Kaderisasi
Bukan Sekedar Tradisi Tapi Mencetak Generasi
Ada cerita menarik ketika saya diperlihatkan 2 buah foto anak kecil. Foto yang sudah memenuhi criteria foto jurnalistik, dapat menceritakan keadaan dan mewakili perkataan. Dua buah foto yang saling berkontradiksi tapi satu visi. Satu foto anak Pejuang Palestina dan satu nya lagi anak – anak zionis Israel.
Terlihat anak – anak palestina, mujahid kecil, polos sedang bermain – main dengan tembak – tembak an di bawah bendera bergambar para pejuang Palestina yang telah syahid dan syeh ahmad Yassin. Sengaja memang orang tua mereka memberikan mereka mainan itu. Agar mereka kelak mampu meempertahnkan negeri mereka dari usaha penjajahan Yahudi Zionis. Meskipun mereka tidak tahu betu apa yang terjadi di negeri mereka, yang mereka tahu adalah setiap hari suari bising senapan dan merahnya langit karena rudal tentara Zionis Israel. Dan satu catatan orang tua mereka ingin menanamkan sebuah nilai keberanian berjihad kepada anak – anak mereka. Sungguh sebuah cara mendidik dan mentransfer nilai – nilai yang luar biasa. Inilah Kaderisasi ala Mujahid Palestina.
Tak kalah menarik adalah foto yang satu nya.sebuah foto bisu yang menceritakan bagaimana para Zionis mendidik anak – anak mereka agar selalu benci kepada Palestina. Sejak kecil orang tua mereka mengajarkna kebencian kepada anak – anak mereka, dengan cara sederhana memang namun berefek besar. Mereka hanya di ajak ke tempat para prajurit perang israel menyimpan rudal – rudal dan senjata perang mereka. Anak – anak kecil polos nan lucu dengan senagnya mencorat – coret rudal, jangan banyangkan mereka sedang mengambar atau menulis mimpi – mimpi mereka.tidak. mereka sedang menulis kata – kata penuh kebencian kepada anak – anak palestina di Gaza. Mungkin mereka sedang menulis “ surat ”. tapi itulah mereka, sebuah cara kaderisasi dari Negeri Zionis.
Sesaat ku terperanjak setelah diperlihatkan foto itu, diam merenung memikirkan sebuah perjalan ku ketika menjadi tukang sapu Nurul Iman 2008 – 2009. Tak tahu kenapa tiba – tiba folder file itu terbuka, padahal tak lagi ada virus di memori ku. Ku juga tak sedang ingin berkompromi dengan masa lalu. Namun tak apa lah, mungkin ini akan menghangatkan sore ku saat mentari kembali keperaduan berselimut awan jingga kemerahan. Sejenak bernasyid ria renungan sore – suara persaudaraan.
Allah di sore ini Ku hitung amal ku
Yang telah ku lakukan hari ini
Terimalah kebajikan, ampunkan dosa ku.
Ya allah… kabulkanlah do’a ku.
Ku berdo’a semoga cara kaderisasi yang ku lakukan dulu adalah yang terbaik, yang mampu mencetak kader terbaik. Ya, sebuah cara kaderisasi yang ku terima turun – temurun yang terwariskan dari para pendahulu kami.
Memang cara yang saat itu kami ( pengurus ) gunakan adalah cara yang sudah digunakan tahun – tahun sebelumnya, hingga pernah saya melihat di arsip proposal tahun 2000 ada program kaderisasi yang sama. Tak tahu bagaimana ceritanya, yang ku tahu hari ini adalah seperti itu. Terwariskan. Atau memang itu sudah menjadi tuntunan yang “ saklek “ harus diikuti. Hingga menjadi tradisi turun menurun. Sempat terpikir bahwa itu adalah blue print semacam RaSentra berpuluh puluh tahun. Waullahu ‘alam bi showab.
Apakah cara kaderisasi ini mencontoh cara nabi ?, ataukah dikombinasi. Ah….terserah lah..bagaimanapun caranya yang terpenting caranya syar’I dan membentuk kader setangguh Abu Bakar, umar, utsman, ali, komandan setangguh Khalid bin walid atau salman al – farisi yang nantinya dapat menggantikan para sesepuh.
Pernahkah kalian melihat bentuk computer pertama kali didunia ? computer pertama besarnya satu ruangan hanya untuk menghirung perhitungan matematika mudah. Bayangkan, sebesar ruangan hanya untuk menghitung 10 + 10, rugi kah ? tidak kawan, karena itulah awal dari perkembangan teknologi computer. Bandingkan dengan computer hari ini, sebuah alat modern, canggih, dengan ukuran mulai dari seukuran tas sampai ukuran saku. Itulah perkembangan teknologi dunia. Saya ingin sampaikan kawan, bahwa dunia telah berubah, dinamis. apa jadinya jika anda tidak berubah ? ketinggalan kawan. Seperti anda memakai computer pertama di dunia pada saat ini.
Seperti itulah Kaderisasi, dinamis, selalu sesuai dengan kebutuhan zamannya. Kita membentuk orang dengan segala isi otak yang ada pada mereka. Kita menghadi orang yang punya akal dan pikiran. Bukan benda mati atau orang tolol. Kita sedang membentuk orang – orang yang akan menghadapi masa depan yang pasti akan berubah, bukan menghaadapi masa sekarang atau dahulu. Mereka harus siap menghadapi segala tantangan masa depan.
Kaderisasi adalah alat. Jadi teerserah bagaimana bentuk alat yang digunakan pada masa depan. Yang terpenting adalah fungsi dari alat itu sama atau bahkan lebih bagus.
Bercerita soal kaderisasi di institusi sang tukang sapu berkarir, ada yang perlu di lihat lebih dalam dan di kritisi. Nurul Iman yang sudah berdiri 19 tahun, menghadapi segala tantangan zaman dengan segala dinamika yang ada. Salah satu yang menjadikan Nurul Iman berdiri kokoh sampai saat ini adalah kader tangguh. Dari mana kader Nurul Iman itu di cetak ? dari sebuah proses Sistem Kaderisasi.
Kalau ditubuh kita, ada jantung yang memompa darah dan mendistribusikan keseluruh tubuh. Maka kaderisasi adalah jantung dari sebuah organisasi. Membentuk, membina dan mendistribusikan kader ke segala posisi strategis.
Wah…melenceng dari pembahasan awal……………………………’” tit…..tiit…tiiiittiiitttttttttttt “
Bagaimana system kaderisasi yang ada di nurul iman ?. sebuah catatan kecil di lembaran sejarah organisasi yang ku ikuti. Kaderisasi yang terjadi adalah kaderisasi yang terwariskan turun – menurun. Diturunkan dari generasi pendahulu sampai saat ini. Bisa jadi system dan nilai - nilai itu dulu memang pas dan cocok untuk menghadapi tantangan pada saat itu, bagaimana dengan sekarang ? masihkan bisa relevan ?. atau yang terjadi adalah system yang sebenarnya masih cocok untukdi gunakan, namun nilai – nilai capaian dan tujuan dari system itu tidak diturunkan dan di pahami generasi penerusnya. Sehingga yang didapat adalah barang, bukan esensi kegunaan barang. Karena yang terpenting adalah nilai – nilai yang akan di tanamkan entah dengan system dan cara yang seperti apa.
Menurut tukang sapu Nurul Iman, yang terjadi adalah yang kedua. Nilai – nilai dari system kaderisasi tidak tersampaikan. Sehingga mereka hanya menjalankan acara tanpa esensi, atau nilai – nilai yang tersampaikan sangat sedikit. Terkadang saya berfikir, untuk apa ngadain acara ini, apa yang di dapat selain lelah ? orang –orang seperti apa yang akan di cetak dari acara tersebut ?
Sebagai contoh adalah salah satu acara kaderisasi “ Tafakur Alam “. Acara yang paling berat menurut tukang sapu. Sebuah acara wajib yang harus diikuti bagi mereka yang ingin naik tingkatan di MT mendapatkan pin kehormatan. Selain itu, adakah yang ingin dicapai dari acara tafakur alam ini ? yang jelas selain kita memang mentafakuri keluarbiasaan alam ciptaan allah. Ayat – ayat kauniyah. karena menurut saya dengan adanya waktu tiga hari berama adik - adik menginap kita bisa lebih intens dalam komunikasi. kita bisa tahu kebiasaan - kebiasaan mereka. tentu kita akan lebih paham kondisi setiap peserta. dengan kedekatan selama itu menurut saya bisa kita transfer nilai - nilai kebaikan yang ada pada kita dan organisasi. sekaligus menanamkan nilai siap untuk berjuang dengan sungguh - sungguh nantinya. diharapkan dengan adanya transfer nilai ke adik - adik kita maka akan ada replikasi diri kita di adik - adik kita. kita akan mendapati semangat adik - adik kita minimal sama dengan kita. bahkan lebih bagus. itulah harapan sebenarnya yang ingin dahulu saya capai namun belum bisa. tapi semoga akan ada yang bisa menyampaikan ini kepada adik - adik nantinya.
sedikit berbagi masalah yang harus diselesaikan sebelum kita membuat acara, apapun itu. entah besar atau kecil. agar usaha yang kita keluarkan tidak sia - sia dan tidak ada hasil.
Ada beberapa hal yang harus gali lebih dalam.
Untuk apakah kita mengadakan acara ini ?
Apakah nilai – nilai yang ingin kita sampaikan kepada peserta ?
Materi apa sajakah yang bisa menyampaikan nilai – nilai tersebut ?
Apakah output an dari acara ini? Generasi yang seperti apa ?
Bagaimana cara penyampaian nilai – nilai tersebut agar bisa mengena kepada peserta ?
Mungkin dengan pertanyaan ini kita lebih bisa menentukan arah dan tujuan sebuah kegiatan kaderisasi yang nanti bisa lehirkan generasi muslim sejati bukan sekedar tradisi.
ada harapan dari seorang tukang sapu yang ingin melihat sebuah kaderisasi bukan hanya sebagai tradisi atau rutinitas biasa. yang kalau di tanya mengapa mereka melakukan ini, jawabnya " karena dulu mas, mbak kami melakukan ini,jadi kami mengikuti ". semoga itu tidak terjadi lagi. sebuah kaderisasi yang akan mencetak generasi muslim sejati bukan hanya tradisi.
Surabaya, 11 Ramadhan 1432 H
0 comments:
Post a Comment