Tuesday, August 13, 2013

Punakawan Sang Abdi Ksatria


Kita sering mendengar istilah punakawan dalam setiap cerita yang melibatkan pada ksatria pandhawa lima. Genk  punakawan ini diisi oleh Semar, gareng, Pethruk, bagong. Empat sekawan yang tak terpisahakan. Punawakawan sendiri memiliki arti, Puna artinya tahu, Kawan yang berarti teman. Sehingga Punakawan artinya tahu apa yang harus dilakukan ketika mendampingi tuan (majikannya) dalam keadaan susuh atau senang, penuh cobaan dan godaan menuju kea rah kemuliaan.  Memang punakawan adalah abdi setia yang diperintahkan untuk mendampingi, menasihati serta mengarahkan para ksatria. Genk Punakawan sendiri sebenarnya adalah keluarga. Gareng, pethruk dan bagong adalah anak angkat dari semar. Karakter para punawakan beragam, semar adalah lambing kebijaksanaan seorang sesepuh, gareng menggambarkan kerendah hatian yang tamak. Pethruk adalah lambing kecerdsan berpikir dan penasihat ulung, bagong merupakan tokoh penyeimbang dari punakawan yang lain. Sosok bagong yang suka bercanda kelewatan, tergesa-gesa dan terkadang sedikit lancang.
Semar
Semar adalah putra Sanghyang Tunggal dan dewi Wiranti yang masih saudara dengan sanghyang Antaga (TOgog) dan sanghyang Manikmaya(Batara Guru). Sebutan lain dari semar adalah ki Lurah badranaya atau kadang disebut ismoyo. Semar yang merupakan ttitisan dewa khayangan yang diturunkan ke bumi untuk menjadi abdii yang memberi bimbingan para ksatria yang kelak dikenal dengan Pandhawa lima adalah sosok yang sabar, jujur, ramah dan rasa humor tinggi. Konon, ketika masih di khayangan, semar adalah seorang yang tampan rupawan, namun ketika diturunkan ke dunia (arcapada) badannya menjadi gendut, pendek berwajah lucu dengan mata berair seperti menangis.
Kenapa bisa seperti itu ?. al kisah, dulu ada sayembara untuk menjadi raja tiga dunia (jagad luhur, madya, andhap) bagi yang memenagkan sayembara tersebut. Sayembaranya adalah dengan menelan sebuah gunung dan mengeluarkan kembali lewati dubur. Banyak pendekar yang mengikuti  sayembara tersebut.  Pertama yang mencoba adalah Antaga, dengan sombongnya mencoba menelan gunung tersebut. Huuaa… gunung tersebut tidak dapat ditelannya dan malah merobek mulutnya dan matanya melotot mau keluar.  Setelah itu giliran semar atau ismoyo mencoba melahap gunung yang ada di hadapannya. Happ… gunung itu seketika masuk dalam perutnya dan anehnya malah tidak dapat dia keluarkan. Akhirnya sampai sekarang perut semar menjadi gendut, mulutnya besar dan matanya mengeluarkan air menahan sakit karena gunungnya tidak dapat dia keluarkan.
Gareng
Gareng adalah anak tertua dari semar, dari sebangasa jin. Nama lain dari gareng adalah pancalpamor artinya menolak godaan duniawi, pegatwaja berarti gigi yang melambangkan tidak suka makan makanan yang enak yang memboroskan dan mengandung penyakit. Nala gareng artinya hati yang kering, kering dari keangkaramurkaan.  Ciri fisik gareng dibuat sangat penuh makna. Tangan gareng yang ceko adalah perlambangan dari tidak mau mengambil hak orang lain. Mata juling artinya tidak melihat kecuali yang baik, dan sikil gejik (berjalan dengan tumit) adalah lambing penuh kewaspadaan dalam segala perilaku.
Konon Gareng pernah menjadi raja di Kerajaan Parang Gumiwang dengan nama Prabu Pandu Bergola. Tepai karena ambisi ingin menjadi raja di ngamerta akhirnya dia berkelana dan akhirnya bertemu dengan semar dan menjadi abdi para ksatria di ngamarta. Gareng sendiri sebenarnya dalah pendekar sakti mandraguna, namun hal itu tidak dia tampakan. Sampai akhirnya gareng berhasil menjadi penguasa di Ngamarta dengan mengalahkan para ksatria pandhawa. Dia menggunakan namanya yang dulu, Prabu Pandu begola saat mempora-porandakan kerajaan Ngamarta. Memang sebelum menyerang Ngamarta, gareng sempet menghilang beberapa waktu dan membuat sedih para punakawan dan para ksatria Pandhwa.
Setelah diberi tahu oleh Prabu Kresna bahwa yang menjadi Prabu Pandu bergola adalah Gareng, maka semar langsung memerintahkan Petruk untuk menghadapinya. Petruk yang takur akhirnya berani setelah mendengarkan bisikan dari semar bagaimana cara menghadapi saudaranya itu. Akhirnya pertuk menghadap ke Prabu Pandu bergola dan mengajaknya berkelahi satu lawan satu. Setelah menolak beberapa kali, akhirnya Prabu Pandu tidak kuasa menolak ajakan semar untuk berkelahi. Pertempuran yang seru dan penuh kekocakan itu mengakbiatkan Prabu Pandu bergola berganti wujud menjadi semar tanpa disadarinya. Akhirnya semar masuk dalam pertempuran dan berhasil memisahkan perkelahian itu. Seketika petruk yang sudah rindu gareng langsung memeluknya erat. Setelah ditanya mengapa melakukan itu, dengan penuh bijakasana pertuk menjawab  bahwa hal itu dia lakukan untuk mengingatkan kepada para Pandhawa agar tidak terlena meskipun kerajaan Ngamarta dalam keadaan makmur berkecukupan.

bersambung.....................

0 comments:

Post a Comment