Thursday, August 1, 2013

hati hati-hati


karena hati harus hati-hati

Hati kalau bahasa arab adalah Qolbun, yang artinya gonta-ganti, sesuatu yang sering berubah.  Maka dalam salah satu do’a kita sebelum salam dari setiap sholat kita selalu berdo’a yang artinya “wahai yang Maha membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati ku atas agama ku…”.dan karena memang Allah memberikan pada diri kita pilihan untuk berbuat baik atau buruk. ”Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu(jalan) kefasikan dan ketakwaan(terjemah QS Asysyam:8).
“Di dalam hati itu ada dua teman, yaitu teman dari  malaikat yang selalu mendorong berbuat kebaikan dan membenarkan kebenaran. Barang siapa merasakan hal yang demikian itu, ketahuilah bahwa itu datang dari Allah dan hendaklah ia memuji Allah. Satu lagi teman dari musuh, yaitu setan. Ia selalu mendorong berbuat kejahatan dan mendustakan kebenaran serta melarang dari mengerjakan kebaikan. Barang siapa merasakan yang demikian itu, hendaklah ia berlindung dari allah dari godaan setan yang terkutuk”, begitulah kabar yang disampaikan Rasulullah SAW seperti yang diriwayatkan oleh imam Tirmidzi dan Nasa’i.
Suasana hati ini tergantung siapa teman yang dipilih. Bolak-baliknya suasana hati ini mengikuti apa-apa yang ada disampingnya. Dua teman yang sama-sama ada dan menyusup ke dalam hati. Malaikat dengan ketakwaan dan setan yang selalu membisikan syubhat-syubhat agar hati cenderung pada kejahatan dan pengingkaran. Setan membisikannya nafsu yang menuntunya pada kesenangan-kesenangan yang melalaikan dari mengingat Allah. Sehingga tanpa disadari, bahwa hati itu telah kusam dan jauh dari cahaya kesucian.  Hawa nafsu  yang dijadikan sebagai pemimpinnya, Syahwat yang dijadikan sebagai komandannya, kebodohan yang dijadikan sebagai pengemudinya, kealpaan sebagai kendaraannya. Tanpa disadari bahwa hatinya sakit dan menjadi mati. Jauh dari petunjuk Allah SWT.
Sebaliknya, jikalau hati ini dekat dengan Malaikat. Maka akan kita dapatkan bahwa setiap perkataan dan perbuatan adalah kebaikan yang dirasakan. Hati yang terindar dari syubhat dan menentang dari apa yang diperintahkan oleh Allah SWT. Hati yang selalu mencinta Allah, hati yang selalu senang dan tenang jika menyebut asma-asma-Nya. Senantiasa mendorong untuk selalu berkhidmat kepada Allah. “barang siapa senang berkidmat kepada Allah, maka segala sesuatu (yang ada di Bumi) akan merasa senang dan berkhidmat kepadanya. Barang siapa matanya sejuk karena memandang Allah, maka mata setiap orang pun akan sejukmelihatnya” begitulah apa yang dikatakan oleh Yahya bin Mu’adz. Selain itu, hati yang dalam petunjuk akan selalu memperhatikan lebih pada setiap kualitas amal perbuatannya. Ia berusaha keras untuk ikhlas dalam setiap amalnya, menjauhi setiap riya’ dan ujub. Karena dia sadar bahwa segala yang ada adalah karunia-Nya.
waullahu ‘alam bishowab

0 comments:

Post a Comment