Dijaga amanah
" memperbaiki diri menyesuaikan amanah "
Mungkin anda akan aneh mendengar kata di atas, sebuah kata yang tidak atau jarang kita dengar. Tapi, itulah adanya. Bukan lagi menjaga amanah, tapi sebaliknya. Amanah yang menjaga kita. Secara tidak sadar, dalam kesendirian ku mengulang kisah masa lalu, itulah yang terjadi. Ku di jaga oleh amanah itu. Sebuah penjagaan dari allah kepada ku melalui amanah yang DIA berikan. Entah harus bersyukur atau tidak, karena amanah itu berat sekali. Namun, ternyata ku harus tetap mengucapkan syukur Alhamdulillah, sujud syukur menikmati ni’matNYA.
Mungkin saya sudah pernah bercerita kawan, tentang masa SMA yang terangkum di sudut Masjid Nurul Iman. Ya, sebagai tukang sapu. Sebuah amanah yang berat, karena gunung dan langit pun menolak untuk menerima amanah itu. Tapi apa daya, karena itulah jalan yang telah Allah siapkan untuk saya. Percaya atau tidak, karena amanah itulah sekarang saya bisa menjadi seperti ini.
Semenjak ditetapkan sebagai tukang sapu, tak ada pilihan lain bagi ku untuk menjalankan sepenuh hati, meskipun tak jarang sakit hati. Tak ada pilihan lagi bagi ku untuk terus memperbaiki diri agar amanah itu tetap kelihatan pantas di pundak yang memikulnya. Dan tak ada pilihan bagi ku agar terus belajar sibuk memperbaiki diri. Meskipun tak jarang jatuh sampai dasar kubangan. Paling tidak, warna kebaikan itu sudah pernah mewarnai kehidupan ini.
Tak dapat dipungkiri, semenjak amanah tukang sapu itu terembankan. Banyak yang berubah dari diri ini. Perubahan yang kata ku mengarah kepada kebaikan. Momentum perubahan itu allah siapkan saat bersamaan tubuh ini tak kuat mengemban beban.
Pagi itu, Saat jam waktu olah raga kelas. Sebuah awal ku berani merubah penampilan. Meskipun sedikit, itulah perubahan yang sampai saat ini terasa. Seperti biasanya, olah raga waktu itu mengenakan seragam yanag telah ditentukan oleh sekolah. Celana pendek dan kaos. Sedangkan pada saat itu tidak bagi ku. Memakai celana oleh raga panjang, yang tidak ada di aturan sekolah. Tapi ku beranikanlah. Memang sejak akhir kelas satu, rasanya aneh memakai celana pendek olah raga itu. Risih dan tak tahu haarus bagaimanaa mengungkapkan rasa yang selain itu.
Apakah itu karena tidak menutup aurat ? mengapa baru rasa itu terasa padahal ku sudah tahu batas – batas aurat seoarang laki – laki dari pelajaran Agama SD ? pun juga dengan masa SMP atau kelas satu SMA. Waulallahu ‘alam bi showab.
Terkadang, pernah ku perpikir di teras masjid. Apakah pantas seorang tukang sapu masjid memakai pakaian yang tidak syar’i ? bukan kah itu nanti menjadi contoh bagi yang lain ?.. ahh.. JAIM. Y memang benar JAIM. Jaga Iman. He ..he..he..
Mungkinkah itu yang disebut dengan “ DIJAGA AMANAH ? “
Ada kalanya pernah suatu kali saya mendapat teguran dari seorang senior akhwat. Beliau bilang “ Dek, tolong jaga ke – MT – an nya dimanapun berada “. Seperti tersambar petir saja hati ini. Seolah berhenti berdetak jatung ini. Sebuah teguran dari Allah melalui lisan senior ini dalam sekali menghujam dibenak ku. Sehingga untuk melakukan sesuatu harus berfikir seribu kali. Berpikir solah – olah, “ masak tukang sapu masjid melakukan ini...”. “ yang benar saja sudah menjadi tukang sapu masjid Nurul Iman seperti ini...”. sehingga kadang ada rasa malu jika melakukan tindakan yang kurang benar.
Inikah yang dimaksud “ Dijaga Amanah “ ?
Hingga pada suatu saat diri ini, sangat malu walau hanya dekat dengan seorang perempuan. Meskipun terkadang nafsu ini mengajak untuk mendekati zina, yang kata orang ngomongnya pacaran. Namun hati nurani ini menangis, mengajak bertafakur “ kalau seorang tukang sapu masjid saja seperti ini, bagaimana dengan yang lain ?”. tidak adakah keteladanan ?. Semenjak saat itulah, jangankan berjabat tangan dengan lawan jenis. Memandangan saat berbicara saja tidak kuat saya. Takut kalau sampai nafsu itu keluar, meskipun merah jambu itu pernah menghancrkan karang yang berdiri.
Terkadang harus melunak saat lingkungan belum bisa menerima, namun sangat ku coba untuk menghindar dari hal –hal yang mendekatkan ke hal – hal di atas. Pernah ada yang sakit hati, mencibir dang memandang sinis. Tapi tak apalah. Belajar jadi orang baik. Namun, lambat laun semua teman – teman bisa memahami itu, bahkan ada yang pernah mengikuti.......
“ Di Jaga Amanah “ apakah itu maksudnya ?
Biarlah tukang sapu ini mengartikan kata di atas. Inilah bukti kecintaan dan penjagaan allah kepada saya. Sebuah penjagaan melalui sebuah amanah. Dijaga amanah adalah sebuah penjagaan diri karena merasa malu akan amanah yang teremban. Sehingga kita akan sungkan sendiri melakukan hal – hal yang tidak baik. Malu karena amanah itu sungguh besar. Dan malu kepada Allah adalah muara dari itu semua. Sang Pemberi Amanah
0 comments:
Post a Comment