Monday, April 22, 2013

Rindu menggantung di ujung hilal




“ Ramdhan tiba.. ramadhan tiba.. ramadhan tiba...”
Penggalan lirik lagu yang entah itu punya siapa.  Mungki tidak penting bagi ku, karena tidak akan mempengaruhi suasana ramadhan kecuali lagu lagu diacara televisi. Ramadhan sudah dekat, rindu semakin melekat. Rindu bertemu bulan yang penuh berkah, rindu dengan nuansa ketenangan ramadahan. Tidak dapat dibohongi kalau itulah hati yang sedang berkecamuk diatas kerinduan akan suasa ramadhan yang akan terus terkenang. Bukan masalah buka puasa atau makanan khas ramadhan. Bukan juga maslah liburan atau yang lainnya. Tapi rindu nuansa berlomba – lomba dalam ibadah. Rindu dalam bermunajat bermesraan dalam sepertiga malam terakhir. Sungguh indah dan selalu membuat rindu menunggu senyum hilal di ufuk. Ramadhan tiba...
Bergetar hati ini ketika melihat sebuah peringatan dari kawan. Prepare you’re self, ramadhan is Back. 100 hari menuju ramadhan. Getaran kerinduan itu muncul memutar memori keindahan suasan ramadhan dalam rumah sederhana penuh keberkahan. Suasana yang mungkin tidak akan tergantikan dan tidak dapat dirasakan kecuali dalam bulan ramadhan. Sholat Tahajjud bersama keluarga. Semua seisi rumah saling membangunkan, berdiri menghadapkan wajah kepada Allah, berjamaah saling menguatkan dalam sepertiga malam terakhir. Indah, syahdu dan tidak bisa didefinisakan rasanya. Sudah menjadi tradisi mendarah daging di keluarga kami kalau ramadhan menjalankan shalat terawih di sepertiga malam terakhir. Mungkin sudah 10 tahun kebiasan itu dibangun. Semenjak ku masih kelas 5 SD hingga sekarang, meskipun baru bisa menjalankan sholat tahajjud berjamaah bersama keluarga sejak kelas satu SMA.
Suasana itulah yang selalu membuatku merindukan untuk segera pulang, bergabung dalam barisan jamaah bersama keluarga. Bermunajat bersama untuk kemulian disisi-Nya. Berjamaah dalam barisan bersama kakak laki – laki dan adik yang tercinta. Meskipun adik baru duduk dibangku sekolah kelas satu SMP, namun untuk bangun dan sholat bersama sangat tinggi keinginannya. Ramadhan tahun lalu saja, ketika masih kelas 6 SD hanya beberapa kali absen dari sholat tahajjud. Meskipun kadang tidak pernah full dari awal sampai witir. Tapi melihat semagat itulah, kerinduan dan getaran semangat semakin kuat memusar dalam hati dan salalu rindu untuk segera pulang. Masih teringat bagaimana marahnya adik yang tidak dibangunkan untuk sholat tahajjud, padahal sudah coba dibangunkan tapi tidak bangun – bangun. Marah dan muka cemberut sampai sahur usai. Ya, itulah episode yang tidak pernah akan terlewatkan setiap malam – malam kami setiap kali ramadhan. Ramadhan adalah momen – momen indah berkumpulnya orang – orang di rumah.
Bukan hanya adik yang membuat kerinduan itu semakin kuat. Sholat malam yang didirikan tidak pernah kurang dari 2 jam. Sangat mesra dan syahdu. Berlama – lamaan dalam kebersamaan ibadah kepada Allah. Bagiku sendiri, sholat tahajjud ramadhan adalah obat kekeringan dalam ibadah yang bisa terasa sebelum – sebelumnya. Bacaan Al – Quran dengan ayat – ayat pilihan yang semuanya berisikan pujian dan do’a mengalun menggetarkan hati akan kehinaan diri yang telah bermaiksiat kepada Allah dan sungguh kecil diri ini rasanya. Bersamaan dengan dzikir kodok, jangkrik dan hewan – hewan malam, dzikir – dzikir  kami lantunkan disetiap rehat sholat. Indah sekali, seolah malam ini jangan segera berganti dengan fajar. Masih ingin terus bersama dalam menghamba bersama bapak, ibu, kakak dan adik tercinta. Saling mendoakan keberkahan dan keselamatan untuk bersama nantinya dibangkitkan bersama dalam keadaan terbaik.
Menghayati setiap bacaan sholat mulai dari takbiratul ihrom sampai salam, menghayati setiap do’a yang terlantun. Bermuhasabah, memutar kisah perilaku kemaksiatan untuk meminta ampunan dan maghfiroh-Nya. Sholat iftitah yang menjadi pembuka malam dengan kehangatan dan pemanasan perenggangan otot setelah tidur. Sungguh tak terbayangkan nikmatnya. Menikmati bacaan iftitah,
“ Ya Allah, Jauhkanlah diriku dari kesalahan – kesalahanku “
“ Sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara timur dan barat “
“ Ya, Allah. Bersihkanlah aku dari kesalahan – kesalaha ku “
“ Seperti kain putih yang dibersihkan dari kotoran “
“ Ya, Allah, cucilah diriku dari kesalahan – kesalahanku dengan air, es, dan embun “
Sungguh kau akan merasa kecil ketika dalam kesunyian malam membaca do’a ini. Meraskan betapa besar dosa – dosa yang telah kita lakukan selama setahun belakangan. Merasakan nikmatnya dzikir – dzikir dalam ruku’ dan sujud,
“ Maha Suci Engkau Ya Allah, Wahai Tuhan kami, segala puji bagi MU, Ya Allah ampunilah aku”
Dzikir diantara dua sujud dengan sangat tunduk memohon ampunan,
“Ya Rabbku, ampunilah aku. Ya Rabb ku, Ampunilah aku”
Tidak pernah merasakan keindahan bacaan – bacaan ini melainkan dalam setiap kehiningan malam disaat yang lain tidur pulas. Mendengar do’a dan pujian dalam setiap pilhan ayat yang dibaca setelah al-fatihah penuh makna dan rasa sebagai hamba yang sangat lemah,
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."  
Kerinduan melihat hilal, kerinduan ramadhan, kerinduan akan kebersamaan dalam keluarga, kerinduan bersama berjamaan menghabiskan malam dengan kemesraan bersama Allah. Kerinduan ramadhan, kerinduan dalam dekapan kasih sayang dan ampunan. Kerinduan ramadhan, kerinduan para musafir iman. Kerinduan ramadhan, kerinduan oase penyejuk gersang hati penuh kemaksiatan. Kerinduan ramadhan, kerinduan untuk bapak dan ibu yang selalu menunggu anaknya pulang dengan bahagia. Kerinduan ramadhan, kerinduan akan indahnya pertemuan dengan Rabbi izzati. Kerinduan ramadhan, nokhtah kerinduan dalam samudera pengembaraan. Segeralah datang ramdhan, kan ku sambut engkau dalam ruang kerinduan. Segera datanglah kau ramadhan, sudah tak sanggup hati ini menahan.
“Ya Allah, semoga Engkau masih pertemukan aku dengan ramadhan MU”

0 comments:

Post a Comment