirnya malah mengalami nasib tragis dan tidak membawa perubahan. Ada atau tidak adanya partai-partai islam di perpolitikan dan diranah kekuasaan tidaklah membawa perubahan yang berarti, begitulah kata mereka yang tidak sepaham dengan kelompok islam yang terjun ke dalam sistem demokrasi. Tidak ada syari’at islam yang ditegakkan, tidak ada hokum-hukum islam yang disuarakan. Seolah umat islam yang diranah pengambil kebijakan terseret arus hingga lupa akan islam.
Pertanyaan dan logika diatas merupakan salah satu dari berbagai permasalahan yang coba dijawab oleh kang akmal. Meluruskan kembali penyikapan terhadap demokrasi dalam kacamata islam. Argument-argumen dan logika yang dibangun diatas rujukan pada ulama’ kontemporer yang telah mengkaji sebelumnya menjadikan buku ini semakin berkualitas. Sehingga buku ini bukan menjadi argument pembenaran semata namun disandarkan pada pengkajian oleh ulama’ serta memberikanpengalaman bagaimana umat islam sebelum-sebelumnya menyikapi tentang sistem demokrasi. Hingga dibagian akhir, pembaca diajak untuk membuat perspektif baru tentang demokrasi. Yang pada bagian-bagian awal pembaca akan diajak mendudukkan perkara demokrasi pada semestinya, bagaimana ulama’ kontemporer menyikapinya dan sebuah wacana bagaimana memanfaatkan demokrasi.

Buku ini sangat direkomendasikan bagi umat islam, khususnya yang sedang mengalami kebingunggan tentang penyikapan perbedaan di masyarakat. Kelompok lain mengatakan demokrasi haram, yang lain membolehkan. Selain itu, buku ini juga dapat dijadikan bahan diskusi dengan kelompok-kelompok yang mengharamkan sistem demokrasi. Buku ini juga akan semakin mengokohkan bagi aktivis pergerakan bahwa jalan yang dipilih, bukanlah jalan yang salah. Selamat menikmati membaca bukunya. Ikuti tulisan saya untuk mendapatkan ulasan tentang buku ini. Insya allah dalam waktu dekat akan tertulis.

Tuesday, November 19, 2013

cerita tentang aku, kau, kita dan Masa Depan

kita keluarga tapi sudah tak saling jumpa
kita keluarga tapi sudah lama tak menyapa
kita dekat tapi sudah lama tak merapat
kita satu tapi sudah sudah lama tak bertemu
kita itu RESHOLUSI, selalu dekat dihati..

termakasih kawan, akhirnya kita berkumpul kembali. sudah lama tak bertemu. sudah lama tak saling menyapa walau "hay". akhirnya berkumpul lagi, meskipun tak lengkap dari keluarga kita. cuma 3 dari ber 7 jumlah kita di Surabaya. Maaf, keluarga mu yang lain masih ada kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan. kalian tahu sendiri, bahwa kita adalah orang-orang hebat. semua akan membutuhkan kita. kita itu dianggap orang super yang selalu dibutuhkan banyak orang.
tapi tak apa, meskipun bertiga tidak apa. mendengarkan cerita mu sudah cukup menghibur. mendengar kabar mereka yang ada disana akan lebih bahagia. sudah tahun ke empat kita semua berada di kampus perjuangan. kita bertujuh, sebentar lagi lulus... (aaminn). meskipun kita mungkin tak akan bersama menuju altar suci graha 10 Nopember.. Setelah gugur saudara kita dan lebih memilih pindah ke malang. Andi mungkin tak akan bersama kita saat ITS 110 Sepetember tahun depan (insya Allah). do'a kan saudara mu segera menemukan obat terbaik bagi sakitnya.
Kabar saudara mu diujung barat sana ?, saudara kita sudah tinggal menunggu mengenakan toga di kampus ganesha, dan di kota hujan masih tetap menikmati bermain dengan anatomi hewan. kabar saudara mu yang ada di Malang sana. do'a kan saja saudaramu Damay, segera selesai skripsinya. kita nanti datang di acara yudisium atau wisudanya. Fatatus yang baru saja selesai PPL, mengajar anak SMP. Veteran 10 Nopember, Ria masih tetap on the track. Adam, sebentar lagi juga sama kayak kita, mengerjakan tugas akhir dan ujian kelulusan dari Ma'had Al-Hikam, do'a kan saja dia jagu ustadz dan engginer. Arbaul.. lama tak jumpa dan tau kabar akan dirinya. Paling timur, Novel, sudah lama tak terhubung, dan juga tak pernah menghubungi. kau terakhir bertemu adalah 3 tahun yang lalu.
cerita tentang aku, kau, kita di masa depan...
"jadi bupati di Nganjuk ya kau nanti", telunjuk itu mengarah pada orang yang salah kayaknya.
"ayo perbaiki, kembali ke daerah", semangatnya menggebu.
"insya allah aku akan kembali ke daerah, tapi bukan untuk posisi itu", kilah ku
"lebih tertarik pada pendidikan dan sosial", meskipun aku anak kelautan, apa urusan mu melarang ku.
"Ahh, pengen berpetualang dulu kau"
"chevron buka lowongan D4 gak ya ?", kapten kelompok kami.
"schlumberger menarik, senior ku cewek keterima semua", satu-satunya cewek kelompok kami yang di surabaya
"Gede lho bayarannya", semakin memberikan iming-iming
Ah.. kawan. mungkin itulah nanti yang akan kita hadapi. saat idealisme kita berhadapan dengan realita. gesekannya lebih panas di kepala. percikan kilatnya mampu menghapus mimpi-mimpi kita. sekarang cerita kita bermuara, tentang apa nanti yang akan kita berikan untuk orang-orang di sekitar kita. kalau dengan berkerja jadi "kuli" chevron dan schlumberger itu mampu memberikan manfaat bagi yang lain silahkan saja. tapi kalau malah melenakan, tunggu saja hingga aku bertemu dan menempeleng mu. cerita aku, kau, kita dan masa depan adalah misteri. mari kita nikmati dan persiapan diri untuk kejutan-kejutan hebat disetiap detiknya.
ingat kawan.. ITS 110 HARGA MATI

Surabaya 16 November 2013
00.30 WIB 
menikmati tangis sang langit
menikmati belaian dingin hujan
meneguhkan harapan akan perjumpaan
bahwa masa depan adalah kepastian
saat aku, kau dan kita menatap masa depan
Puput Pujingga, Fatatus, Arif Ardiansyah, Supri Arianto, Kholid Fauzi, no name (dari kanan - kiri )


Nova Aldi, no name, Fatatus, Damay, Erik, Adam (dari kanan-kiri)

16 November 2013


lorong itu belum berubah, tetap gelap sedikit penerangan, dan yang pasti adalah sepi. bangunan ini baru, namun arsitektur bangunan kuno tetap dipertahankan. entah apa maksud dari perencangnya, menimbulkan efek menyeramkan ? mungkin saja. memang gedung itu kadang terkenal horornya.  bau yang tak pernah berubah, masih teringat jelas bahwa 1 tahun yang lalu aku sudah pernah tidur disini.bukan sebagai pesakitan, tapi menunggu. Rumah sakit itu selalu memberikan kenangan, dan ciuman bau obat-obatan itu sebuah rasa trauma yang tidak harus diulang.
Menyusuri lorong sepi, bersama kawan mencari ruang yang dimaksud oleh teman dekat ku. bukan teman mungkin, "keluarga" kecil diluar rumah. ikatan itu kuat sehingga kelelahan hari itu pun tak terasa tuk sekedar senyum dihadapannya. menyusuri lorong itu semakin tersadarlah, bahwa nikmat itu tak pernah tersyukuri. benar kata kawan ku dulu "jikalau ingin tahu nikmatnya sehat, tanyakan pada orang yang sedang berbaring di rumah sakit, jika ingin tahu sakit dan menderitanya kematian, tanyakan pada mayat-mayat di kuburan". tapi aku tak akan segila itu, menanyai orang yang sedang berbaring dengan infus dan selang-selang yang tak jelas dimasukan kedalam lengannya dan juga hidungnya. "Bagaimana rasa sakitnya Pak ?", pertanya terbodoh jika itu ditanyakan. dan aku juga tak segila itu, menanyakan rasanya kematian dan alam kubur kepada mayat di kuburan. "Mbah, Bagaimana rasanya di dalam sana ?", pertanyaan konyol jika ditanyakan. apalagi harus membawa kembang tujuh rupa dan minyak serimpi dilengkapi kemenyan. kalau pun akhirnya dijawab seperti ini kau mau bilang apa ?. "Ayo tak ajak masuk sini, biar tahu bagaimana rasanya ?", kau mau jawab "terimakasih mbah, maaf merepotkan. gak usah repot-repot, keluarkan semuanya saja". Ahh kau kira sedang bertamu ke rumah kawanmu.
Semakin menyusuri lorong-lorong itu, pikiran ini semakin tidak tenang. bukan karena ketakutan, sedang memikirkan kalau kemudian nikmat itu dicabut dan aku menjadi bagian dari orang-orang yang harus menikmati makan dari selang. kalau kemudian, akhirnya mati tanpa meninggalkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. "maka nikmat tuhan mu yang mana lagi yang akan kau dustakan ?"
"untung saja Allah tidak materialistis", ujar seorang kawan sambil tersenyum.
"kalau saja materialistis, sudah bangkrut kita tak bisa membayar. bayangkan saja, kita menghirup udara gratis selama 24 jam selama umur kita hingga hari ini. coba tanyakan harga tabung gas di ruang sana", lanjutnya
"kalau pun nikmat itu harus dibayar dengan kita bersyukur saja atas nikmat-Nya, paling juga tidak cukup".
memang tidak akan pernah habis kalau kita menghitung nikmat-nikmat itu, dan kalau tidak bersyukur rugi sekali orang-orang itu. mereka baru akan menangis kalau sudah terbaring dan diberi tahu dokter, "bapak, umur anda sudah tidak lama lagi. tinggal menghitung hari!". apa yang bisa kau bayangkan jika itu yang terucap dan terdengan di telingan mu?
Jangan terlena karena dengan kemaksiatan yang kita lakukan kemudian nikmat Allah sekin berlimpah, atau jangan terlena dengan kesukaran yang menimpa kita seakan kita jauh dari kenikmatan akan kemudahan. bisa jadi kenikmatan dalam kemaksiatan itu adalah bom waktu yang akan meledak menghantam kita ketika nanti kita sudah mati. "Dorrrrr!' suara ledakan disertai teriakan, ini nikmat yang dulu tak kau syukuri malah kau gunakan untuk maksiat.. tubuh mu hancur berkeping-keping.. menyatu lagi, hancur lagi..
ah.. sudah saatnya tidak lagi mengeluh dan lebih banyak bersyukur. baik lapang mau pun sempit. baik sehat maupun sempit.

bersama wajah muram sang bulan
kesedihan langit dan turunnya hujan
terimaksih kawan, atas pelajaran hidup dari mu

Monday, November 18, 2013

Kuncilah semua dengan SABAR


Selalu dan selalu, buku tua itu memberi inspirasi dalam setiap perenungan, memberi jawaban atas kesumpekan hari ini. Buku tua itu memang sudah tak menarik lagi untuk dipandang, tapi ingatlah “jangan lihat buku dari sampul depannya”. Semakin membaca buku itu, kan semakin kita mendapat dari ketenangan. Sebuah buku warisan ulama terdahulu, yang telah ditulis dalam penjara dan sebagian diselesaikan di rumahnya. Buku “Tafsir Al Azhar”, sebuah kitab tafsir karya ulama Negeri ini. Prof. Buya HAMKA.
Paling menarik untuk dibaca dan direnungkan adalah ayat ke 115 dari Qs. Hud, pungkasan dari rangkaian ayat-ayat sebelumnya, 109-114.
“Dan bersabarlah! Karena sesungguhnya Allah tidaklah akan mengabaikan ganjaran bagi orang-orang yang berbuat baik”
Buya memberikan nasihat pada kita dari penafsiran ayat ini, Bersabarlah !. sesungguhnya dengan bersabar itulah perjuangan akan berhasil. Denganya pula, kemudian allah menyempurnakan balasan atau ganjaran bagi diri kita. Sabar, ekspresi sikap dari jiwa yang besar dan terlatih.
Kemudian beliau memesankan pada kita tentang perjuangan islam ini. Kalau kita mengaku sebagai pengikut perjuangan Nabi Muhammad SAW dan sebagai pelanjut pewaris perjuangannya, maka hendaklah kita mengikuti dari apa yang telah diberikan oleh Allah dari Qs. Hud ini. Maka sekali-kali janganlah lupa akan hal ini, karena ini adalah kunci keberhasilan perjuangan;
(1)    Janganlah kalian ragu (ayat 109)
(2)    Tetaplah dalam pendirian (ayat 112)
(3)    Sekali-kali janganlah cenderung kepada orang-orang yang zalim (ayat 113)
(4)    Dirikanlah sholat pada waktunya (ayat 114)
(5)    Sabar dan tabahlah dalam perjuangan (ayat 115)
Rangkaian peringatan dari Allah diatas patutlah kita renungkan, mengapa urutannya seperti itu ?

“Maka jadikanlah itu sebagai pedoman bagi kalian yang berjuang unptuk kejayaan islam”, kalimat penutup dari nasehat Buya HAMKA

Saturday, November 16, 2013

15 November 2013


Menyambut senja dalam rintik hujan adalah keberkahan hari ini, hujan yang telah lama dinantikan dalam kepanasan akhirnya turun juga. Jadi teringat tentang apa yang pernah ustadz katakan, bisa jadi hujan yang turun pada hari ini bukanlah karena do’a manusia yang ada di kota ini. Bisa jadi hujan ini turun karena Allah ingin memberikan rezeki pada hewan dan tumbuhan yang telah lama merintih dan Allah memenuhi hak mereka. Ah, mungkin iya juga. Lha manusia gak ada syukurnya. Semua alam bertasbih dengan bahasa mereka, manusia bertasbih pas ingat dan pas di masjid. Astagfirullah..
Tak ada sinar jingga yang melambai menyapa tuk katakan perpisahan. Tapi, tetap saja senja punya bahasa sendiri dibalik awan hitam langit atas manarul. Kesejukan sore ini meneduhkan hati menenagkan pikiran, menentramkan jiwa yang dengannya terembunkan semua masalah dan panasnya hati ini. Dengannya pula, sejenak beban itu terangkat. Yang dengannya pulalah, titik nol dari perjalanan kisah hari ini dapat ditemukan. Hikmah hari ini mengajarkan segalanya, tentang aku, mereka dan alam ini.
·         Sesederhana itu bahagia
Cara bahagia itu sederhana, sesederhana engkau naikan simetri bibir mu. Senyum kawan. Senyumlah pada hari ini, kurangi umpatan-umpatan itu. Senyumlah, pikiran mu akan menjadi meriah. Orchestra dan marching band siap menyemangati hari mu. Senyumlah, karena itu adalah sedekah paling mudah untuk saudara mu.  Bahagia itu sesederhana, bersua kawan, sahabat dan semangati mereka. Bergeraklah, gerakan itu akan mengubah segalanya. Kata para trainer, motivasi  itu dari kata “move” dan “action”. Aksi, bergerak dan bersahabatlah (tagline anak Gemilang). Paling tidak itu menambah keberkahan umur kita.
·         Sisakan ruang untuk dibenci
Siapkan diri anda untuk dibenci, dimaki. Lapangkan hati dan berikan sedikit ruang untuk menerima kebencian itu. Sebab kalau tidak, kau akan merasa suntuk dan stress atas kebencian mereka. Suntuk karena isi hati mu sudah penuh sesak dan taka da lagi ruang untuk dibenci. Sehingga ketika benci itu masuk, yang ada adalah semakin memperkuat tekanan dinding hati. Stress karena tidak luasnya hati padahal gaya yang menekan semakin besar. Bukankan tekanan itu berbanding terbalik dengan luasan area bidang tekan ?, itu sih kata guru fisika pas SMP dulu. Sediakan ruang untuk dibenci dan berikan kunci maaf untuk setiap yang masuk agar semua bisa keluar dengan tenang.
·         Jangan pernah berharap (lebih) pada manusia
Berharap pada manusia akan lebih banyak kecewanya dari pada bahagianya. Menuntut ini dan itu pada manusia itu akan lebih banyak melukai dari sendiri dari pada senyum berseri-seri. Karena memang seperti itulah tabiatnya. Tak ada yang memberi lebih dari pada yang diminta kecuali Allah. Kalau kalian punya kawan yang kemudian kau mintai bantuan, ya.. janganlah kau minta lebih karena pasti akan kurang. Mintalah pada Allah agar teman anda itu diberikan kekuatan dan hidayah oleh Allah agar bisa memberikan lebih kepada anda. Ingatlah itu.. biar gak kecewa katanya.
Allah di sore ini, atas nikmat islam.. Atas agama nabi Muhammad
Limpahkanlah kebajikan mu, ampunkan dosa ku.. ya Allah.. kabaulkanlah do’a ku


Jum’at 15 November 2013,
Menyandar dan Melepas lelah pada tiang kokoh

Soal cerita aku, kau dan meraka

Mengeluhlah dengan sederhana


Senja sore manarul selalu membari cahaya sendiri, serambi timur penuh inspirasi bersandar pada tiang-tiang kokoh memenangkan hati. Pikiran ini kembali mengulang-ulang kejadian yang hari ini terjadi, kemarin dikerjakan, kemarin lusa dilakukan. Mencoba merenungkan, mengambil hikmah, mencari titik nol dari semua aktivitas. Memejamkan mata menikmati belaian angin sepoi-sepoi dan belaian hangat cahaya senja. Sekilas muncul satu persatu gambar kejadian itu, seperti kalau kita lihat gambar pakai pilihan slide show di laptop kita. Tak sampai satu menit, gambar itu sudah berganti, berputar sampai akhirnya kembali ke gambar yang semula. Pun juga dengan sore ini, rangkaian gambar-gambar kejadian tidak menyisakan kecuali catatan-catatan yang menjadi perbaikan nantinya.
Kali ini frame yang membekas adalah kejadian tentang keluhan orang-orang akan masalahnya. Masalah pribadinya, masalah dengan kawannya, masalah dengan amanahnya dan masalah dirinya dengan Tuhan-nya. Seringnya mereka menceritakan penderitaan seolah hidup mereka tidak pernah ada kesenangan sama sekali. Kadang sampek ada yang sampai memaku-maki. Sumpah serapah seolah menjadi kata wajib dalam setiap paragraph jika ditulis apa yang meraka katakana. Mereka lupa, kalau mereka masih hidup adalah kenikmatan besar jika dibandingan mereka yang ada di kamar mayat. Mereka seolah tak ingat, kalau mulut mereka adalah anugerah yang tidak pernah tergantikan nikmatnya, coban bandingan dengan orang-orang yang terbaring dirumah sakit yang kemudian tidak bisa bicara. Ahhh… kalau saja Allah itu KAPITALIS, tentu kita bangkrut sudah. Setiap nikmat yang Allah berikan harus dibayar. Tak ada lagi harta di tangan kita. Mungkin kita malah akan menunggak hutang. Namun Allah tidak kapitalis, tidak pernah meminta bayar atas nikmatnya. Cuma kita diperintahkan untuk bersyukur dan jangan kufur. Sederhana ditulisan, tapi banyak orang yang kadang melewatkan. Sadarlah kawan.. masih banyak yang lebih sempit kehidupan mereka tapi tak mengeluh seperti dirimu..
Mengeluh dengan sederhana
Tafsir Al-Azhar, tafsir seorang ulama yang pernah dimiliki bangsanya menuliskan judul tersendiri tentang mengeluh. Prof. buya HAMKA mengisahkan tersendiri  keluhan yang pernah ada dalam Al-Qur’an. Keluhan yang dilakukan bukan oleh sembarang orang. keluhan rasul, begitu tulisan judulnya dalam buku tafsir Al-Azhar dalam Juz XIX ketika menafsirkana rangkaian ayat dalam surat Al-Furqon ayat ke 30 dan 31. Tentu saja kelas keluhan kita dengan rasul itu beda. Kita beda kelas. Sehingga banyak ibroh yang dapat kita ambil dari kisah tersebut.
Begini terjemah dari ayat ke 30 (maaf, gak bisa buat bulis arab)
“dan berkatalah rasul : “ Ya Tuhanku! Kaumku ini sesungguhnya telah meninggalkan jauh Al-Qur’an”
Dalam akhir ayat tersebut, dalam tulisan arabnya  diakhiri dengan kata “mahjuuran” yang berarti suatu tempat yang telah ditinggalkan lama dan sudah tidak diperdulikan. Kesedihan rasul akan perilaku kaumnya yang telah meninggalakan jauh Al-Qur’an itupun akhirnya diadukan kepada Allah SWT. Padahal Nabi berpesan agar Al-Qu’an itu menjadi pembuka hati kita dengan kita terus membacanya, memperhatikan setiap ayat-ayatnya bahkan membaca dengan melagukannya. Agar terbuka hati kita, agar al-qu’an mejadi bagian dari darah yang mengalir di dalam tubuh kita. Begitulah pesan rasulullah. Namun, ketika itu semua tidak mengindahkan dan malah memberikan ejekan dan celaan. Ibaratnya kalau anda memberikan ceramah kemudian dari barisan belakang ada anak kecil masih ingusan. Anak itu kemudian mengata-ngatai anda dan berkata berkebalikan dari apa yang anda ceramahkan tadi. Apa yang anda laukukan?. Apa yang dialami olah Rasulullah mungkin jauh lebih parah dari itu.
Gayung bersambut, mendengar keluhan dari Rasul-Nya, Allah kemudian membalas keluhan tersebut dengan firmannya pada ayat selanjutnya(Al-Furqoon;31),
“Demikianlah halnya, kami jadikan bagi setiap nabi itu ada musuh terdiri dari orang-orang jahat. Namun cukuplah Tuhan menjadi penunjuk jalan dan pertolongan”
Allah menegaskan bahwa apa yang dialami Rasul tentang penolakan seruan bukanlah hal yang aneh. Bahkan Allah memberikan motivasi kepada Rasul dengan memberikan kisah bahwa Nabi-Nabi sebelumnya juga mengalami yang demikian. Hal ini menjadi tantangan dan ujian bagi Rasulullah, tentang kesabaran atau tidak. Kemudian Allah menegaskan, bahwa cukuplah Dia yang menjadi petunjuk dan penolong bagi nabi Muhammad dalam perjuangannya.
Mengeluhlah dengan sederhana
Mengeluhlah dengan sederhana kawan. Jangan pernah kau merasa dirimulah orang paling menderita di dunia ini. Jangan pernah merasa bahwa tidak ada lagi yang bisa menolong dan membantu setiap masalah mu. Mengeluhlah dengan sederhana, seperti halnya bunga yang tidak pernah menyumpahi tuhanya karena rontok mahkotanya saat sedang mekar dengan indahnya. Ingatlah kembali kapan terakhir melakukan munajat dengan serius, kapan terakhir berdiri bermesraan disepertiga malam terakhir. Coba kau ingat-ingat lagi, titah tuhan mana lagi yang kau tangguhkan. Mungkin itulah titik nol dari keluhan kita, mungkin itulah yang menjadikan sempit. Sehingga kau lupa taka da petunjuk dan pertolongan dalam setiap permasalahan ini kecuali dari Allah
Saya kutipkan kata-kata Prof. HAMKA dalam tafsirnya, “setiap engkau berjumpa dengan satu ujian ataupun rintangan, karena hatimu yang tidak pernah lepas dari mengingat Allah (dzikir), tuntunan Tuhan mesti datang tepat tepat pada waktunya dan pertolongan mesti tiba disaat yang penting”.

12 November 2013
Serambi timur Masjid Manarul ilmi

Melepas lelah menikmat senja sore, Mengiringi mentari tuk bersua esok hari

Thursday, November 14, 2013

Menggugurkan Bunga di musim semi


Selamat datang musim semi………
Pohon itu sudah tak sabar menunggu datangnya kesejukan musim semi, masa penantian panjangnya kini hampir saja usai. Perjuangan melawan musim kemarau adalah perjuangan hidup mati. Pohon itu masih tetap berdiri meski mencoba tegar. Kulitnya mengelupas mongering melawan sayatan panasnya kemarau.  Ya, karena sudah tidak ada lagi pohon yang masih berdiri disekitarnya. Baru kemarin salah satu pohon di sampingnya mati, sudah hilang harapan menunggu musim semi. Padahal sekarang musim semi datang. Memang musim kemarau memrupakan sebuah ujian kesabaran, mencari siapa yang pantas untuk mendapatkan musim semi pagi ini.
Selamat datang musim semi……..
Pohon itu telah bersiap menyambut mentari pagi musim semi penuh kegembiraan, menyiapkan hati untuk diisi sinar kehangatan surya dalam kesejukan pagi. Pohon itu telah bersiap untuk memunculkan tunas daun baru, setelah sekian lama ia tahan karena kemarau tak menginginkan. Kemarau telah menggugurkan banyak harapan tunas daun baru. Sekarang pohon ini menanti harapan baru, harapan kan datangnya kesejukan tuk menumbuhkan tunas daun baru. Sebelum kuncup bunga siap mekar dan mengharumkan sekitar.
Selamat tinggal musim kemarau……
Pohon pun tak akan pernah menyesal akan datangnya musim kemarau, tak juga dia mengumpat menyumpahinya pula. Memang kemarau datang untuk keseimbangan. Meskipun pohon telah merasakan, gugurnya daun dan keringnya bunga adalah menyakitkan. Meskipun pohon itu merasakan, matinya tunas dan kuncup bunga  adalah keperihan yang tak akan pernah terlupakan. Meskipun pohon itu juga merasakan mengelupasnya kulit persaan dalah keniscayaan untuk sekedar melewati kengerian musim kemarau.
Tapi itu sudah berakhir… selamat datang Musim Semi..
Daun itu sudah siap untuk tumbuh,menyambut mentari pagi dalam kesejukan.  kuncup bunga itu telah bersiap mekar, sesekali mengintip mencuri sinar mentari dari balik tabir. Entah bagaimana cara merayakannya, kebahagiaan menyambut musim semi adalah kebahagian yang terakumulasi dari harapan ketika musim kemarau. semua sudah siap, sinar mentari dari menerobos kabut embun pagi ini. Embun itu telah mencoba merayu, maraju agar sang kuncup dan tunas daun menampakkan diri. Ajakan semakin kuat.  “selamat pagi dunia, selamat datang musim semi”. Pohon itu segera berubah indah, tak menyisakan bekas luka dan perih musim kemarau. semua segera berubah, pohon menghijau dan kecantikan bunga melengkapi bersama tetesan embun disetiap ujungnya.
Menggugurkan bunga di (bukan) Musim semi
Kabut embun telah terevaporasi, menghilang bersama sinar sang mentari pagi. Pohon itu baru tersadar, bahwa kehangatan sinar mentari pagi ini hanyalah akibat tebalnya embun pagi. Empun telah mengelabui, menyemukan yang terjadi. Karena ini bukanlah musim semi, ini hanya kesemuan. Ini bukanlah musim semi yang sesungguhnya, ini hanya kefatmorganaan sesaat. Ini adalah musim Pancaroba. Semua semu, bisa jadi kehangatan mentari malah lebih mematikan dari panasnya kemarau. karena pohon telah menyiapkan diri untuk musim semi, bukan kemarau.  gugurkan Bungnnya sekarang, sebelum musim kemarau datang, gugurkan daunnya sekarang agat tak perih ketika berjatuhan. Ini bukan musim semi.
Selamat (menunggu) datang(nya) Musim Semi..
Pohon itu tetap (mencoba) tegar, melawan musim kemarau sendiri. Semua pohon telah kehilangan harapan akan datangnya musim semi. Pohon itu kelak kan menjadi pohon paling bahagia, merayakan datangnya musim semi.  Menumbuhkan tunas daun dan memekarkan bunga pada saat yang tepat, musim semi. Bersama kehangatan mentari dan sejuknya embun dipagi hari.  Bersama kupu-kupu yang rindu pada bunga, bersama burung yang telah lama tak berkicau bertengger dan bermain pada batang dan ranting. Bersama para orang yang merindukan berteduh dan bercerita dalam kerindangan dedaunan. Merekalah kekuatan tuk tegar berdiri di musim kemarau, harapan merayakan musim semi bersama mereka yang menanti adalah seni merayakan kebahagian yang tak terbeli.
Selamat (menunggu) datang(nya) Musim Semi……….

Surabaya, 13 November 2013, 06.17
Bersama “bertahan disana” Sheila on 7
Dalam kesuntukan melihat syntax pemrograman yang tak terpecahkan
Saat-saat menjadi buronan para sniper tugas-tugas kuliah dengan AK47-nya


Wednesday, November 13, 2013

Monday, November 11, 2013

Mudahkan orang lain, maka Allah akan memudahkan mu


Manungsa mung ngunduh wohing pakarti mulo Mohon, mangesthi, mangastuti, marem. Memayu hayuning pribadi; memayu hayuning kulawarga; memayu hayuning sesama; memayu hayuning bawana

Manusia itu memanen dari buah budi pekerti (kebaikannya).
Sejenak mari kita lihat pada diri ini sendiri. Kesulitan-kesulitan ataupun kemudahan-kemudahan  dalam hidup yang kita alami hari ini, detik ini. Bisa jadi itu adalah buah dari apa yang telah kita tanam selama ini.. disadari atau tidak. Kesulitan hidup hari ini, bisa jadi adalah akumulasi dari keburukan-keburukan yang kita tanam jauh-jauh hari. Kemaksiatan-kemaksiatan yang tak sempat ter-istighfar-i.
Sebaliknya, kemudahan yang kita dapat hari ini. Bisa jadi adalah buah dari kebaikan-kebaikan yang kita tanam selama ini. kemudian meranum dan akhirnya kita petik buahnya hari ini. Kita tidak pernah tahu, dari mana kebaikan itu kan datang kepada kita. Dari arah yang tidak kita duga sebelumnya. Bisa jadi Allah membalas sama persis dengan apa yang pernah kita perbuat kepada orang lain. Atau bahkan Allah memberikannya berlipat ganda.

Maka sekarang mari kita merenung, berkontemplasi sejenak tentang hari ini. Sudahkah kita meringankan apa yang dialami saudara-saudara kita ?, atau  malah hari ini kita memberatkan saudara-saudara kita dengan perilaku kita ?. ingatlah, bahwa semua yang kita lakukan hari adalah tabungan untuk kemudian hari. Maka jika kemudian hari ini ada kesusahan atau kemudahan yang kita alami, maka ingatlah hari ini. Itu adalah buah hasil kerjaan kita hari ini. Sebagai peringatan bahwa Allah akan menghisab dan membalas kita kelak di hari akhir.

Membungkam Sigmund Freud


Membungkam Sigmund Freud

Dunia Psikologi modern saat ini sangat terpesona dengan apa yang telah dikemukakan oleh Sigmund freud tentang analisa kejiawaan manusia. Sejak pertama kali ide dan gagasan tentang analisa jiwa manusia dia keluarkan, sampai hari ini, dibangku-bangku kuliah kitab psikologi Sigmund freud adalah kitab rujukan wajib. Dan Sigmund freud seolah menjadi “nabi” dalam ilmu psikologi. Padahal kalau kita tau, apa yang dikemukakan oleh Sigmund freud hanya berdasarkan pada trauma pribadinya dalam keluarga kecil di rumahnya.
Kita kenal apa yang dikemukakan oleh Sigmund freud adalah Psycho analisa (penyelidikan tentang kejiwaan) yang telah membagi bahwa dalam diri manusia terbagi menjadi tiga bagian. (1) ID, (2) EGO, (3) SUPEREGO. Ah, yang katanya ID adalah penggerak utama semua yang dilakukan oleh manusia. Mulai dari makan sampai tidur, dari bekerja sampai berhubungan dengan istri. ID adalah penggerak utamanya, yang menjadi sarang dari segala rasa dan naluri. EGO, tidak berdaya dan tidak berkemampuan apa-apa. Hanya sebagai lanjutan gerakan dari ID yang menjadi sumber utama. Ego yang terbentuk dari lingkungan dan kebiasaan dan pengalaman. Ego memperturutkan naluri kehidupan. Kemudian manusia dalam kehidupan sehari-hari bertemu dan berinteraksi dengan manusia lain. Saling bersinggungan antara kehendak dirinya dan kehendak orang-orang disekitarnya. Dari persinggungan itu kemudian terjadi pergolakan dalam diri sendiri. Pegolakan yang kahirnya berujung pada pemenagan salah satu dari g menyketiganya. Kadang ID yang berada diatas mengekang EGO san SUPEREGO.  Juga kadang sebaliknya. Terkadang kita ingin melakukan A tetapi Agama melarang.
Salah satu dari pernyataan tentang jiwa manusia adalah bahwa yang mempengaruhi manusia dalam melakukan segala tindakan adalah LIBIDO. Atau semua yang dilakukan oleh manusia hanya berorientasi SEX.
Jadi seorang bekerja keras mencari nafkah, nafkah kemudian diberikan kepada istrinya, dan ujung-ujungnya adalah SEX. Seorang yang sakit jiwa kemudian dia menunggangi kuda yang padahal adalah kursi di rumah sakit jiwa. Oleh Sigmund freud itu dikatakan akibat terpendamnya syahwat setubuh yang timbul kembali dan tidak tersampaikan.
Membungkam SIGMUND FREUD
Kalau kita tinjau lebih jauh tentang dasar yang menjadi pemikiran Sigmund freud adalah sama dengan pemikiran-pemikiran ilmuan barat pada masanya. Kalau kita lihat sejarah ilmuan barat, maka kita akan kembali pada akar sejarah yang sama. Rainesance atau jaman kebangkitan setelah para ilmuan barat dibawah kangkangan otoritas gereja (AGAMA) yang menjadi dark age’s karena mereka selalu kalah dihadapan gereja. Sehingga dalam setiap kajian-kajian keilmuan para ilmuan barat selalu jauh dari Agama dan berprinsip pada dikotomi antara agama dan dunia (sekulerisme) Dan konsekuensinya adalah tidak adanya kajian yang menyangkut tentang non materi. Sifat kajian hanya pada dasar materialistic saja. Hanya berasas pada Rasio dan spekulasi filosofi belaka, dan hanya pada sekup pada pandangan social, kultural dan empiris.
Sekarang kita lihat apa yang Sigmund freud  teliti hingga munculmnya psycho analisis adalah jiwa manusia. Sesuatu yang bersifat abstrak (ghaib)yang tidak dapat diraba oleh indera fisik. Sangat bertolak belakang dengan apa yang menjadi pandangan materialistic ilmuan barat. Akibatnya, sesuatu yang tidak Nampak, non-materi dipaksakan menjadi materi sehingga dapat menjadi kajian objektif bagi Sigmund freud. Selain itu, dalam melakukan kajiannya, objek penelitian Sigmund freud hanya pada jiwa-jiwa yang abnormal dan psychopad. Tidak ada yang menjadi  objek kajian sigmud freud orang memiliki jiwa yang sehat (muthmainnah).
Kalau kita lihat latarbelakang dari keluarga sigmund freud, kita akan jumpai bahwa Sigmund freud dibesarkan dari keluarga yang broken home. Sehingga sangat berpengaruh pada pandangan kajiannya. Ayahnya yang selingkuh dan akhirnya berpisah dengan ibunya membuat Sigmund freud berfikir apapun tindakan manusia hanya digerakan oleh SEX. Hanya berdasarkan figure ayahnya yang  membekas pada benaknya.
Sigmund freud tidak menganal agama dalam kajian penelitiannya. Sehingga tidak ada niat ibadah untuk setiap kegiatan manusia. Tidak mengenal adanya kebutuhan ruhani dalam jiwa manusia. Sigmung freud tidak mempunyai lingkungan yang baik dalam masa lalunya sehingga apa yang menjadi masa lalunya adalah pikirannya.

Maka masihkan kita menjadikan Sigmund freud sebagai rujukan kajian psikologi (kejiwaan) modern ini ? saat matererialistik tepah menemui kehancurannya.

[seri] Sisi Lain dunia diluar kita 7


#belajar “membaca” lebih

Setiap kita sudah bisa membaca dari kecil, dari SD bahkan dari TK. Kita sudah hafal dan dan sangat lancar kalau urusan membaca.  Tapi yang menjadi masalah adalah, kita hanya sekedar membaca. Tak lebih dari mengeja tulisan yang terangkai dari huruf. Tak ada makna yang masuk.  Padahal membaca tidak hanya mengeja tulisan, lebih dari itu. Dan kemampuan membaca dengan makna luas itu tidak lah dimiliki oleh banyak orang. termasuk mahasiswa bahkan dosen.
Pagi masih memberikan kenikmatan bagi semua hamba yang terus bersyukur. Pagi yang indah untuk memulai aktifitas. Ya, pagi di kampus perjuangan selalu memberikan ke indahan setiap harinya. Tak terkecuali hari ini. Sem ua orang memulai aktifitasnya, ibu-ibu yang seharinya menyapu halaman, perawat taman yang sedang menata taman. Namun ada satu yang menarik, seorang yang berseragam lengkap berdiri disamping rambu-rambu lalu lintas. Berdiri dengan sikap istirahat.
Pagi itu, dengan semangat baru. Saya berjalan melintasi bapak berdiri, mencoba menyapa dengan ramah. “selamat pagi pak, mari !”. Bapak itupun membalas dengan dengan senyum ramah. “mari mas!”. Setelah berjalan beberapa langkah meninggalkan bapak tersebut, saya tertarik untuk bertanya. Pandangan saya melayang kea rah bapak tersebut, dalam pikiran saya, “Mengapa Bapak berseragam lengkap berdiri di samping sebuah rambu lalu lintas ?”. pertanyaan yang keluar dari mulut adalah “Pak, nunggu siapa ?”.
Apa yang kalian pikirkan dari jawaban bapak tersebut ? sungguh di luar dugaan. Bapak itu mengatakan ”Tidak menunggu orang mas. Ini jaga biar gak ada yang menerobos rambu-rambu lalu lintas. Kadang-kadang ada yang menerobos”.  Ini di kejadiannya di kampus, bukan kampung. Masyarakat kampus yang intelektual pun seperti itu. Seolah tidak bisa membaca rambu-rambu lalu lintas. Padahal punya SIM. Apakah SIM nya hasil test atau beli ?.
Aneh kawan.. paradoks di Kampus ku. Meskipun masyarakat intelektual, mereka melanggar peraturan kalau tidak ada yang menjaga. Mereka seolah tidak bisa membaca rambu-rambu dan mental budak yang hanya taat peraturan jika ada majikan yang mengawasi. Bukan hanya mahasiswa yang melakukannya, dosen pun tidak mau kalah untuk ikut melanggar.
Lucunya Negeri iku,  masyarakat intelektual pun tidak intelek menyikapinya..

Semoga saya bukan termasuk orang-orang melanggar peraturan itu, begitupun juga dengan anda/

[seri] Sisi Lain dunia diluar kita 6

[seri] Sisi Lain dunia diluar kita 6
Kisah#6 “Masih tentang menjaga kemuliaan diri”

Perjalanan pulang kampung kali ini berbeda, tak ada lagi berdesakan. Karena kereta api sangatlah longgar. Dalam perjalanan ini,  memberi catatan tersendiri bagi pengalaman jiwa. Banyak hikmah yang dapat didapat dari sekitar, yang mungkin orang lain akan menganggap hal itu adalah biasa. Tapi bagi saya sangatlah bermakna, memberikan pelajaran yang tidak akan pernah kita dapat dari seorang guru yang hanya berdiri di depan kelas. Karena ini tentang pelajaran hidup. Tidak ada dalam teks book.
“brukk… haaahh…”, sesosok tubuh itu langsung bersandar pada kursi penumpang yang memang kosong dari tadi. Tepat di depan saya, matanya terpejam sesaat dan tangannya meletakkan barang yang dari tadi dibawanya dari gerbong ke gerbong. Kotak ukuran sekitar 30 cm x 20 cm itu ternyata berisikan nrokok dan tisu.
Sesekali saya mencuri pandang saat mata kakek itu masih terpejam, lipatan, kerutan kulit wajahnya menunjukan perjuangan keras seorang kakek untuk menghidupi keluarganya. sangat terasa keletihannya, hingga beberapa waktu dalam masa peristirahatanya, beliau tertidur sesaat.
Kakek itu, setiap harinya berjualan rokok eceran dan tisu di dalam gerbong kereta. Setiap sore lebih tepatnya, kereta terakhir  Surabaya – blitar. Meskipun sekarang kereta telah ber-AC, tidak mengurangi usahanya untuk tetap berjualan. Dan kalian tahu berapa harganya ? tidak berubah menjadi dua kali lipat dari harga semula seperti halnya air mineral. Berapakah keuntungannya ?
Perjuangan kakek itu adalah sebagian kecil dari sekian banyak potret orang-orang yang masih menjaga kemulian diri dengan berusa tidak menjadi peminta-minta. Aneh kalau sekarang orang menjadikan pengemis adalah profesi. Sungguh jauh dari kemulian diri.

Maka jadilah muslim yang kaya, genggam kekayaan itu dan jangan pernah kau bawa ke dalam singgasana hati mu. Banyak sisi dari kehidupan ini yang tidak dapat hanya diselesaikan dengan kata-kata. Jadilah muslim yang  kaya

Thursday, November 7, 2013

Nasihat Sang Guru

Beginilah kita seharusnya
Kader yang menyikapi jabatan yang diterimanya lebih sebagai amanah dari pada kehormatan, akan dengan cepat belajar menyesuaikan diri dan memahahami karakteristik tugas dan tantangannya. Bawahan yang lebih pandai, diakuinya dan didorongnya untuk cepat menggapai posisi yang lebih sesuai. Hal paling berat bagi kader yang berorientasi kekuasaan atau dunia ialah usaha untuk mendengarkan dan memahami. Mereka lebih suka didengar, difahami dan dimaklumi. Tak ada kemajuan dalam prestasi kecuali seni membuat-buat alasan. Karena otak tak bekerja kerap, mereka lebih suka menggunakan lutut. Kader Sejati Pepatah lama menyadarkan kita betapa pentingnya mendengar. "Ta’allam husna’l Istima’ kama tata’allam husna’l Hadits" (Belajarlah cakap mendengar sebagaimana engkau be-lajar untuk pandai bercakap). Ini mozaik kehidupan kita yang harus ditata menjadi serasi dan harmoni .
Allah memberikan ganjaran yang sebesar-besarnya dan derajat yang setinggitingginya
bagi mereka yang sabar dan lulus dalam ujian kehidupan di jalan dakwah. Jika ujian, cobaan yang diberikan Allah hanya yang mudah-mudah saja tentu mereka tidak akan memperoleh ganjaran yang hebat.
Dakwah berkembang di tangan orang-orang yang memiliki militansi, semangat juang yang tak pernah pudar. Ajaran yang mereka bawa bertahan melebihi usia mereka. Boleh jadi usia para mujahid pembawa misi dakwah tersebut tidak panjang, tetapi cita-cita, semangat dan ajaran yang mereka bawa tetap hidup sepeninggal mereka. Kader yang tulus dan bersemangat tinggi pasti akan memiliki wawasan berfikir yang luas dan mulia.


Sakinah


Bentuk lain dari Sakinah

Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,. supaya Dia memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan supaya Dia menutupi kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah, (Terjemah Al-Qur’an surat Alfath : 4-5)
Allah lah yang menurunkan, memberikan ketenangan di dalam hati orang-orang mukmin, agar keimanan mereka bertambah meskipun sudah ada keimanan di dalam hati mereka sebelumnya. Allah lah yang mempunyai kekuasaan atas semua bala tentara di langit dan di bumi. Allah Maha Mengetahui atas segala apa yang ada di dalam hati dan apa yang orang-orang mukmin kerjakan. Allah Maha Bijaksana atas apa yang diberikan kepada setiap yang dikerjakan oleh orang-orang beriman. Balasan kepada orang-orang mukmin (laki-laki atau perempuan) atas apa yang mereka kerjakan. Perbuatan baik atau buruk akan mendapat balasan. Bagi mereka yang telah berbuat baik, surga yang dibawahnya sungai-sungai yang mengalir, yang mereka kekal abadi didalamnya. Dan Allah menutup keburukan dan aib mereka dari semua manusia. Sesungguhnya itulah sebuah keburuntungan yang sangat besar. Janji Allah kepada setiap mukmin dan Allah Maha tidak mengingkari Janji.
Sakinah ? selalu berhubungan dengan nikah dan segala derevatifnya. Tapi kita akan berbicara tentang Sakinah, dalam konteks yang lebih luas. Bahwa sakinah itu Allah turunkan dalam hati yang di dalamnya ada keraguan atau sudah ada ketenangan. Sakinah, itulah ketenangan. Ketenangan itu dihadirkan, didatangkan, diturunkan  oleh Allah karena ada kesiapan dari hatinya. Kesiapan mental menghadapi apapun yang akan terjadi, kesiapan jiwa untuk menerima segala yang akan Allah berikan atas segala yang telah diusahakannya.
Sejenak mari kita ingat lagi sejarah tentang turunnya ayat ini, beberapa mufasir berbeda pendapat tentang kisah yang menyertai turunnya ayat ini. Makna kemenengan yang Allah berikan pada ayat pertama, beberapa mufasir berpendapat bahwa kemengan itu adalah kemenangan atas takluknya Negara adidaya Rum, dan sebagian lain menyebut kemenangan itu adalah atas diadakannya perjanjian Hudaibiyah. Saya mengambil kisah Hudaibiyah, untuk hikmah dan manfaat perjanjian ini, silahkan baca ditulisan yang lain. Mari hadirkan jiwa kita, seolah-olah kita bagian dari kaum muslimin yang menyertai Nabi SAW. Agar kita bisa merasakan bagaimana kondisi saat itu, tentang ketenangan hati yang Allah turunkan kepada kaum muslimin.
Enam tahun setelah hijrah Nabi SAW dari mekah ke negeri Madinah, rasulullah beserta sahabat muhajirin merasakan kerinduan yang amat dalam kepada tanah kelahirannya. Semakin menghayati islam, semakin rindu mereka. Bukan hanya kepada mekah sebagai tempat kelahirannya, lebih dari itu. Rasulullah SAW dan para sahabat muhajirin sangat rindu untuk kembali berthawaf mengelilingi ka’bah yang sudah ada keterikatan dalam hati mereka. Namun, ada penghalang yang membuat mereka tidak dapat melaksanakannya. Para kaum Kafir Quraisy telah siap menyambut mereka dengan pedang jika mereka memasuki kota mekah. Hingga pada suatu hari Rasulullah bermimpi dalam tidurnya, beliau berthawaf mengelilingi Ka’bah beserta para sahabat dan memasuki kota Mekah dengan tenang. Rasul sampaikan berita itu, dan bergembiralah semua sahabat. Sebab mereka sangat  yakin, kalau mimpi nabi adalah kenyataan diesok hari. Sehingga mereka sangat yakin bahwa tahun inilah mereka akan memasuki kota mekah dan berthawaf di Ka’bah.
Semua kaum muslimin telah bersiap untuk berangkat membersamai rasulullah ke Mekah dalam rangka Thawaf, tak kurang dari 1500-an orang telah berkumpul bersiap untuk berangkat. Perjalanan yang jauh ditempuh, sampai pada daerah di ujung hudaibiyah, kaum muslimin mengeluh pada Rasullulah SAW bahwa kehausan dan sumber mata air tidak mencukupi untuk seluruh kaum muslim.  Kemudian Nabi SAW mencabut anak panah dan membuat anak sungai dari sumber mata air itu, hasilnya air itu terus mengalir untuk memenuhi kenbutuhan kaum muslim hingga mereka menutupnya.
Seperti yang telah diprediksikan, bahwa kaum muslim pasti akan ditolak oleh penduduk mekah yang memusuhi mereka. Melihat seperti itu, kemudian nabi memerintahkan sahabat umar untuk berdialog dengan penduduk mekah bahwa mereka datang bukan untuk berperang. Sahabat Umar kemudian mengusulkan ‘Utsman bin ‘Affan untuk berdialog dengan pada kafir quraisy karena masih ada sanak saudara di sana. Namun respon yang diberikan oleh orang-orang kafir adalah mereka membolehkan ‘Utsman berthawaf, sendiri tanpa rasulullah. Tak pelak, sahabat ‘utsman lebih mencintai nabi SAW untuk kembali ke Hudaibiyah dari pada harus berthawaf tanpa Rasulullah SAW.
Rasulullah menunggu di Hudaibiyah dan mendapat kabar bahwa sahabat ‘utsman meninggal dibunuh pada penduduk Mekah. Sehingga Rasullulah mengumpulkan seluruh kaum muslimin dan melakukan perjanjian “Bai’atur Ridhwan” di bawah pohon Hudaibiyah.
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)
Kemudian datanglah utusan dari kaum Quraisy untuk mengadakan perjanjian dengan Rasulullah SAW, perjanjian damai yang kemudian kita kenal dengan Perjanjian Hudaibiyah. Setelah perjanjian itu ditanda tangani oleh kedua belah pihak. Barisan kaum muslimin yang tadinya berangkat datang keimanan yang kuat mulai muncul keresahan dan keraguan. Hingga sahabat Umar menemui Abu bakar dan menceritakan apa yang dirasakan. Semua kaum muslimin tidak lagi bergairah, mereka seperti kehilangan semangat untuk kembali mentaati rasullullah. Hal ini terlihat ketika Nabi SAW memerintahkan kaum muslimin untuk menyembelih hewan dan mencukur rambut (tahalul) tak ada satupun yang mengikuti dari barisan kaum muslimin. Sehingga rasullullah sendiri memberikan contoh langsung.
Dari kisah hudaibiyah, kita temui bahwa kaum muslimin yang sudah sangat bersemangat untuk berangkat ke mekah dengan tujuan thawaf tidak dapat dilakukan. Ketenagan hati yang ada ketika mereka hendak berangkat tiba-tiba hilang berganti keraguan, kecewa kepada rasulullah SAW karena menandatangani perjanjian Hudaibiyah yang dari sisi pandangan para sahabat  sangatlah tidak menguntungkan. Kekecewaan mereka terlihat ketika tak lagi bersegera melaksanakan apa yang telah perintahkan oleh nabi hingga nabi sendiri yang melaksanakan.
Sakinah itu datang bersama dengan kesiapan mental menghadapi segala tantangan dan kesiapan jiwa untuk menerima segala atas apapun yang menjadi resiko dari segala pekerjaan. Sakinah yang datang kepada kaum muslimin, datang setelah mereka menahan gejolak nafsu, membangkan perintah nabi, atapun menolak perjanjian apa Hudaibiyah itu. Kesiapan jiwa mereka menghadapi keangkuhan kaum musyrikin. Ini adalah bentuk kesabaran dan ketakwaan mereka sehingga Allah sendiri yang menilai kepatutannya.

Sekarang mari kita belajar tentang ketenangan hati. Kalau hati ini sekarang belum menemukan ketenangan hati, silahkan dirasakan, silahkan kita lihat hati kita. Dan mari kita lihat, sudahkah kesiapan itu ada pada hati kita sehingga hati kita siap menerima kedatangan dan turunnya ke-sakinah-an yang akan masuk ke dalam hati kita ?, sehingga dengan ketenangan pada hati kita, Allah akan mendatangkan "Pasukan tak terlihatnya" sebagaimana pada medan Badar..

Waullahu’alam, karena ketengan yang Allah datang kan pada kaum muslim saat itu adalah ketika mereka berhadapan dengan musuh yang banyaknya dua kali lipat.

Sunday, November 3, 2013

Shalat, menurut Rasulullah SAW seperti sungai yang mengalir di depan pintu rumah seorang Muslim. Dari Abu Hurairah r.a.: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Bagaimana pendapat kalian seandainya di depan pintu seorang dari kalian terdapat sebuah sungai. Setiap hari ia mandi lima kali di dalamnya. Apakah masih ada kotoran yang melekat di tubuhnya?" Mereka menjawab, "Tidak ada!" Rasulullah berkata, "Itulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapus semua kesalahan." (Muttafaq 'Alaih).

Dari Jabir r.a.: Rasulullah saw bersabda, "Perumpamaan shalat lima waktu seperti sebuah sungai yang melimpah, yang mengalir di depan pintu rumah seorang dari kalian. Ia mandi di dalamnya setiap hari lima kali." (HR Muslim). 


Mari kita renungkan lagi setiap makna dari bacaan sholat kita, begitu indah bahasa yang digunakan. setiap do'a mohon pengampunan yang Rasulullah contohkan untuk kita ikuti,

Do'a Iftitah kita
(Alla-humma ba-‘id baini-  wa baina khatha-ya-ya kama- ba-‘adta bainal masyriqi wal maghrib. Alla-humma naqqini- minal khatha-ya- kama- yunaqqats tsaubul abyadu minad danas. Alla-hummaghsil khatha-ya-ya bil ma-i  wats tsalji wal barad)

Ya Allah,jauhkanlah diriki dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau telah menjauhkan timur dari Barat.
Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku, seperti kain putih yang dibersihkan dari kotoran.
Ya Allah, cucilah diriku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, es, dan embun

Do'a Ruku' kita
Subhaanaka Allahumma rabbanaa wa bihamdika Allahummagh-fir-lii (HR. Bukhari dan Muslim)
maha suci engkau ya Allah, ya Tuhan kami, dan ku memuji kepada Mu, ya Allah ampunilah aku

Do'a Sujud
subhanakallah humma rabbana wabihamdika allahummagfirli
maha suci engkau ya Allah, ya Tuhan kami, dan ku memuji kepada Mu, ya Allah ampunilah aku

Do'a duduk diantara dua sujud
Robighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa’nii, warzuqnii, wahdinii, wa’aafinii, wa’fu ‘annii”
Ya Allah, Ampunilah aku, Belas kasihanilah aku, Cukupkanlah segala kekuranganku, Angkatlah derajatku, Berilah rezeki kepadaku, Berilah petunjuk kepadaku, Berilah kesehatan kepadaku, dan berilah ampunan kepadaku”

Bagaimana mungkin Allah tidak menyucikan kita dari keselahan kalau setiap sholat kita selalu membaca do'a permohonan ampun ?