Untuk para sahabat seperjuangan ku
Pengurus Manjils Ta’lim Nurul Iman 2008 – 2009
mentari pagi itu terbit terang, memberikan sinar harapan kepada setiap insan bahwa masih ada perjuangan untuk perubahan. Tetesan embun di ujung rumput memberikan kesejukan tersendiri bagi semut yang bernaung di bawahnya. Sebuah pagi yang indah dengan lantunan Al – ma'tsurat, sebuah doa pagi yang indah.
Pagi indah di sebuah rumah kecil yang banyak anak – anak masjid Nurul Iman menyebutnya SekPa. Sebuah pagi penuh aktivitas untuk sebuah pelayanaan umat berupa Ramadhan di Kampus. Mereka menyiapkan poster, surat kepada donatur, menghitung neraca keuangan dan ada yang tidur – tiduran. Perhatian ku tiba – tiba tertuju pada sebuah Laptop dengan MP3 yang mengeluarkan lagu indah. Sempat ku terhenyak dan mengalami jungkir balik ke masa lalu. Masa tiga tahun silam di sebuah masjid Nurul Iman Smada dua.
Meskipun ku belum tahu lagu tersebut, judul, dan penciptanya, lagu ini mampu membawa ku kepada kenangan indah masa SMA. Oh …, ternyata lagu dari Edcoustic – sebiru hari ini.
Sebiru hari ini, birunya bagai langit terang benderang
Sebiru hati kita, bersama di sini
Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah
Bukankah hati kita telah lama menyatu
Dalam tali kisah persahabatan ilahi
Pegang erat tangan kita terakhir kalinya
Hapus air mata meski kita kan terpisah
Selamat jalan teman
Tetaplah berjuang
Semoga kita bertemu kembali
Kenang masa indah kita
Sebiru hari ini
Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah
Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah
Sebiru hati kita, bersama di sini
Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah
Bukankah hati kita telah lama menyatu
Dalam tali kisah persahabatan ilahi
Pegang erat tangan kita terakhir kalinya
Hapus air mata meski kita kan terpisah
Selamat jalan teman
Tetaplah berjuang
Semoga kita bertemu kembali
Kenang masa indah kita
Sebiru hari ini
Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah
Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah
tanpa ku sadar air mata ini telah sudut mata yang memerah, setetes air mata bangga. Bangga bisa bersama sahabat – sahabat yang hebat, tangguh, tak kenal kata lelah dalam perjuangan dakwah sekolah. Bangga karena karena kalian semua telah menjadi orang – orang hebat. Bangga saat perpisahan kita bermakna pertemuan sejuta rindu untuk bersatu. Bersilaurahmi mengenang indahnya masa lalu.
Ku tak tahu harus bagaimana mengawali sebuah tulisan untuk sebuah ungkapan terimakasih kepada kalian semua, Pengurus Majlis Ta'lim Nurul Iman 2008 – 2009. jangan kau tertawakan tulisan ini, karena ini yang mampu kupersembahkan untuk kalian. Sebab, dulu tak banyak yang dapat ku berikan pada kalian. Sungguh masih banyak salah dan dosa pada kalian. Dari kata yang tak terjaga, sikap yang seperti psikopat, atas amanah yang tak tertuaikan, sampai hati yang kadang timbul benci.
Sahabat, setahun bersama kalan di MT Nurul Iman telah begitu banyak mengajar dan membina kita. ia telah berperan banyak dalam mendewasakan tindakan dan pemikiran dalam setiap menghadapi permasalahan yang ada.
Sahabat,.
Kini, saat semua telah terlewat, saya tak ingin semua tiu hilang begitu saja.hilang tanpa bekas, tanpa arti. Pertemuan ini bukanlah sekedar pertemanan belaka, tapi pertemuan karena dirajut dalam ukhuwah satu makna, kita satu perjuangan.
Karena allah kita bertemu,berkumpul, berjuang di dunia dan kepada allah kita harap berjumpa di akherat kelak. Semoga ukhuwah yang kita bina bukan sekedar “ sandiwara “ satu babak yang akan selesai jika sudah turun panggung. Sahabat, terlalu mahal jika nikmat ini lepas, terlalu sayang jika semua yang telah kita rajut putus begitu saja. Nikmat ukhuwah dan dakwah.
Sahabat…
Terlalu banyak kenangan yang telah terlanjut kalian goreskan di benak ku, sehingga untuk membuangnya begitu saja bagai mencabut pedang yang telah menusuk ulu hati. Sakit. Semoga kalian semua juga tidak akan melupakan setiap goresan tinta penuh cerita kisah kita. saatnya ku ingin berbagi cerita yang dahulu pernah ada, ku ingin memohon maaf atas segala kejadian yang melakai hati.
Ku ingin minta maaf atas air mata yang keluar dan hati yang tersayat oleh tanyanya lidah ini. Kata – kata yang tak sepantasnya keluar. Smoga kalian masih ingat acara Tafakur Alam, mungkin ada acara yang “ sacral “ yang tidak kita lakukan saat di atas. Penyematan pin. Ya, ku masih teringat kata – kata yang keluar adalah kata - kata yang tak pantas ku ucapkan. Menolak usulan salah satu akhwat. Maafkan saya. Emosi dipuncak ubun – ubun tersulut kelelahan, meledak mengeluarkan seluruh isi otak yang mulai keruh. Hanya satu yang alasan ku waktu itu, hari sudah mulai gelap kasihan adik – adik kalau hujan. Pun kalau nunggu hujan reda, mereka sudah ingin berjumpa dengan orang tua. Yah…, semoga kau bisa memahami alas an itu. Dan maaf baru sekarang ku jelaskan alasan itu.
Sahabat…
Diakhir acara kepengurusan untuk menyiapkan generasi penerus. Simpatik. Kau tahu cerita yang terjadi. Banyak tetes air mata yang keluar dan tak terbendung. Sebuah masalah yang membuatku bimbang. Maafkan saya , karena tidak dapat mengkoordinasikan semua dengan matang. Sekali lagi, minta maaf bagi kalian yang merasakannya. Bagi sahabat yang kurang tahu, coba tanyakan kepada orang yang mengurusi konsumsi waktu itu. Karena ini masalah konsumsi.
Lain lagi dengan saat saya ingin mengadakan mentoring. Maaf kalian semua yang mungkin belum paham dengan konsep apa itu mentoring masuk terbungkus masalah itu. Mungkin karea lidah ini susah berkata, seperti nabi musa yang perlu harun untuk menyampaikan dakwah kepada kaumnya. Ya, maaf sahabat. Maaf atas segala usaha kerja keras kalian untuk membuat silabus materi namun akhirnya tak berguna. Bukan kehendak ku sahabat, karena keadaan belum siap. Maaf jika kalian menjadi orang – orang yang di kejar Pembina saat itu. Maafff. Ku tahu ada tetes air mata saat itu, entah siapa, ku dengar isak tangis saat itu. Mungkin sudah saatnya lidah ini di ruqyah agar lebih sopan dalam berbicara.
Itu beberapa “ dosa – dosa “ kepada akhwat 2008 – 2009, kepada ikhwan ??
Oh…tak terhitung lagi dan tak akan ku tulis disini, karena akan membutuhkan berates – ratus halaman untuk memuatnya. Dari canda bisa menjadi duka. Tak terhitung lagi. Tingkah laku yang kemudian menusuk kalbu, sudah beribu – ribu kali yang ku tahu.`maaf kan sahabat. Jika saat ini kalian ingin membalas semua yang telah ku lakukan ku akan terima dengan senang hati. Ku hanya ingin senyum ikhlas kalian saat memberikan maaf. Bukan senyum sandiwara.
Sahabat ikhwan 2008 – 2009…
Maafkan saya jika mungkin saat kalian menjadi pengurus ku kurang percaya dengan kalian. Amanah yang seharusnya kau lakukan ku kerjakan. Tak terhitung lagi. Maafkan sahabat.ku hanya ingin semuanya menjadi baik. Tapi ternyata tidak bisa seperti itu.
Masih banyak yang belum terungkapkan kawan..
Terimakasih kalian telah memberikan warna pada masa SMA ku, sebuah warna yang tak dapat di lihat keindahannya oleh banyak anak seusia ku. Semua sms motivasi kalian masih tersimpan, sebuah motivasi saat saya lemah dan lesu dalam berjuang. Sebuah motivasi dari sahabat untuk sahabat. Kadang ku baca sms kalian saat ku sedang lelah dan penat dalam setiap perjuangan. Terimakasih kalian telah mengingatkan ku saat ku mulai tidak pada jalan yang benar. Kalian membantu menjaga ku dari kenistaan. Kadang nasehat itu masih terdengar jelas di telingga. Kalian kadang lebih dewasa dari ku, menjadi orang yang membimbing ku.
Sejuta ungkapan tidak akan mampu menggambarkan segala yang telah kalian berikan. Sungguh ku tak tahu harus menulis apa lagi untuk kalian. Ku ulangi lagisatu permintaan ku. MAAFKAN AKU.
Ku iringi penutupan surat ini dengan sebuah nasyid Lagu kedamaian – the brother.
Sahabat ...
Duniaku kini tiada ceria
Hilang entah ke mana
Detik-detik yang ku lalui
Penuh duri
Bilakah segalanya akan berakhir
Kedamaian kan muncul kembali
Mengapa tangisan itu
Masih terdengar lagi
Adakah tiada siapa peduli
Sahabatku ...
Bersabarlah dengan ujian Tuhan
Natijah kealpaan
Kepahitan yang kau lalui pasti berakhir
kedamaian kan muncul kembali
Ooo tangisan itu
Masih terdengar lagi
Tiada siapa peduli
Di mana nilai kemanusiaan
Sebagai hamba tuhan
Hadirlah kedamaian
Kami memerlukan
Hadirlah kedamaian
Kami memerlukan
Di bumi yang telah gersang
Tumbuh pohon nan subur
Duniaku kini tiada ceria
Hilang entah ke mana
Detik-detik yang ku lalui
Penuh duri
Bilakah segalanya akan berakhir
Kedamaian kan muncul kembali
Mengapa tangisan itu
Masih terdengar lagi
Adakah tiada siapa peduli
Sahabatku ...
Bersabarlah dengan ujian Tuhan
Natijah kealpaan
Kepahitan yang kau lalui pasti berakhir
kedamaian kan muncul kembali
Ooo tangisan itu
Masih terdengar lagi
Tiada siapa peduli
Di mana nilai kemanusiaan
Sebagai hamba tuhan
Hadirlah kedamaian
Kami memerlukan
Hadirlah kedamaian
Kami memerlukan
Di bumi yang telah gersang
Tumbuh pohon nan subur
Surabaya, 11 ramadhan 1432 H
Ku tuliskan ini untuk seluruh pengurus MT Nurul Iman 2008 – 2009
Kalian telah memberikan pelajaran arti sebuah ikatan persahabatan di jalan illahi.
Jazakumullh khairan jaza’
0 comments:
Post a Comment