Thursday, November 24, 2011

Mestinya Kita harus Menangis


Muhasabah

Menangislah sebelum tangis hanya tinggal punya satu makna, penyesalan.
Menangislah, sebelum mereka menangisi mu dalam seremoni.
Menangislah, karena mata yang aman dari neraka adalah mata yang yang menagis karena takut pada – NYA.
( K.H. Rahmat Abdullah )

saudaraku, hendaknya kita selalu melakukan muhasabah. Mengoreksi setiap tindakan dan perbuatan yang telah kita lakukan. Mengoreksi, apakah tindakan kita selama ini telah sesuai dengan nilai – nilai ke- illahi- an atau tindakan kita selama ini lebih banyak terwarnai nilai – nilai nafsu dan ajakan syaitan   - syaitan dari golongan jin dan manusia. Mengoreksi apakah niat kita dalam mengerjakan amal selama ini telah ikhlas mengharap ridho Allah atau niat untuk bukan karena Allah SWT.

Marilah kita sejenak merenungkan pesan – pesan tersurat dalam Al – Qur'an dan Hadis Rasulullah. Pesan yang diturunkan sebagai garis petunjuk penuntun jalan kita. Pesan yang menjadi pengingat untuk kita, tentang apa yang telah dan akan kita perbuat.
“ Wahai orang – orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat  untuk hari esok dan bertakwalah kepada Allah, sesungghunya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan “(Qs. Al – Hasyr : 18 )
sudahkah kita menyiapkan untuk itu ? Bagaimanakah dengan perbuatan kita selama ini ? Sudahkah perpuatan kita selama ini sudah sesuai dengan nilai – nilai illahi ?
Kiranya inilah pesan Rasullullah kepada umat yang sangat dicintai “ mintalah fatwa kepada hatimu. Kebajikan adalah sesuatu yang embuat jiwa tenang dan hatimu tentram, sedangkan dosa adalah yang bergejolak dalam jiwa, membuat gundah serta ragu – ragu dalam dada, walaupun orang berbicara dan memberi fatwa kepada mu “ ( HR. Ahmad )

nilai – nilai ke- illahi -an telah ada dalam diri kita sejak kita lahir, bahwa yang namanya keburukana adalah membuat laru lagi menyesakkan. Kita sadari atau tidak, kita mengakui atau tidak. Maka sudah saatnya lah kita harus segera mengoreksi diri kita. muhasabah an – nafs, menginstropeksi diri dengan apa yang telah kita kerjakan selama ini.

Haasibuu anfusakum qabla an tahaasabu...
hisablah dirimu sebelum engkau dihisab nanti di hadapan Allah...
mari sejenak kita menghisab perbuatan kita sebelum kita selama ini, menakar amal perbuatan yang telah kita lakukan, menimbang keburukan yang telah kita kerjakan. Mungkin dari sinilah, kita akan mampu mengukur diri kita. Seumpama hari ini adalah hari untuk hidup terakhir kita di dunia, sudah siapkah kita ? Sudah cukupkah amal kita ? Dimanakah kita nanti berada ?. Inilah pertanyaan yang harus kita jawab...

·    bagaimanakah sholat kita selama ini ? Sudah tepat waktu atau kita selama ini mengerjakan dipenghujung waktu ? Berapa kalikah shalat jamaah kita ?. Padahal inilah perkara yang akan pertama kali dihisab. Jika ini baik, maka semua akan baik.
·    Apakah kita selalu menyempatkan diri untuk bangun malam menegakkan shalat meskipun terasa berat ?, apakah berat itu karena maksiat atau kondisi fisik  yang berat ? Atau karena memang kita tidak pernah meniatkan sama sekali untuk bangun.
·    Bagaimanakah shalat rawatib kita ? Shalat qobliyah shubuh yang lebih utama dari dunia seisinya ?. Bukan kah ini yang akan menutupi kekurang sempurnaan sholat fardhu kita ?
·    Masihkah kita meluangkan waktu untuk menyelami kalam illahi dalam tilawah dan tadabbur Al – qur'an meskipun hanya beberapa ayat ? Atau kita lebih tenggelam dalam kesibikan tugas – tugas ?
·    Apakah kita selama ini selalu mengingat Allah disaat sepi dengan rasa khusyuk hingga meneteskan air mata dalam kenikmatan dzikrullah ?
·    Bagaimana dengan puasa – puasa sunnah kita ? Bukankah ada banyak kebaikan didalamnya ?
·    Apakah kita menyadari bahwa sesungguhnya Allah mempunyai malaikat – malaikat yang selalu mengawasi kita ? Mencatat segala perbuatan kita,
·    apakah kita selalu merasa dalam pengawasan dan kesertaan dalam setiap perbuatan kita ?
·    Sudahkah kita mensyukuri nikmat – nikmat Allah setiap hari ?

Mungkin kita dapat bohong ketika ditanyai pertanyaan diatas oleh teman kita, mentor kita, orang tua kita. Namun, sadarlah kita dapat membohongi seluruh orang dalam setiap waktu. Tapi, hati nurani tidak akan bisa dibohongi. Seperti dalam hadis di atas, bahwa keburukan adalah kesesakan dalam dada.

Mungkin kita telah melakukan banyak dosa, dosa yang kita sadari maupun tidak kita sadari. Ketahuilah, bahwa dosa kecil itu bisa terus membesar karena kita remehkan. Dosa kecil itu bisa menjadi besar jika kita malah membanggakan dosa kita kepada orang – orang dengan menganggap bahwa dosa itu adalah sebuah prestasi. Dosa itu akan terus menjadi besar jika kita lakukan secara terus – menerus dan berulang tanpa adausaha untuk memperbaiki

marilah kita mohon ampun kepada Allah, beristigfar sebanyak – banyaknya. Tidak perlu menunggu hari esok, tak perlu merasa gengsi, menangislah dengan penuh penesalan akan dosa – dosayang telah kita lakukan selama ini. Mengkufuri nikmat – nikmat dengan melakukan banyak maksiat. Menangislah karena semua penyesalan dan pengharapan akan ampunan allah itu akan datang.

Menangislah sebelum tangis hanya tinggal punya satu makna, penyesalan.
Menangislah, sebelum mereka menangisi mu dalam seremoni.
Menangislah, karena mata yang aman dari neraka adalah mata yang yang menagis karena takut pada – NYA.

Allahu 'alam bish-shawab.

( disarikan dari buku Spiritual Problem Solving karya solikhin Abu Izzudin dan Puji hartono )

0 comments:

Post a Comment