Wednesday, January 22, 2014

Menemukan Spirit yang Hilang


Tidak terasa waktu sudah bergulir cepat, detik berubah menjadi  menit, ,menit terakumulasi menjadi jam, jam berubah menjadi hari,hari berganti  bulan, bulan berubah menjadi tahun.  Setiap momennya selalu memberikan makna tersendiri bagi kita. Setiap kejadiannya memberikan banyak pelajaran yang tidak tergantikan.  Setiap waktunya, segala aktivits yang kita lakukan mewarnai hari-hari dan bulan.  Menyusuri jalan kehidupan yang panjang nan melelahkan. Hingga terkadang, banyak diantaranya yang kelelahan dan kehabisan bekal. Kehausan dan kelaparan. Dan perjalan hidup yang kita pilih adalah jalan Dakwah.
Jalan dakwah tidak ditaburi dengan bunga-bunga, tetapi merupakan jalan yang terjal nan panjang. Bagi para pengemban yang akan melaluinya perlu kesabaran dan ketekunan memikul beban yang berat tersebut. Perlu kemurahan hati, pemberian dan pengorbanan tanpa mengharapkan hasil yang segera tanpa putus asa dan putus harapan.  Yang diperlukan adalah usaha dan kerja yang berterusan dan hasilnya terserah kepada Allah diwaktu yang dikehendakiNYA.
Dalam menempuh perjalanannya, banyak diantara pada aktivis dakwah yang mengalami kehabisan bekal, sehingga banyak diantara mereka kehausan serta kelaparan dalam perjalanan dan akhirnya tidak lagi dapat melanjutkan menyusuri perjalanan ini.Ibarat musafir yang berjalan di tengah gurun dengan panas yang menantang. maka, kesegaran oase adalah harapan. Juga dengan bagi para musafir perjalanan dakwah ini, yang sudah mulai kelelahan dalam perjalanan. Mungkin perlu kiranya menemukan kembali telaga mata air penghilang dahaga dalam perjalanan. menemukan oase dalam kefatamorganaan, Menemukan kembali ruh yang menghilang.

Telaga itu ada dalam hati ini, yang mungkin sekarang masih tertutupi. Sehingga seolah kita hampir mati ditengah gersangnya jalan ini. Mungkin kita perlu kembali bertanya lagi kepada hati, dan menjawab semua pertanyaan refleksi dalam melalui perjalanan ini.
“Apakah yang kau cari selama ini?, sehingga kau mau berlelah-lelah menghabiskan sebagian besar waktu mu?”
“Untuk siapakah semua perbuatan mu ini?”
“Benarkah jalan yang kau lalui ini mengantarkan apa yang menemukan apa yang kau cari?”
Renungkan kembali jawaban dari pertanyaan itu, resapi dan hayati hingga kau temukan kembali semangat jiwa yang kau cari selama ini. sehingga kau mampu lagi menapaki jauhnya dan kerasnya perjalanan dakwah ini. sebab nasihat ustad Rahmat adalah Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad.
Mari kita ingat kembali apa yang pernah imam Hasan AlBanna dalam buku Risalah pergerakan arkanul bai’at tentang Ikhlas.
Yang kami kehendaki dengan ikhlas adalah bahwa seorang al-akh muslim dalam setiap kata-kata, aktivitas, dan jihadnya, semua harus dimaksudkan semata-mata untuk mencari ridha Allah dan pahala-Nya, tanpa mempertimbangkan aspek kekayaan, penampilan, pangkat, gelar, kemajuan, atau keterbelakangan.. Dengan itulah, ia menjaditentara fikrah dan aqidah, bukan tentara kepentingan dan ambisi pribadi.
"Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, adalah karena Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu baginya dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku."' (Al-An'am: 162-1630)
Serta kita juga perlu meneguhkan keyakinan kita tentang apa yang kita kerjakan selama ini, sehingga kita dapat kita tahu, bahwa apa yang kita kerjakan bukanlah hal yang sia-sia.
Yang saya kehendaki dengan tsabat (keteguhan) adalah bahwa seorang akh hendaknya senantiasa bekerja sebagai mujahid di jalan yang mengantarkan pada tujuan, betapa pun jauh jangkauannya dan lama waktunya, sehingga bertemu dengan Allah dalam keadaan demikian, sedangkan ia telah berhasil mendapatkan salah satu dari dua kebaikan: meraih kemenangan atau syahid di jalan-Nya.
Kader yang menyikapi jabatan yang diterimanya lebih sebagai amanah dari pada kehormatan, akan dengan cepat belajar menyesuaikan diri dan memahahami karakteristik tugas dan tantangannya.
Dakwah berkembang di tangan orang-orang yang memiliki militansi, semangat juang yang tak pernah pudar. Ajaran yang mereka bawa bertahan melebihi usia mereka. Boleh jadi usia para mujahid pembawa misi dakwah tersebut tidak panjang, tetapi cita-cita, semangat dan ajaran yang mereka bawa tetap hidup sepeninggal mereka.
Jalan yang sangat panjang...
Jalan yang mungkin melelahkan...
Jalan yang tidak banyak dipilih orang
Ketika amanah ini adalah jalan yang panjang,
jangan pernah lelah mencari ujungnya...
Tidak perlu kita menjadikan amanah ini sebagai beban,
tapi jadikanlah amanah sebagai ladang ibadah...


1 comment:

  1. kayak lagi pada jenuh semua ya? kemaren lulu ma intan juga cerita semacam tulisan di atas... kayaknya butuh rihlah bareng dh #kepo

    ReplyDelete