Friday, December 25, 2015

Manusia Gagal Identitas


Mari datang kesini.. Ber-KENDURI CINTA dari Illahi, menyusuri setiap lekuk nikmat dan cinta dalam diri ini. Dalam kensunyatan mencari jatidiri.

Meski baru membaca bagian awal dari buku ini, rasanya semuanya langsung terhubung dengan yang lain, ada lompatan muatan yang kemudian menjadi pikiran yang utuh untuk sementara. Tema Manusia Gagal Identitas merupakan tema Kenduri Cinta yang menjadi bahasan jamaah maiyah di Taman Ismail Marzuki 18 Agustus silam. Kemudian dilanjutkan dengan Tema serupa di Bang - Bang Wetan oleh Jamaah Maiyah Surabaya. Dan awal buku yang merupakan essay - essay Cak Nun yang dikumpulkan itu juga membahas hal yang sama. Seolah ingin mengajak pembaca menemukan jatidirinya sendiri dulu sebelum membaca orang lain, biar tau kalau mau komparasi. Sebab banyak orang yang mengkomparasikan dirinya dengan orang lain, orang lain dengan orang lain padahal tidak paham siapa dirinya, siapa lawan komparasinya. Gagal Identitas yang telah menggejala akibat dari lupa nggrayahi atine dewe. Manusia lupa mana identitas, mana personalitas. terbolak - balik gak karuan. Seperti orang yang terkena trauma Kapitis, semacam orang hilang ingatan akbiat benturan keras.

Pada dasarnya identitas yang pada seseorang dapat dikelompokkan menjadi dua kutub jika melihat dari sumbernya. Pertama dari dalam diri sendiri yang dibentuk dengan kesadaran dan kedua dari luar diri atau lingkungan. Proses itu didasarkan pada sistem kepercayaan nilai yang ada pada dirinya sendiri dalam melihat dirinya dan lingkungannya. contohnya seperti ini, orang yang mempercayai bahwa hidung mancung lebih bagus dari hidung pesek padahal hal itu adalah anggapannya karena melihat lingkungannya. Juga dengan mengukur kegantengan dari wajah bule atau pribumi, warna kulit putih atau sawo matang. Itulah contoh pengaruh luar yang akhirnya secara tidak sadar membentuk identitas. Oleh karenanya, Identitas kita adalah apa yang kita ciptakan sendiri bukan karena sangkaan orang seperti ini dan itu. dan itulah identitas kekal dalam diri kita.

Sedangkan personalitas merupakan given dari Allah yang merupakan hak preogratif dari Allah, golongan darah, lahir dimana, dari orang tua siapa, bentuk hidung, warna kulit dan lain - lain. Jadi identitas adalah apa yang dapat orang lain lihat dari diri kita yang sebenarnya itu hanyalah topeng penutup dari kesejatian. Meskipun personalitas terkadang mempengaruhi Identitas, namun hal itu bukanlah kesejatian identitas. Sebab keberhasilah identitas kita adalah ketika kita mampu merubah identitas - identitas itu secara mandiri tanpa pengaruh orang lain.

KTP, SIM, Paspor dan lain lain itu Identitas atau Personalitas?

Penting menjadi catatan, adalah jangan pernah anda membahas personalitas tanpa ngomong identitas. Sebab dialektika antara keduanya harusnya padu padan dan pada maqom yang pas. Gagal Identitas adalah ketika kita tidak mampu menemukan identitas yang menyelamatkan personalias. Identitas mu sebagai apapun, entah pelajar, mahasiswa, menteri bahkan presiden, jangan sampai itu hanya karena sangakaan orang bukan hasil keputusan otentik dari diri mu sendiri.

Biarkan orang ngomong tentang anda A, B, C sampai Z, yang penting kita adalah kita, bukan apa kata mereka. Tidak perlu memperdulikan cap - cap dari orang, sebab kita punya standar yang berbeda dengan mereka. Biarkan orang hanya tau kulit luarnya saja, sebab Allah menilai apa yang ada di dalamnya.

Tugas pokok utama kita adalah inna qolaqtuljinna wal insa illaliya'budu, inni jaailunfil ardi kholifah, dan fastabiqul Khoirot dalam al hujurat setelah menjelas bahwa allah menciptakan manusia bersuku dan berbangsa - bangsa. Cukup itu saja identitas kita, personalitasnya mengikuti dengan cara masing - masing. Kisah  yang masyhur adalah pasukan islam itu seperti singa di siang hari dan menjadi rabi pada malam hari. fastabiqul khairat, lihatlah umar dan abu bakar dan bilal juga salman.



0 comments:

Post a Comment