Wednesday, January 22, 2014

#AYKTM


Apapun Yang terjadi Kita Tetap Melingkar
Sejenak teringat apa yang pernah dipesankan oleh sang imam dalam sebuah surat kepada para jama’ahnya. Sebuah pesan sangat penting yang menjadi ruh dalam setiap aktivitas perjuangan ketika beliau masih hidup dan ketika beliau sudah tidak berada diantara para jama’ahnya. Dalam pesan tersebut sang imam mengingatkan kembali akan pentingnya aktivitas ini dalam rangka membangun peradaban. Aktivitas yang meneguhkan yang beliau sebut dengan Usrah. Sang imam itu adalah Hasan Albanna, begitu orang menyebutnya. Pesan-pesan beliau kemudian diabadikan dalam buku Majmaturrasail atau kita lebih familiar dengan nama Risalah Pergerakan.
Islam menekankan perlunya pembentukan usar (usrah-usrah) dari pengikut-pengikutnya, yang dapat membimbing mereka kepada puncak keteladanan, mengokohkan ikatan hatinya, dan mengangkat derajat ukhuwahnya; dari kata-kata dan teori menuju realita dan amal nyata. Karena itu -wahai saudaraku- usahakan agar dirimu menjadi batu bata yang baik bagi bangunan (Islam) ini. Sedangkan pilar-pilar ikatan ini ada tiga; hafalkan dan usahakan untuk mewujudkannya, sehingga ia tidak hanya menjadi beban berat yang kering tanpa ruh.

Begitu pentingnya usrah bagi gerakan dakwah ini, sehingga seolah-olah beliau memesankan kepada semua jama’ahnya untuk tetap dalam lingkaran peradaban. Menjadi salah satu dari batu bata yang baik dalam bangunan peradaban islam. Aktivitas usrah yang mengubah teori-teori yang ada diangan-angan menjadi realita dan amal nyata. Bahwa aktivitas ini bukan hanya menghimpun kebaikan, tetapi juga menyebar dan mendistribusikan segala kebaikan. Sehingga aktivitas ini bukanlah aktivitas kosong tanpa makna, tetapi aktivitas yang membimbing untuk menjadi teladan bagi sekitar, pelopor dalam setiap kebaikan dan amal. Serta aktivitas ini mengokohkan ukhuwah dan mempertautkan hati satu dengan yang lain.
Sebab Aktivitas dakwah ini bukan hanya mendistribusikan tanpa memproduksi. Kalau saja setiap aktivis itu hanya memberi tanpa mengisi, maka tak akan pernah lama dia akan bertahan dalam perjalan nan panjang ini. ibarat lilin yang memberikan cahaya dalam kegelapan, hingga akhirnya ia padam dan hilang dengan sendirinya. Maka, usrah adalah proses mengisi. Memberikan nutrisi pada diri dengan setiap taujihat dari sisi Illahi. Sebab aktivitas kita adalah Dakwah dan Tarbiyah, dua sisi yang tidak akan pernah dapat dipisahkan. Jika salah satu hilang, maka robohlah semua bangunan. Maka tidak akan ada seorang aktivis dakwah tanpa kemudian dirinya melakukan tarbiyah. Baik secara jama’ah atau sendiri.
Sebab hakikat dari tarbiyah, seperti yang pernah disampaikan oleh Ustadz Rahmat Abdullah dalam buku Untuk mu Kader Dakwah .
“Makna tarbiah itu sendiri adalah mengharuskan seseorang lebih berdaya, bukan terus-menerus menempel dan tergantung pada orang lain. Meskipun kebersamaan itu merupakan sesuatu yang baik tapi ada saatnya kita tidak dapat bersama, demikiansunahnya”
Kemudian beliau lanjutkan
“Ummat yang terbaik bukan untuk disem-bunyikan tapi untuk ditampilkan kepada seluruh ummat manusia. Inilah sesuatu yang sangat perlu kita jaga dan perhatikan. Kita semua beramal tapi tidak larut dalam kesendirian. Hendaklah ketika sendiri kita selalu mendapat cahaya dan menjadi cahaya yang menyinari lingkungan sekitarnya.”
Imam Syahid Hasan Al Banna, "Antum ruhun jadidah tarsi fi ja-sadil ummah". Kamu adalah ruh baru, kamu adalah jiwa baru yang mengalir ditubuh ummat, yang menghidupkan tubuh yang mati itu dengan Al-Qur’an.
Maka setelah ini, tidak ada lagi ceritanya seorang kader tidak lagi melingkar dalam cahaya keberkahan majelis usrah. Tempat mengingat Allah, tempat mencari ruh yang hilang dalam aktivitas perjuangan, memperkuat barisan dan mengokohkan pergerakan. Sebab, kitalah harapan ditengah keputus asaan peradaban. Karena kita adalah cahaya ditengah kegelapan. Oleh karena tugas Dakwah membangun peradaban, maka kitalah pilar-pilar yang menjadi penegak setiap banguannya. Sehingga kita wajib menjadi salah satu tiang yang kokoh dalam menyangga peradaban islam ini. hingga setiap perjuangan kita diwarisi oleh para generasi penerus kita.
Seperti yang pernah disampaikan oleh Ustadz Rahmat Abdullah,
Disanalah kita mentarbiah diri sendiri dan generasi mendatang. Inilah sebagian pelipur kesedihan ummat yang berkepanjangan, dengan munculnya generasi baru. Generasi yang siap memikul beban da’wah dan menegakan Islam. Inilah harapan barubagi masa depan yang lebih gemilang, dibawah naungan Alqur-an dan cahaya Islam rahmatan lil alamin.
Waullahu’alam

Refrensi
-          Majmaturrasail karya Hasan Albanna

-          Untuk mu Kader Dakwah karya Rahmat Abdullah 

0 comments:

Post a Comment