Monday, November 28, 2011

Mari berkompetisi


Meneladani Kompetisi Para Sahabat

Pernahkah anda menonton Film tentang penciptaan manusia yang di buat oleh Harun Yahya ? atau anda masih ingat bagaimana proses terciptannya manusia ?. Mari kita bersama merenungi pelajaran dari proses penciptaannya manusia. Sebuah proses panjang yang penuh perjuangan dan kompetensi.
Masih ingatkah anda dengan awal mula proses penciptaan manusia ? ya, bertemunya sel sperma dan sel ovum. Tapi mari kita lihat proses sebelum itu, berapa sel sperma yang di keluarkan? Padahal kita tahu hanya ada satu sel ovum yang bisa di buahi. Artinya apa, dari sekitar 3,6 juta sel sperma  yang ada harus berkompetisi untuk  mendapatkan satu sel sperma itu. Pasti yang  terbaiklah yang akan mampu mendapatkan hadiah berupa sel ovum tersebut. Semoga kita masih ingat itu, bahwa setiap kita mempunyai jiwa – jiwa untuk berkompetisi menjadi yang terbaik. Maka selayaknya jiwa terbaik kita kita gunakan untuk berkompetisi mempersembahkan yang terbaik kepada  pencipta, Allah SWT.
Mengapa kita harus berkompetisi dan mempersembahkan yang terbaik ?
Tentu karena Allah telah memotivasi  kita untuk senantiasa berlomba – lomba dalam kebaikan, mengambil juara dari kita yang terbaik amalnya. “ bersegeralah kalian kepada kepada ampunan dari rabb kalian dan surga yang luasnya adalah langit dan bumi..... Dan Allah menyukai berbuat baik “ ( Qs. Ali Imran : 133 – 134 ).  Allah memotivasi kita untuk bersegera menyambut seruan berkompetisi dalam merebutkan surga dan tentu yang terbaiklah yang akan menjadi pemenang. “ Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siap yang terbaik amalnya “ ( Qs. Al kahfi : 7 ). Sudah kita turut menyambut seruan kompetisi Surga Award dan mempersembahkan yang terbaik ?. Mungkin  kiranya kita perlu berkaca pada pada generasi terbaik, bagaimana mereka berkompetisi dalam kebaikan dan ingin selalu menampilkan yang terbaik.
Dalam sirah diiceritakan Umar bin Khattab beberapa kali terlibat “ persaingan “ dengan Abu Bakar, dan tentu Umar berambisi ingin mengalahkan Sahabat senior Abu bakar. Pada suatu hari ada seorang wanita tua menolak jaminan jaminan kebutuhan hari tuanya dan dengan hati agak marah berkata “ Sudah ada yang menjamin kebutuhan ku...”. Umar yang penasaran akhirnya ingin tahu siapa yang kiranya yang telah mendahuluinya memberi jaminan pada si nenek  tadi, akhirnya dilihatlah sosok kurus abu bakar mengendap – endap memikul karunf yang berisi hajat hidup nenek tersebut. 1 – 0 untuk kemengan Abu bakar.
Dilain frame diceritakan dalam menyambut seruan jihad Perang Tabuk , Umar bersegera yang saat itu langsung diinterview oleh Rasulullah, “ Berapa yang kau tinggalkan untuk keluarga mu ? “. Dengan perasaan bangga Umar menjawab “ sebanyak yang aku serahkan kepada Allah dan Rasul NYA “. Tapi dia akhirnya dibuat tercengang mendengar jawaban Abu Bakar ketika ditanya dengan pertanyaan yang sama. Beliau menjawab “ Cukuplah Allah dan RasulNya yang  aku tinggalkan untuk keluargaku “. Memang menjadikan Abu Bakar sebagai kompetitor amal membuat Umar harus mengakui, “ Mulai hari ini aku sadar, tampaknya aku tak akan pernah bisa mengalahkan Abu Bakar “.
Namun kita layak tersenyum melihat semuanya, karena merekalah contoh  tentang berkompetisi dalam beramal dan pengorbanan untuk islam. Bahkan rasanya kita bisa iri hati untuk itu, tak apa kita iri.
“ Tidak ada iri hati kecuali dalam dua perkara. Orang – orang diberi harta oleh Allah lulu dia belanjakan pada sasaranyang benar,. Dan orang – orang yang dikaruniai ilmu dan kebijaksanaan lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya “( HR. Al bukhari )
Hidup ini kompetisi. Seruan kompetisi dan persaingan telah dimulai. Setiap kita adalah kompetitor dalam beramal untuk meraih Surga Award yang luasnya langit dan bumi. Dan setiap kita sedang menuju garis finis kehidupan yang sama. Masihkan kita menunggu untuk turut meramaikan kompetisi ini ?
Kiranya menunggu untuk ikut berkompetisi ini terlalu lama, meskipun hanya dengan memakan dua biji kurma. “ aku mencium wanginya surga dari balik bukit ini. Kiranya hidup terlalu lama kalau aku menghabiskan kurma ini “. Itulah perkataan Umar bin Al Hammam langsung memuntahkan kurmanya menyambut seruan jihar\d medan Uhud. Dan dia syahid didalamnya.
Lalu, masihkah kita menunggu ?  

0 comments:

Post a Comment