Thursday, December 24, 2015

[semoga] Kami Ikhwan mu

---- Edisi Maulid Nabi Muhammad SAW ----



Pada suatu ketika, berkumpullah Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersama sahabat-sahabatnya yang mulia. Di sana hadir pula sahabat paling setia, Abu Bakar ash-Shiddiq. Kemudian terucap dari mulut baginda yang sangat mulia: “Wahai Abu Bakar, aku begitu rindu hendak bertemu dengan ikhwanku (saudara-saudaraku).”

Suasana di majelis itu hening sejenak. Semua yang hadir diam seolah sedang memikirkan sesuatu. Lebih-lebih lagi sayidina Abu Bakar, itulah pertama kali dia mendengar orang yang sangat dikasihinya melontarkan pengakuan demikian. Pengakuan rindu, yang bahkan tidak semua para sahabat yang ada mendapat pengakuan seperti itu langsung dari Nabi SAW. Sahabat kemudian berfikir dan ingin tahu siapa mereka atau siapa dia yang mendapat kemulian sampai orang paling mulia pun rindu kepada nya.

“Apakah maksud engkau berkata demikian, wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu?”Abu Bakar bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang mulai memenuhi pikiran.

“Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudaraku.” Suara Rasulullah bernada rendah.
Majelis kembali senyap syahdu. semua sahabat saling pandang dengan kebingungan, menunggu ada yang berani menyampaikan untuk bertanya kepada Nabi SAW.

“Kami juga saudaramu, wahai Rasulullah,” kata seorang sahabat yang lain pula.
Rasulullah menggeleng-gelangkan kepalanya perlahan-lahan sambil tersenyum. Kemudian Baginda bersabda,
Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku dan mereka mencintai aku melebihi anak dan orang tua mereka. Mereka itu adalah saudara-saudaraku dan mereka bersama denganku. Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku dan beruntung juga mereka yang beriman kepadaku sedangkan mereka tidak pernah melihatku.” (Tertera dalam kitab Kanzul Ummal, hadits lemah menurut Ibnu Katsir)

Akukah salah satunya?"Jadikan aku salah satunya ya Rasulullah",  mungkin itulah yang akan ku lontarkan jika dapat bertemu. Seperti ukhasya yang meminta "jatah" umat yang masuk surga tanpa hisab tanpa azab ketika Nabi mengumumkan akan ada golongan tersebut. 
Akukah bagian dari yang dirindukan Nabi?ah. rasanya koq nggak sopan.. aku mah apa..Nabi yang sudah terjamin masuk surga masih bersujud khusyu' di tengah malam samai bengkak kaki beliau. Lha aku, sampai bangkak perut nyamuk menggigit dan menghisap darah ku dan masih saja tetap tidur dengan khusyu'.Nabi yang sudah terjamin masuk surga saja masih puasa senin - kamis. Lha aku, masih banyak bolongnya. Kelas puasanya? ah.. malu rasanya mau dikata.Tak perlu dilanjutkan lagi, perbedaanya bagaikan palung dan langit tingkat tujuh. Apalagi kemudian Nabi SAW pernah memberikan tanda - tanda siapakah yang di maksud dengan ikhwan-nya.
Pada waktu yang berbeda, Rasulullah menceritakan tentang keimanan ‘ikhwan’ Baginda:“Siapakah yang paling ajaib imannya?” tanya Rasulullah.
“Malaikat,” jawab sahabat.
“Bagaimana para malaikat tidak beriman kepada Allah sedangkan mereka senantiasa dekat dengan Allah,” jelas Rasulullah.
Para sahabat terdiam seketika. Kemudian mereka berkata lagi, “Para nabi.”
“Bagaimana para nabi tidak beriman, sedangkan wahyu diturunkan kepada mereka.”
“Mungkin kami,” celah seorang sahabat.
“Bagaimana kamu tidak beriman sedangkan aku berada di tengah-tengah kalian,” jawab Rasulullah menyangkal hujjah sahabatnya itu.
“Kalau begitu, hanya Allah dan Rasul-Nya saja yang lebih mengetahui,” jawab seorang sahabat lagi, mengakui kelemahan mereka.
“Kalau kamu ingin tahu siapa mereka, mereka ialah umatku yang hidup selepasku. Mereka membaca Al Qur’an dan beriman dengan semua isinya. Berbahagialah orang yang dapat berjumpa dan beriman denganku (para sahabat). Dan tujuh kali lebih berbahagia orang yang beriman denganku meskipun tidak pernah hidup dimasaku, tapi mencintaiku dan ingin berjumpa denganku” jelas Rasulullah.
“Aku sungguh rindu hendak bertemu dengan mereka,” ucap Rasulullah lagi setelah seketika membisu. Ada berbaur kesayuan pada ucapannya itu.
Dari Anas bin Malik RA, “Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi SAW tentang hari kiamat, “Kapankah kiamat datang?” Nabi pun SAW menjawab, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Orang itu menjawab, “Wahai Rasulullah, aku belum mempersiapkan shalat dan puasa yang banyak, hanya saja aku mencintai Allah dan Rasul-Nya SAW” Maka Rasulullah SAW pun bersabda, “Seseorang (di hari kiamat) akan bersama orang yang dicintainya, dan engkau akan bersama yang engkau cintai.” Anas pun berkata, “Kami tidak lebih bahagia daripada mendengarkan sabda Nabi SAW, ‘Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.’” Anas kembali berkata, “Aku mencintai Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar, maka aku berharap akan bisa bersama mereka (di hari kiamat), dengan cintaku ini kepada mereka, meskipun aku sendiri belum (bisa) beramal sebanyak amalan mereka.” (HR. Al-Bukhari)

Rindu kami padamu ya rasulRindu tiada terperaBerabad jarak darimu ya rasulSerasa dikau di sini
Cinta ikhlasmu pada manusiaBagai cahaya suargaDapatkah kami membalas cintamuSecara bersahaja
Rindu kami padamu ya rasulRindu tiada terperaBerabad jarak darimu ya rasulSerasa dikau di sini
Cinta ikhlasmu pada manusiaBagai cahaya suargaDapatkah kami membalas cintamuSecara bersahaja
Rindu kami padamu ya rasulRindu tiada terperaBerabad jarak darimu ya rasulSerasa dikau di sini(BimBo -Rindu Rasul)
[Semoga] Aku termasuk ikhwan mu ya rasul


0 comments:

Post a Comment