Sunday, August 2, 2015

Suara Sumbang yang di Nanti

Pagi ini saya mendapatkan sebuah berita menarik dari website Hidayatullah.com yang masih berkaitan dengan Keharaman BPJS. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa hasil Ijtihad Majelis Ulama Indonesia beberapa bulan lalu mengeluarkan Fatwa bahwa pelaksanaan BPJS masih belum sesuai dengan prinsip – prinsip syariah islam (tidak secara tegas haram). Kontan komentar dari semua penjuru negeri dunia maya dan nyata langsung merespon dengan makian dan pujian. Salah satu penjuru yang mengeluarkan makian itu adalah artis sinetron Tio Pakusadewo. Dia mengatakan seperti yang saya kutip langsung dari Hidayatullah,

Tio justru mengatakan kalau MUI ini lembaga tak jelas yang sesuka hatinya mengadili kalau itu haram. Justru Tio memiliki pandangan lain, bagaimana jika MUI itu yang diharamkan.
“Sekarang gimana kalau saya mengharamkan MUI di Indonesia. Padahal MUI itu isinya manusia semua, bukan nabi. Tapi kadang orang Indonesia suka enggak masuk akal, siapa sih yang mengangkat dia,” ujarnya.
Seharusnya kalau MUI belajar Islam yang benar pasti tahu. Menurut Tio ini ada unsur politik di dalamnya.
“Gimana unsur ribanya, ini kan untuk kepentingan rakyat banyak. Kalau dia baca perintah Tuhan dan memahaminya harusnya enggak mesti keluar fatwa seperti itu,” ucapnya.

Mungkin dia adalah satu dari sekian banyak yang menghujat fatwa MUI tersebut, selain suara-suara miring yang kemudian ditujukan kepada MUI seperti “kog baru sekarang dikeluarkan fatwa, padahal sudah lama ada asuransi semacam itu selama ini, jangan-jangan ada muatan politik dan ekonomi”. Selain itu orang-orang sekuler mengecam MUI yang selalu ikut campur dalam masalah-masalah ekonomi dan politik dalam kehidupan sehari – hari, tentu masih banyak lagi cacian kepada MUI.
Namun mungkin juga banyak para penghujat fatwa MUI tersebut yang tidak paham kenapa sampai MUI mengeluarkan fatwa tersebut. Mereka yang belum paham sayariat islam asal mangap mengeluarkan kata – kata yang dia sendiri juga belum tentu benar dengan menghakimi MUI. Kata – kata Tio ““Gimana unsur ribanya, ini kan untuk kepentingan rakyat banyak. Kalau dia baca perintah Tuhan dan memahaminya harusnya enggak mesti keluar fatwa seperti itu,” menampakkan bahwa dia sebaiknya belajar dulu tentang islam sebelum berkomentar terhadap fatwa tersebut.
“Gimana unsur ribanya, ini kan untuk kepentingan rakyat banyak. Kalau dia baca perintah Tuhan dan memahaminya harusnya enggak mesti keluar fatwa seperti itu,”komentar seperti itu justru sangat lucu. Justru karena membaca perintah Tuhan itulah MUI mengeluarkan fatwa, bukan sebaliknya, sungguh aneh komentar tersebut.

Suara Sumbang

Ditengah kehidupan yang sudah abu-abu, tidak jelas lagi mana hidup dengan prinsip islam mana yang bukan seperti saat ini, tenttu saja fatwa MUI tersebut seperti suara sumbang. Sebab telinga manusia pada umumnya sudah tidak pernah mendengar bagaimana prinsip muamalah dalam islam. Sehingga ketika mendengar adanya fatwa bahwa adanya ketidak sesuaian dengan syariat islam dalam pengelolaan BPJS dianggap sebagai polusi. Padahal yang sejatinya polusi itu adalah suara yang setiap hari mereka dengar.

Menurut saya, suara sumbang MUI tersebut memang harus di keluarkan. Sebab harus ada yang mengingatkan ummat tentang hidup diatas aturan yang telah Allah dan Rasul-Nya ajarkan. Suara sumbang tersebut ibarat pekikan di dalam kesunyian yang menyadarkan kita bahwa masih belum sesuainya dengan prinsip islam tata cara muamalah kita. Kalau tentang bagaimana penerapannya nanti, itu soal beda. Tapi yang jelas harus ada yang menyadarkan ummat. Selain itu, ini menunjukan bahwa ummat perlu dibimbing dan mendapatkan pengajaran tentang muamalah sesuai dengan islam, agar jika nanti ada fatwa serupa yang berkaitan dengan muamalah, tidak ada lagi komentar miring karena ketidakpahaman masyarakat akar rumput. 

Related Posts:

  • 01 Mei 2014 Hahahhaaa.. sudah bukan lagi itu backsound pertemuan kali ini, karena memang udah tak lagi relasi dengan tema pertemuan hari ini. ya, karena memang ini pertemuan special. Meskipun sebenarnya dekat, namun kita sudah lama… Read More
  • Belajar dari ketulusan hati anak kecilini adalah kisah kesucian hati anak kecil yang belum terkontaminasi oleh rusaknya dunia ini.. sebuah cerita yang patut untuk kita baca dan belajar dari anak kecil yang masih suci. kisah ini tentang anak dari dosen saya. sungg… Read More
  • Masihkah merasa lelah? Masihkah kau merasa lelah ? Saat kaki tak kuat lagi untuk melangkah. Saat tangan tak kuat lagi menengadah. Saat pundak tak lagi kuat memikul amanah. Biarkah semua berhenti disini dititik aku pernah memulai. Biarlah aku … Read More
  • Selimut Senja Menikmati senja saat mentari ingin pulang ke peraduan hamparan permadani jingga menyambut tuk melenggang, bersama awan hitam sendu sedan mentari ingin mengabarkan bahwa hari ini tidak akan pernah tergantikan tak akan b… Read More
  • Sediakan Ruang untuk diBenci “Jangan engkau kira sebuah kata yang keluar dari saudaramu yang mukmin adalah keburukan, sebab bisa jadi ia adalah kebaikan yang ditangguhkan untukmu” (Umar bin Khatab r.a.) Terkadang kita tidak adil dalam menilai ora… Read More
  • Edelweis Bunga.... tak ada kata....… Read More
  • Sabar Mendaki Samakin jalan mendaki ke puncak, semakin berat medan perjuangan yang harus dihadapi. Semakin lelah kaki melangkah, terasa semakin letih dan payah. tapi ingatkah kau… Bahwa semakin berat langkah-langkah… Semakin ter… Read More
  • Jika dan hanya jika 1. Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus…, maka tidak akan banyak aktivis dakwah yang berguguran di tengah jalan. Dakwah akan terus melaju dengan mulus untuk meraih tujuan-tujuannya dan mampu memancangkan pr… Read More
  • Goresan Tinta Kepahlawanan Gang sempit itu penuh sesak, berjubel, andaikan semua orang yang berjalan itu berhenti, tidak ada jalan yang kelihatan, tertutup oleh kaki. tak ada kelonggaran sedikitpun, kecuali hanya untuk berdiri. Mereka semua berjalan … Read More
  • TUGAS AKHIR Halaman ini sengaja dikosongakan … Read More

0 comments:

Post a Comment