Thursday, August 4, 2011

Catatan kecil seorang tukang sapu.

Awal kisah yang menyejarah

Masih jelas teringat dalam benak ku, sebuah cerita masa lalu. Entahlah, itu cerita indah atau susah dalam lembaran sejarah hidup ku. Sebuah kisah yang mengubah seluruh perjalanan cerita hidup ku. Ya, berubah dari siswa biasa pada umumnya menjadi siswa yang tidak pada umumnya. Bayangkan saja, saat banyak anak muda di usia seperti ku bersenang – senang, ku malah sedang susah payah menjalankan amanah. Amanah yang berat kawan, amahah yang gunung dan langit saja tak sanggup menerimanya. Lha terus siapa aku?. Manusia kecil yang selalu berkeluh kesah, tempat salah dan lupa. eh...berani – beraninya berdiri menerima tanggung jawab besar itu. Sebenarnya ku ingin menghindar, tapi tak berdaya. Namun, ku percaya pada MU. Ku masih yakin akan janji dalam kitabMU. “
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya “. dan ku pun selalu berdo'a “"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." sebagai penenag hati di sepertiga malam ku.
Di penghujung sya’ban bertempat di PKG, ku menerima amanah itu. Dengan sangat terpaksa menerima, tim formatur sepakat bahwa saya yang menjadi tukang sapu itu. Tukang sapu Majlis Ta’lim Nurul Iman 2008/2009. Entah apa pertimbangan orang – orang itu. Kelau mereka ngomong aktif, saya masuk di Majlis Nurul Iman saja karena nyasar. Nyasar kawan, saya adalah orang yang senang aktifitas olah raga. Smada FC adalah ekstrakulikuler pertama yang ku pilih, bukan MT. masalah keaktifan, ada sahabat saya yang lebih aktif, arif, aan, bima, yang kesemua itu adalah menjadikan MT sebagai pilihan mereka sejak awal. Sampai saat ini belum tahu apa yang mereka jadikan parameter, buku kecekapan kader saja aku tak isi penuh. Kalau masalah ilmu agama adalah alasannya, tentu tidak sama sekali. Siapa saya ? ilmu agama saya saja pas – pas an, ikut kajian saja jarang – jarang. Ngaji gak teratur dan masih bata – bata. Sungguh tidak ada criteria yang pas di saya sehingga layak menjadi orang nomor satu. Tapi itulah kenyataannya, palu sudah di ketuk,supah jabatan sudah terucap, do’a sudah terucap untuk kelancaran satu tahun kedepan. Sekarang tinggal bagaimana saya menjalani, pilihan takdir yang akan mengubah jalan hidup saya.

Sungguh tak ada gambaran apa yang akan ku lakukan. Tak ada progam 100 hari masa jabatan, tak ada target pencapaian tri wulanan. Yang ada adalah blank, blank,dan blank. Binggung mau berbuat apa. Ngurus diri sendiri masih berantakan malah ngurus kegiatan. Belum bisa membina diri sendiri malah mau membina anak orang banyak. Mengurusi adik yang akan meneruskan kami nantinya. Padahal kalu ereka tahu siapa yang mengurus mereka paling mereka akan tertawa, karena yang mengurus mereka hanyalah anak kecil dari desa yang tak tahu apa –apa.
Oh ya kawan, tahukan apa tugas ku di mana aku di amanahi jabatan tersebut ?
Ku beri tahu kawan, waktu kelas satu sma aku bergabung dengan organisasi Majlis Ta’lim Nurul Iman. Sebuah ekstrakulikuler, yang tak sekedar ekstrakurikuler. Bayangkan saja, tugas utamanya adalah menangani syi’ar islam di bumi smada. Atau lebih kerennya DAKWAH. Berat kawan amanah itu. Kamilah da’i – da’i muda di sma, mewarnai lingkungan sekolah agar lebih terkontrol moralnya. Sekarang berbicara soal amanah, disini saya di amanahi sebagai “ tukang sapu “. Amanah paling berat karena harus membersihkan setiap ada masalah, menutupi kekurangan, mengatur agar segalanya agar lebih indah. Jika ada masalah akulah yang orang yang akan dicari, dimaki. Sungguh tak terbayang, anak ingusan ngomong dakwah, baru kemarin sore bisa pakai baju sendiri mau ngurusi orang banyak. Tugas ngajaak kepada kebaikan padahal belum senuanya ku lakukan, sungguh kadang takut kalau lidak ini nanti dimintai pertanggung jawaban. Ngomong sesuatu yang tidak saya lakukan.
Di awal cerita sangat indah, menyenagkan karena saya bisa menjadi penerus sejarah pendahulu kami, kenal dengan semua orang – orang yang dahulu juga seperti ku. Mas Purba ( 2004 ), Mas Aan ( 2003 ), Mas puguh ( 2002 ), mas Su’ud ( 2001 ), Pak Slamet ( 1998 ). mudah untuk dilalui karena hanya itu tugas diatas kertas. Tapi sayang saya bertugas tidak di atas kertas, dunia nyata yang semua bisa saja terjadi. Kemungkinan A sampai Z..
Sungguh semua kemungkinan terjadi, cerita indah di awal tidak terulang. Sebab ku selau terbayang – baying akan beratnya amanah ini. Hamper setiap hari ku tidak bisa tidur nyenyak, baru bisa tidur diatas jam 23.00 dan biasa terbangun di sepertiga malam terakhir. Terbangun seperti ada yang membangunkan ku. “ Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. “, Qs. Al Muddatstsir :1- 7. Entah apa yang terjadi hingga aku seperti ini, ku tak mengerti kawan. Kadang yang ku lakukan adalah juga membangunkan teman – teman yang lain. Sekedar iseng tak aku ingin tahu, apakah yang mengalami ini hanya aku atau juga teman – temanku yang lain.
Sekitar satu bulan diawal yang sangat ringan, menyenagkan. Sebelum semuanya aku tahu tentang organisasi ku. Setelah ada pelatihan LDK OSIS, semuanya mulai tercerahkan. Banyak yang harus ku berbaiki dari organisasi ini, masalah administrasi, pengarsipan, pengolahan kader, acara yang menyenangkan dan tidak monoton. Banyak yang masih perlu diperbaiki. Harus ada perbaikan. Titik. Tak ada tawaran lain. Semua harus dirombak. Gerakan perubahan. Hidup adalah perubahan. Ya, itulah yang dulu ku usung. Semangat perubahan. Mengubah image sebuah kajian yang di anggap menjenuhkan dan tidak professional. Dunia yang selalu berubah, mengapa kita tidak berubah ?.
Sekali lgi, realita tidak semudah dengan angan – angan. Banyak benturan yang ku hadapi, karena zona nyaman telah melenakan. Memang perubahan adalah gambling. Berhasil atau tambah hancur. Hingga ku merasa lelah dan jenuh meneriakan perubahan. Sempat terfikir oleh ku untuk segera mengakhiri masa jabatanku. Ku percepat, sudah tak tahan ku dalam tekanan dan intervensi, semua opini perubahan ku tertolak. Segera ku temui Pembina selepas pulang sekolah, mengatakan untuk mengundurkan diri. “ buat surat pernyataan mengundurkan diri, tanda tangan kesiswaan, pembina osisi sampai kepala sekolah “, jawab beliau. Wuhh, tambah susah dan berat kayaknya.
Akhirnya ku urungkan niatku untuk mundur, dengan segala support dari semua teman – teman pengurus ( terimakasih ). Sempat ku menghilang beberapa waktu, agar tak ada orng yang mencari ku. Hingga emosi ku reda dan siap untuk bekerja. Alhamdulillah, allah menjawb semua pinta ku. DIA kirimkan seorang motivator di sekitarku. Mbak diani ( guru PPL IKIP PGRI, yang juga teman mas aan dan mas purba ) dan mas purba. Mereka selalu menenagkan ku dan menguatkan ku saat ku mulai goyah, dan lelah dengan segala amanah. Pernah ku cerita permasalahan ku samapi ku akhirnya diam karena tak sadar ku menangis. Kedekatan hati kami membuat semu itu alami dan terjadi begitu saja. Mas Purba adalah ketua tahun 2003, kesamaan pandangan tentang MT kedepan membuat ku nyaman bertukar pendapat denganny. Dia lah supervisor ku.
Tak apalah kawan, tak banyak perubahan yang dapt ku lakukan saat masa jabatan setahun itu. Karena ku yakin, perubahan itu pasti ada. Sepenggal episode cerita tukang sapu Masjid Nurul Iman. Dalam sebuah tulisan berkeluh kesah. Inilah ceritaku, cerita yang akan ku kukenang selalu. Sebuah sejarah untuk anak cucu. Semoga semua ini bermanfaat untuk semua orang. Semoga adik- adik penerus perjuangan bisa melanjutakan perubahan.

Surabaya, 4 ramadhan 1432 H

0 comments:

Post a Comment