Tuesday, December 22, 2015

Ukhuwah Islamiyah


Muhadloroh Ilmiah “Pererat Ukhuwah Perkokoh Akidah Umah” 

واَعْتصِمُواْ بِحَبْلِ الله جَمِيْعًا وَلاَ تَفَـرَّقوُا وَاذْ كـُرُو نِعْمَتَ الله عَلَيْكُمْ إٍذْكُنْتُمْ أَعْـدَاءً  فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلـُوبِكُمْ  فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا


“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu  maka kamu menjadi bersaudara.” (QS. Ali Imran [3]: 103).
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمً

“Dan (Dia-lah) yang mempersatukan hati orang-orang yang beriman. Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allaah telah mempersatukan hati mereka.  Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Anfal [8]: 63).

ayat diatas sudah sering kita dengar saat membahas tentang ukhuwah islamiyah dan masih masih banyak lagi ayat yang setema dengan itu yang pada intinya menganjurkan umat islam untuk berukhuwah bersatu. Tentu sangat indah jika itu yang terjadi, namun rasanya sekarang sudah jauh panggang dari api. Antara idealita dan realita ukhuwah islamiyah umat di zaman fitnah masih sangat jauh dari ideal. Setiap hari di beranda Facebook saya masih saja orang yang meributkan hal-hal yang sebenarnya sudah final dalam hal pembahasan dan penyikapan oleh para ulama dalam berbagai masalah cabang islam. Namun hari ini banyak orang yang tidak berilmu meramaikan hal tersebut. Mulai dari Bid'ah atau sunnah perayaan maulid, Qunut subuh sampai kiriman bacaan Al-qur'an untuk orang yang sudah meninggal yang sempat menimpa artis dan presenter.

Generasi hari ini mewarisi perselisihan para ulama - ulama mujtahid generasi salaf maupun kholaf, namun sayangnya tidak mewarisi bagaimana para ulama terdahulu dalam menyikapi perbedaan tersebut. Mulai dari Ulama Fiqih yang 4. Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam hambali. Meskipun sebenarnya masih banyak lagi ulama - ulama Mujtahid yang ada pada waktu itu namun pemikrannya tidak menyebar dan terwarisi kegenerasi selanjutnya seperti halnya 4 mahzab yang terkenal. Bagaimana ulama - ulama dengan mahzab yang berbeda itu menyikapi perbedaan diantara mereka?

Perlu kita ketahui, bahwa generasi awal ulama mahzab adalah Imam Abu Hanifah yang berada di daerah kufah. Kemudian Imam Malik yang berada di madinah yang juga merupakan guru dari Imam Syafi'i yang akhirnya menetap di mesir. Jadi sebenarnya antara ulama Mahzab adalah saling berguru dan menimba ilmu. Imam Ahmad yang berada di kufah adalah teman sekaligus guru dari Imam Syafi'i, Imam Ahmad banyak belajar tentang fiqih kepada imam syafi'i sedangkan imam syafi'i banyak belajar hadits kepada imam ahmad. Pertanyaanya adalah apakah diantara mereka saling bermusuhan?

Imam ahmad tidak pernah lepas do'a untuk imam syafi'i, yang suatu ketika ditanyai anaknya tentang siapakah Sosok Imam Syafi'i yang selalu disebut dalam do'anya?. Beliau menjelaskan kepada anaknya dengan redaksi yang luar biasa "“wahai anakku, Imam Syafi’i bagaikan matahari bagi dunia dan seperti kesehatan bagi tubuh. Lihatlah anakku, betapa pentingnya dua hal itu.”  Diwaktu yang lain, ketika Imam Syafi'i berkunjung ke baghdad, Imam Ahmad sudah menjemputnya di perbatasan kota dan kemudian menuntun kuda Imam Syafi'i dan imam syafi'i berada di atasnya. Melihat hal itu, sahabat imam ahmad berkomentar dan berpesan kepada anak imam ahmad agar di sampaikan, bahwa perbuatan itu sungguh merendahkan ilmu hadits,"Bapakmu itu ahli hadits, sedangkan imam Syafi'i hanyalah ahli fiqih". Ketika komentar itu disampaikan kepada Imam Ahmad, beliau berkata agar disampaikan kepada gurunya (yang juga sahabat imam ahmad), "Kalau guru ingin mendapatkan keberkahan seperti apa yang aku (imam Ahmad) dapat, mari bersama menuntun kuda imam syafi'i, aku di sisi kira, dan beliau di sisi kanan".

Sungguh luar biasa apa yang telah dicontohkan oleh para ulama - ulama kita terdahulu, bahwa tidak ada masalah yang berarti dalam perbedaan mahzab yang hari - hari ini mulai dibongkar lagi namun tidak meneladani bagaimana ulama mereka bersikap. Sehingga saling caci dan hujat antar kedua atau lebih penganut imam mahzab adalah fenomena fitnah akhir zaman. 

0 comments:

Post a Comment