Mimpi adalah bunga tidur, mungkin
itulah ungkapan yang kita dengar dari kalangan masyarakat pada umumnya. Banyak
diantara kita mengatakan mimpi adalah hiasan yang memperindah dan memebri
kenyamanan pada tidur seseorang. Pada peneliti yang tidak percaya dengan dunia
ghaib mengatakan bahwa mimpi adalah sisa-sisa energy kita yang tidak
tersalurkan atau pikiran-pikiran kita ketika sadar yang masih terbawa ke alam
tidur kita. Pandangan umum dan mayoritas mengatakan demikian itu. Namun
ternyata banyak persepsi tentang mimpi itu sendiri, yang juga banyak diungkap
oleh para ulama’-ulama’ kita terdahulu. Para ulama’ tersebut memberikan
pernyataan bahwa mimpi bukan hanya sekedar bunga tidur atau sisa-sisa energy.
Tetapi mimpi juga bagian dari sebuah hidayah dan petunjuk kepada manusia
setelah tidak adanya nubuwah.
Prof. HAMKA dalam buku tafsir
Al-Azharnya memberi bahasan mimpi tersebut dalam satu tulisan tersendiri. Hal
ini beliau anggap penting karena melihat perkembangan ilmuan yang tidak
bertuhan yang mengeluarkan konsep tentang jiwa manusia. Mungkin bisa baca
ditulisan sebelumnya tentang Sigmund freud di postingan yang lalu. Karena
sebenarnya Antara keduanya ini adalah satu rangkaian kepenulisan.
Dalam Tafsir Al-Azhar menyebutkan
sebuah hadits yang diriwayatkan dari Aisyah bahwa Nabi SAW pernah bersabda
“Mula sekali turun wahyu kepada
rasullullah saw ialah mimpi yang benar di dalam tidur, maka tiapp mimpi
tiap-tiap mimpi itu datang, dia menyinar laksana cahaya subuh”
Al-Quthubi dalam tafsirnya menuliskan,
bahwa mimpi adalah suatu hal yang mulia dan penempatan yang tinggi. Dia bisa
terjadi pada nabi-nabi dan rasul-rasul dan terjadi pada orang shalih.
Seperti yang pernah disabdakan
oleh Rasulullah SAW yang tercatat dalam kitab Hadits Imam Bukhari,
“Tidak ada yang tinggal dari
nubuwat melainkan mubasy-syirat. Mereka bertanya: apakah yang dikatakan
Mubasy-syirat itu, ya Rasulullah ?, beliau menjawab: mimpi yang baik, yang
kelihatan oleh seorang yang shalih atau dilihat oleh orang lain untuknya”
Mubasy-syirat yaitu mimpi yang baik dan yang benar, yang
diimpikan oleh orang yang shalih atau dimimpikan oleh orang lain untuknya. Mungkin
kita kemudian bingung, seperti apakah ciri orang yang mimpinya memang benar
datang dari Allah atau syaitan, juga perkataan tentang mimpi itu benar atau
dilebih-lebihkan. Rasulullah SAW pernah menyampaikan :
“mimpi itu ada tiga macam; (1)
mimpi yang datang dari Allah (2) mimpi yang datang dari syaitan untuk
menyusahkan pikiran (3) dan mimpi dari yang terasa oleh seseorang di dalam
hatinya sendiri ketika bangun, lalu terlihat olehnya setelah dia tidur”
Namun, untuk membedakan Antara
ketiganya dan apakah yang dikatakan orang tentang mimpinya itu benar atau
tidak, maka kita ingat hadits dari Nabi SAW
“orang yang paling benar mimpinya,
ialah orang yang paling benar perkataannya”
Dalam sebuah hadits mengatakan
bahwa mimpi yang benar merupakan satu bagian dari 46 bagian kenabian. Ada juga
yang mengatakan satu bagian dari 70 bagian kenabian. Hadits dari anas bin malik
mengabarkan satu bagian dari 26 bagian kenabian. Mufassir ibnu Jarir
Ath-thabari berpendapat bahwa bagian-bagian yang disebutkan dalam hadits itu
tergantung menurut martabat dan tingkat dekat dan jauhnya orang itu dengan Allah. Semakin dekat
orang itu dengan Allah, maka semakin banyak pulalah bagian dari lebih besar
dari nubuwat dari mimpinya itu. Maka kalau tingkat keimanan yang dimiliki oleh
orang itu menyerupai sifat-sifat Abu Bakar yang berwudhu dengan sempurna, sabar
menghadapi hal-hal yang menyusahkan dan duduk menunggu diantara
sembahyang-sembahyang. Maka –insya allah- orang tersebut mendapat bagian dari
40 bagian atau 60 bagian dari nubuwat.
Ibnu Qayyim dalam kitabnya
Madarijus shalikhin juz 1 menuliskan, bahwa mimpi dari orang yang telah
mencapai derajat shiddiqin, yaitu derajat yang telah dicapai oleh abu bakar
ash-shiddiq, sama dengan satu bagian dari 46 bagian nubuwat.
“dan barang siapa yang ingin
mempinya itu benar, hendaklah dia melatih dirinya dalamkejujuran, berkata
benar, jangan dicampur kebohongan, dan hendaklah memakan harta yang halal, dan
selalu menjaga perintah dan larangan Allah. Maka kalau hendak tidur, hendaklah
dia berwudhu lebih dahulud engan sempurna, lalu berbaring dengan
menghadapkiblat, dan ingat akan allah sampai matanya tertidur. Kalau dia lakukan
demikoian, maka mimpinya tidaklah buruk. Dan mimpi yang paling benar, ialah
mimpi di waktu sahur, karena waktu sahur itulah waktu turunnya ilahi ke langit
dunia, dan rahmat diwaktu yang dekat, dan ampunan ilahi pun hampir dan syaitan
sedang tidak sibuk. Sebaiknya ialah mimpi diwaktu ‘atamah, yaitu di permulaan
malan, ketika syaitan-syaitan masih berkerayangan, demikian juga roh-roh jahat”
Mungkin kita pernah mendengar ada
orang yang l oleh allah diperlihatkan gambaran masa depan dengan
isyarat-isyarat tertentu, seperti itulah yang dimaksud dengan Almubasysyirat.
Selain juga berisakan petunjuk ajaran-ajaran yang mungkin belum pernah
didapatkan namun kemudian menadapat petunjuk langsung dari allah. Itulah yang
dialami oleh orang-orang shalih. Sangat berbeda dengan apa yangm diperoleh oleh
orang-orang yang mengaku dapat melihat masa depan namun harus dengan memenuhi
beberapa syarat tertentu. Mereka itulah dukun yang telah bekerjasama dengan
kalangan jin yang mencuri dengan berita langit. Okalau orang jawa biasanya
mengenal ilmu Waskito. Weruh sak durunge winarah, atau tahu sebelum terjadinya
kejadian. Bagi orang-orang shalih yang dekat dengan Allah, hal itu bukanlah hal
yang aneh karena allah memang telah memberitahukannya. Almubasysyirat. Sehingga
kita tidak perlu heran dengan hal yang demikian dan kita harus bisa membedakan
Antara yang haq dan yang batil. Yang datangnya dari Allah atau dari jin yang
bersekutu dengan manusia.
Waullahu ‘alam bi showab
refrensi
Tafsir Al-Azhar. Prof. HAMKA