Monday, December 30, 2013

Mubasysyirat



Mimpi adalah bunga tidur, mungkin itulah ungkapan yang kita dengar dari kalangan masyarakat pada umumnya. Banyak diantara kita mengatakan mimpi adalah hiasan yang memperindah dan memebri kenyamanan pada tidur seseorang. Pada peneliti yang tidak percaya dengan dunia ghaib mengatakan bahwa mimpi adalah sisa-sisa energy kita yang tidak tersalurkan atau pikiran-pikiran kita ketika sadar yang masih terbawa ke alam tidur kita. Pandangan umum dan mayoritas mengatakan demikian itu. Namun ternyata banyak persepsi tentang mimpi itu sendiri, yang juga banyak diungkap oleh para ulama’-ulama’ kita terdahulu. Para ulama’ tersebut memberikan pernyataan bahwa mimpi bukan hanya sekedar bunga tidur atau sisa-sisa energy. Tetapi mimpi juga bagian dari sebuah hidayah dan petunjuk kepada manusia setelah tidak adanya nubuwah.
Prof. HAMKA dalam buku tafsir Al-Azharnya memberi bahasan mimpi tersebut dalam satu tulisan tersendiri. Hal ini beliau anggap penting karena melihat perkembangan ilmuan yang tidak bertuhan yang mengeluarkan konsep tentang jiwa manusia. Mungkin bisa baca ditulisan sebelumnya tentang Sigmund freud di postingan yang lalu. Karena sebenarnya Antara keduanya ini adalah satu rangkaian kepenulisan.
Dalam Tafsir Al-Azhar menyebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Aisyah bahwa Nabi SAW pernah bersabda
“Mula sekali turun wahyu kepada rasullullah saw ialah mimpi yang benar di dalam tidur, maka tiapp mimpi tiap-tiap mimpi itu datang, dia menyinar laksana cahaya subuh”
Al-Quthubi dalam tafsirnya menuliskan, bahwa mimpi adalah suatu hal yang mulia dan penempatan yang tinggi. Dia bisa terjadi pada nabi-nabi dan rasul-rasul dan terjadi pada orang shalih.
Seperti yang pernah disabdakan oleh Rasulullah SAW yang tercatat dalam kitab Hadits Imam Bukhari,
“Tidak ada yang tinggal dari nubuwat melainkan mubasy-syirat. Mereka bertanya: apakah yang dikatakan Mubasy-syirat itu, ya Rasulullah ?, beliau menjawab: mimpi yang baik, yang kelihatan oleh seorang yang shalih atau dilihat oleh orang lain untuknya”
Mubasy-syirat  yaitu mimpi yang baik dan yang benar, yang diimpikan oleh orang yang shalih atau dimimpikan oleh orang lain untuknya. Mungkin kita kemudian bingung, seperti apakah ciri orang yang mimpinya memang benar datang dari Allah atau syaitan, juga perkataan tentang mimpi itu benar atau dilebih-lebihkan. Rasulullah SAW pernah menyampaikan :
“mimpi itu ada tiga macam; (1) mimpi yang datang dari Allah (2) mimpi yang datang dari syaitan untuk menyusahkan pikiran (3) dan mimpi dari yang terasa oleh seseorang di dalam hatinya sendiri ketika bangun, lalu terlihat olehnya setelah dia tidur”
Namun, untuk membedakan Antara ketiganya dan apakah yang dikatakan orang tentang mimpinya itu benar atau tidak, maka kita ingat hadits dari Nabi SAW
“orang yang paling benar mimpinya, ialah orang yang paling benar perkataannya”
Dalam sebuah hadits mengatakan bahwa mimpi yang benar merupakan satu bagian dari 46 bagian kenabian. Ada juga yang mengatakan satu bagian dari 70 bagian kenabian. Hadits dari anas bin malik mengabarkan satu bagian dari 26 bagian kenabian. Mufassir ibnu Jarir Ath-thabari berpendapat bahwa bagian-bagian yang disebutkan dalam hadits itu tergantung menurut martabat dan tingkat dekat dan  jauhnya orang itu dengan Allah. Semakin dekat orang itu dengan Allah, maka semakin banyak pulalah bagian dari lebih besar dari nubuwat dari mimpinya itu. Maka kalau tingkat keimanan yang dimiliki oleh orang itu menyerupai sifat-sifat Abu Bakar yang berwudhu dengan sempurna, sabar menghadapi hal-hal yang menyusahkan dan duduk menunggu diantara sembahyang-sembahyang. Maka –insya allah- orang tersebut mendapat bagian dari 40 bagian atau 60 bagian dari nubuwat.
Ibnu Qayyim dalam kitabnya Madarijus shalikhin juz 1 menuliskan, bahwa mimpi dari orang yang telah mencapai derajat shiddiqin, yaitu derajat yang telah dicapai oleh abu bakar ash-shiddiq, sama dengan satu bagian dari 46 bagian nubuwat.
“dan barang siapa yang ingin mempinya itu benar, hendaklah dia melatih dirinya dalamkejujuran, berkata benar, jangan dicampur kebohongan, dan hendaklah memakan harta yang halal, dan selalu menjaga perintah dan larangan Allah. Maka kalau hendak tidur, hendaklah dia berwudhu lebih dahulud engan sempurna, lalu berbaring dengan menghadapkiblat, dan ingat akan allah sampai matanya tertidur. Kalau dia lakukan demikoian, maka mimpinya tidaklah buruk. Dan mimpi yang paling benar, ialah mimpi di waktu sahur, karena waktu sahur itulah waktu turunnya ilahi ke langit dunia, dan rahmat diwaktu yang dekat, dan ampunan ilahi pun hampir dan syaitan sedang tidak sibuk. Sebaiknya ialah mimpi diwaktu ‘atamah, yaitu di permulaan malan, ketika syaitan-syaitan masih berkerayangan, demikian juga roh-roh jahat”
Mungkin kita pernah mendengar ada orang yang l oleh allah diperlihatkan gambaran masa depan dengan isyarat-isyarat tertentu, seperti itulah yang dimaksud dengan Almubasysyirat. Selain juga berisakan petunjuk ajaran-ajaran yang mungkin belum pernah didapatkan namun kemudian menadapat petunjuk langsung dari allah. Itulah yang dialami oleh orang-orang shalih. Sangat berbeda dengan apa yangm diperoleh oleh orang-orang yang mengaku dapat melihat masa depan namun harus dengan memenuhi beberapa syarat tertentu. Mereka itulah dukun yang telah bekerjasama dengan kalangan jin yang mencuri dengan berita langit. Okalau orang jawa biasanya mengenal ilmu Waskito. Weruh sak durunge winarah, atau tahu sebelum terjadinya kejadian. Bagi orang-orang shalih yang dekat dengan Allah, hal itu bukanlah hal yang aneh karena allah memang telah memberitahukannya. Almubasysyirat. Sehingga kita tidak perlu heran dengan hal yang demikian dan kita harus bisa membedakan Antara yang haq dan yang batil. Yang datangnya dari Allah atau dari jin yang bersekutu dengan manusia.
Waullahu ‘alam bi showab

refrensi 
Tafsir Al-Azhar. Prof. HAMKA

0 comments:

Post a Comment