Thursday, August 4, 2011

Surat Untuk Sahabat ( 2 )

Surabaya , 3 Ramadhan 1432 H
Ku krimkan untuk sahabatku aan Faisal Mubarok.

Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barraakaatuh

Bismillahirrahmannirrahimm

Ku awali menekan tuts key board atas nama Rabb sekalian Alam, dan tidak patut ada sesembahan lain selain NYA. Karena ni’matnya ku bisa menuliskan sebuah ungkapan tentang sebuah kisah kita yang terindah. Semoga setiap tuts keyboard yangku tekan mampu membawa ku ke masa lalu, mengenang indahnya kisah kita dulu.
Shalawat dan salam ku haturkan kepada junjugan kita nabi besar Muhammad SAW, beliau lah yang menginspirasi pertemuan kita dalam indahnyaa ikatan ukhuwah dalam satu aqidah. Beliau adalah tauladan kita yang akan terus terpakai setiap style ke indahan akhlaknya. Dan ku haturkan salam penghormatan kepada Sahabat – sahabat dan orang – orang yang selalu berjuang dalam menegakkan Addinul Islam.
Sahabatku.
Apa kabar hati ?
Masihkan ia mengembun, merunduk, tawadhu’ di pucuk daun. Jatuh dalam ketakwaan kepadaNYA untuk senantiasa beribadah kepadanya sesuai dengan kehendakNYA. “ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Apa kabar iman ?
Masihkan ia bintang, terang benderang menerangi kehidupan.
Apa kabar sahabatku ?
Dimanapun engkau berada, semoga Allah senantiasa melindungi dan menjaga dirimu, hatimu serta imanmu. Semoga allah senantiasa memberi mu kesehatan agar nanti ku bisa bertemu dengan mu tuk sekedar bertemu melepas rindu di kalbu. Sejenak duduk bersama dalam indahnya cerita bahagia saat kita masih bersama di Masjid Nurul Iman tercinta. Sungguh tak terasa sudah tiga tahun lalu cerita itu, cerita saat kita bersama dalam setiap acara. Luar biasa kawan.
sahabat ku.
Tak tahu lagi harus bagaimana ku mengungkapkan isi hati ini, karena ku tak pandai dalam merangkai kata untuk berucap. Lidah ku kelu setiap ingin mengungkapkan ini. Ya, hanya tulisan surat ini yang dapat ku tulis untuk mu. Jangan kau tertawakan ini, inilah bukti bahwa ku masih rindu untuk bertemu. Duduk bersama dengan kawan semua MTNI 2008/2009, diserambi utara masjid. Semoga saat kau baca surat ini, senyum khas seorang Aan mengembang di sudut bibir mu.
Sahabatku.
Ku berharap kau juga rindu masa – masa itu, karena hanya itu yang dapat mengumpulkan hati kita. Semoga dekapan rindu menelusuk di kalbu mu. Sehangat dekapan mu saat kau kuatkan ku disaat lemah ku. Karena persahabatan kita di ikat oleh ukhuwah yang indah. Bukan hanya ukhuwah saling kenal. Namun kita sudah melewati tingkat ukhuwah saling memahami, saling menaggung beban, dan saling mendahulukan kepentingan sahabatyang lain dari pada di kita. Maka itulah kawan. Ku ingin katakana bahwa ukhuwah kita adalah sejarah abadi dalam sebuah catatan memori. Yang akan tentu kita buka saat kita bersama.
Sahabatku.
Ku ingin mengajakmu bernostalgia dengan kisah duka dan bahagia kita. Semoga kau juga mau dan ingat setiap kejadian yang ku tulis di sebuah surat kecil ini. Ingatkah kau saat pertama kita berkenalan, di sudut masjid nurul iman dalam majlis ta’lim yang berbahagia. Mungkin canggung ku diawal karena kita belum saling memahami setiap kita. Seiring berjalannya waktu kita akhirnya menyatu dalam langkah bersama di setiap acara. Tafakur alam, Mabit, Khatmul quran, sampai Simpatik. Hati kita semakin menyatu saat pundak kita memikul amanah bersama. Engaku sebagai bendahara dan aku sebagai tukang sapu. Kita bersatu menaytukan langkah maja. Seru kawan.
Sahabatku.
Ku ingin mengenang cerita indah saat kita bersama Tafakur Alam di desa Klodan. Ingatkah kawan ?. betapa dinginnya udara malam pengunungan saat kita harus bangun malam sekitar setengah tiga hanya untuk olah raga, push up, sit up, lari – lari kecil agar kita tidak kedinginan. Konyaol. Padahal ada selimut tebal di dalam kelas. Tapi tak masalah karena kita melakunnya bersama semua terasa ringan. Teringat saat kita berebut nasi “ sangit “ buatan mas mufid, nasi yang kalau di rumah tidak akan kita makan malah kita makan. Hanya untuk satu alasan, agar tidak kedinginan. Paling asyik adalah saat kita mulai menjelajah sampai tempat makam , duh.. lupa aku namanya. Lelahnya perjalanan terobati saat kita bertemu dengan sungai yang mengalir deras dan segar. Suara burung dan gemericik air sungai adalah music pengantar tidur di peristirahatan yang mirip surau. Bersama beberapa anak kecil sekitar sekolah yang dicari orang tuanya karena tidak izin kalau mau ikut kita. Anak kecil yang terus memanggil kita dengan sebutan “ lek “.
Sahabatku.
Saat pulang adalah paling berat. Ditengah perjalanan hujan lebat, jalan pematang sawah yang licin dan Guntur yang selalu bersuara keras, menambah efek ciut nyali. Di tengah perjalanan pulang di pematang sawah sebelum pulang, celana kawan kita Beef sobek karena terpeleset. Kacamata mas Hilmi pecah karena jatuh. Tapi itulah indahnya kebersamaan. Dalam kelelahan siang, malam kita tadarusan di masjid. Hujan lebat dan petir menyambar seolah semakin mencekam klodan. Dan tiba – tiba ada seperti gempa dan hal – hal aneh, membuat kita berfikir yang membuat kita berfikir yang tidak – tidak. Memang benar, kita sudah mencium aroma kalau malam itu kita akan melakukan jerit malam. Berbekal pengalaman malam sebelumnya kita pun tidur dengan baju yang akan kita gunakan esok dini hari. Baju basah, celana basah, kaos kaki basah menambah dinginnya malam itu. Bahkan kau masih ingat, kau dan beef tida bisa tidur karena takut kalau jerit malam dilakukan. Tapi memang itu dilakukan. Mencekamkan memang, tapi mau apa lagi kalau ingin mendapatkan pin kecil kebanggan MT Nurul Iman. Takutpun kita terjang, meskipun di setiap langkah penuh kewaspadaan takut kalau ada yang muncul tiba – tiba. Pos satu terlewat menuju pos ke 2, makam desa yang menyeramkan. Kau berada paling dahulu di pos ke dua, tapi kau tak ambil kesempatan itu. Masuk kuburan dan mengambil pin di makam yang ada tanda bendera Indonesia di ujung komplleks makam.
Sahabatku.
Akhirnya aku yang mengawali masuk makam tersebut, jangan kira aku berani. Ku pun masih terus berfikir meskipun sudah di mulut pintu masuk. Banyangkan saja, gelapnya malam dan licinya jalan harus masuk kuburan tanpa senter dan cahaya. Ngawur senior kita. Namun akhirnya ku tetap masuk dan tak dapat kulihat apa- apa. Langkah ku terhenti setelah 10 langkah dari pintu msuk kumpleks makam. Ternyata senior kita juga takut ketika sayamasuk dan tidak keluar ketika di panggil bahwa waktu masuk sudah habis. Itu memang ku sengaja. Gantian yang ngerjai.
Sahabatku.
Setelah waktu shubuh tiba, kita kembali tanpa membawa apa – apa. Tak ada satupun diantara kita mendapat pin. Di sisawaktu pagi kita kembali ke pos satu mencari sekali lagi, dan ranpa hasil. Akhirnyakita bisa mendapatkannya dengan melakukan Push up, back up, sit up dan berbagai olah raga fisik dalam hitungan ratusan. Konyol. Tapi kebersamaan kitalah esinsi dari semua itu, saling menyemangati saat sedang lelah. Saat yang dinanti tunggu tiba, prosesi penyematan pin yang mengharukan karena sebelunya ada janji yag kita ucapkan dan do’a dari abah ta’ib. itulah cerita yang kita bawa saat pulang kembali ke kota dan masuk sekolah, dengan bangga kita menceritakan diklat ini kepada teman – teman ekstra lain.
Sahabatku.
Indah sekali mengenang masa lalu, semua itu seperti menonton video documenter dan kita adalah pemerannya. Sebuah episode saat kita menjadi panitia Simpatik, harus mancari konsumsi kesana kemari. Dan akhirnya menemukan teman ibumu mampu membantu kita. Beliau rela tidak berdagang hanya untuk membantu kita, namun kita membuat kecewa karena ada miss komunikasi. Ternyata di akhwat juga sudah pesan dengan jumlah yag sama. Dashyat. Kepalaku langsung pusing, kau berada dan iis berada dalam masalah pelik. Antara rasa tidak enak dengan tempat kita memesan makanan. Ditambah ketakutan iis karena ada ( kau pun tahu itu ) yang membuatnya menangis sampai tak bisa berkata – kata. Aku pun binggung, sesaat blamk pikiran ku. Namun akhirnya kita putuskan untuk melakukan klarifikasi kepada ke dua belah pihak. Kita mendapat pelajaran langsung dari lapangan. Masalah komunikasi adalah utama dalam berorganisasi.
Sahabatku,
Ku selalu berfikir bagaimana cara yang paling pas untuk mengucapkan terimakasih atas segala pelajaran yang kau berikan. Sungguh dari mu ku belajar banyak hal. Semua tak dapat kuceritakan. Kau selalu ku libatkan dalam masalahku. Ingatkah kau ketika malam – malam ku telepon, saat ku dan arif berada di RSUD Dr. soetomo. Diruang UGD sedang mendapat perawatan karena kecelakaan di jalan. Kau dengan sigap datang untuk memberikan pertolongan dan support. Entah siapa lagi yang akan ku hubungi saat itu, karena rumahmu lah yang terdekat dan bisa ku hubungi. Terimakasih kawan, engaku telah mengantarkan arif pulang ke rumahnya karena ku tak dapat mengendarai motor. Empat jahitan membuatku tak mampu melkukan itu. Ku pun pulang di bonceng oleh kakak ku. Sungguh ukhuwah ini mengajarkan kepada ku untuk siap kapan pun teman membutuhkan bantuan. Kau tinggalkan kepentingan pribadi untuk datang ke rumah sakit
Sahabatku.
Dipenghujung suratku ini, ku ingin meminta maaf kepada mu. Untuk kata yang terucap, karena memang lidah yang bertulang ini terlalu keras dalam terucap. Mungkin ada hati yang tersakiti yang mampu menimbulkan benci. untuk tingkah yang tak mau kalah, egois yang menghancurkan setiap hak mu. Atas kejahilan tangan dalam bertindak, membuat fisik terusik. Maafkan hati, karena dia pernah tidak percaya kepada mu. Bersu'udzhan kepada diri mu.
Ku penuh harap akan turunnya maaf mu, menyejukan setiap langkah ku. Maaf yang akan selalu menghapus dosa ku pada mu. Karena dosa antar anak adam tidak akan termaafkan sebelum orang tersebut memaafkan. Ku tak pandai berucap, apalagi mengungkapkan. Entah sudah berapa kali kita bertemu setelah semua kejadian itu, tapi sekali lagi, bibir ini kelu dan membatu.
Sahabatku..
Seterjal apapun perjalan yang kau tempuh, sepahit apapun kisah yang kau rasa. Ku mohon padamu, janganlah pernah berpaling dari cahayaNya. Yakinlah, bahwa engkau tak pernah sendiri, Allah dengan segala kemurahanNya akan selalu membimbingmu, asal dirimu selalu menjaga waktu untuk selalu dekat padaNya.
Sahabatku yang hatinya selalu terpancar cahaya Illahi, selalu ada ruang dihatiku untukmu, karena kau telah terlebih dahulu membesarkan hatiku. Dan aku berharap semoga kita bertemu kembali walau di tempat dan waktu yang berbeda, namun masih ada cinta di sana.
Ingin ku seka air mata ini..
Air mata bahagia tanda cinta itu pernah ada..
Cinta karena kita adalah keluarga dalam bendera sama..
Panji yang menjadi kebanggan kita..
Ini tentang rasa..
Rindu dan cinta untk kembali bersua..

Mengenang seluruh kisah terindah.

Dalam bingkai ukhuwah yang menyejarah..
 
Ku ingin berbagi..
Tentang semua cerita ini, antara ku, kau dan pengalaman ini

Wassalam
sahabat, ku berharap engkau tak lelah menyusuri jalan juang kehidupan ini
 

0 comments:

Post a Comment