Monday, November 11, 2013

Membungkam Sigmund Freud


Membungkam Sigmund Freud

Dunia Psikologi modern saat ini sangat terpesona dengan apa yang telah dikemukakan oleh Sigmund freud tentang analisa kejiawaan manusia. Sejak pertama kali ide dan gagasan tentang analisa jiwa manusia dia keluarkan, sampai hari ini, dibangku-bangku kuliah kitab psikologi Sigmund freud adalah kitab rujukan wajib. Dan Sigmund freud seolah menjadi “nabi” dalam ilmu psikologi. Padahal kalau kita tau, apa yang dikemukakan oleh Sigmund freud hanya berdasarkan pada trauma pribadinya dalam keluarga kecil di rumahnya.
Kita kenal apa yang dikemukakan oleh Sigmund freud adalah Psycho analisa (penyelidikan tentang kejiwaan) yang telah membagi bahwa dalam diri manusia terbagi menjadi tiga bagian. (1) ID, (2) EGO, (3) SUPEREGO. Ah, yang katanya ID adalah penggerak utama semua yang dilakukan oleh manusia. Mulai dari makan sampai tidur, dari bekerja sampai berhubungan dengan istri. ID adalah penggerak utamanya, yang menjadi sarang dari segala rasa dan naluri. EGO, tidak berdaya dan tidak berkemampuan apa-apa. Hanya sebagai lanjutan gerakan dari ID yang menjadi sumber utama. Ego yang terbentuk dari lingkungan dan kebiasaan dan pengalaman. Ego memperturutkan naluri kehidupan. Kemudian manusia dalam kehidupan sehari-hari bertemu dan berinteraksi dengan manusia lain. Saling bersinggungan antara kehendak dirinya dan kehendak orang-orang disekitarnya. Dari persinggungan itu kemudian terjadi pergolakan dalam diri sendiri. Pegolakan yang kahirnya berujung pada pemenagan salah satu dari g menyketiganya. Kadang ID yang berada diatas mengekang EGO san SUPEREGO.  Juga kadang sebaliknya. Terkadang kita ingin melakukan A tetapi Agama melarang.
Salah satu dari pernyataan tentang jiwa manusia adalah bahwa yang mempengaruhi manusia dalam melakukan segala tindakan adalah LIBIDO. Atau semua yang dilakukan oleh manusia hanya berorientasi SEX.
Jadi seorang bekerja keras mencari nafkah, nafkah kemudian diberikan kepada istrinya, dan ujung-ujungnya adalah SEX. Seorang yang sakit jiwa kemudian dia menunggangi kuda yang padahal adalah kursi di rumah sakit jiwa. Oleh Sigmund freud itu dikatakan akibat terpendamnya syahwat setubuh yang timbul kembali dan tidak tersampaikan.
Membungkam SIGMUND FREUD
Kalau kita tinjau lebih jauh tentang dasar yang menjadi pemikiran Sigmund freud adalah sama dengan pemikiran-pemikiran ilmuan barat pada masanya. Kalau kita lihat sejarah ilmuan barat, maka kita akan kembali pada akar sejarah yang sama. Rainesance atau jaman kebangkitan setelah para ilmuan barat dibawah kangkangan otoritas gereja (AGAMA) yang menjadi dark age’s karena mereka selalu kalah dihadapan gereja. Sehingga dalam setiap kajian-kajian keilmuan para ilmuan barat selalu jauh dari Agama dan berprinsip pada dikotomi antara agama dan dunia (sekulerisme) Dan konsekuensinya adalah tidak adanya kajian yang menyangkut tentang non materi. Sifat kajian hanya pada dasar materialistic saja. Hanya berasas pada Rasio dan spekulasi filosofi belaka, dan hanya pada sekup pada pandangan social, kultural dan empiris.
Sekarang kita lihat apa yang Sigmund freud  teliti hingga munculmnya psycho analisis adalah jiwa manusia. Sesuatu yang bersifat abstrak (ghaib)yang tidak dapat diraba oleh indera fisik. Sangat bertolak belakang dengan apa yang menjadi pandangan materialistic ilmuan barat. Akibatnya, sesuatu yang tidak Nampak, non-materi dipaksakan menjadi materi sehingga dapat menjadi kajian objektif bagi Sigmund freud. Selain itu, dalam melakukan kajiannya, objek penelitian Sigmund freud hanya pada jiwa-jiwa yang abnormal dan psychopad. Tidak ada yang menjadi  objek kajian sigmud freud orang memiliki jiwa yang sehat (muthmainnah).
Kalau kita lihat latarbelakang dari keluarga sigmund freud, kita akan jumpai bahwa Sigmund freud dibesarkan dari keluarga yang broken home. Sehingga sangat berpengaruh pada pandangan kajiannya. Ayahnya yang selingkuh dan akhirnya berpisah dengan ibunya membuat Sigmund freud berfikir apapun tindakan manusia hanya digerakan oleh SEX. Hanya berdasarkan figure ayahnya yang  membekas pada benaknya.
Sigmund freud tidak menganal agama dalam kajian penelitiannya. Sehingga tidak ada niat ibadah untuk setiap kegiatan manusia. Tidak mengenal adanya kebutuhan ruhani dalam jiwa manusia. Sigmung freud tidak mempunyai lingkungan yang baik dalam masa lalunya sehingga apa yang menjadi masa lalunya adalah pikirannya.

Maka masihkan kita menjadikan Sigmund freud sebagai rujukan kajian psikologi (kejiwaan) modern ini ? saat matererialistik tepah menemui kehancurannya.

0 comments:

Post a Comment