Monday, August 10, 2015

LDK Apa Salahnya ?


Beberapa minggu lalu saya mendapatkan sebuah link tulisan dari group WA yang sempat membuat rame group tersebut, tulisan tersebut dimuat di media islam yang cukup ramai pengunjung. Sebenarnya tentang tulisan itu sudah menjadi sangat basi bagi orang-orang yang berada di group WA tersebut. Namun yang menjadikan ramai bukan karena mengupas tulisan tersebut, namun lebih karena menyesalkan kenapa masih saja membahas isu yang sudah lama, yaitu tentang LDK ekslusif dan penulisnya adalah aktifis LDK juga.
Memang tentang citra ke eksklusifan LDK pernah menjadi bahasan yang serius di dalam internal Lembaga Dakwah Kampus, numun itu sudah puluhan tahun lalu. Kemudian apakah masih relevan isu itu kemudian dibahas lagi? Disaat dunia teknologi informasi yang sudah semakin cepat. Apakah ya sama pembahasan ke-eksklusifan Lembaga Dakwah Kampus dengan hari ini? apakah kriteria Lembaga Dakwah Kampus dikatakan ekslusif?. Penulis artikel refleksi tersebut kemudian mengajukan sebuah “rekaan” survey yang pertanyaannya apakah ketua LDK dikenal oleh masyarakat kampus? Apakah kepanjangan nama LDK dikenal oleh masyarakat kampus?. Pertanyaan yang terfikir oleh saya adalah apakah metode survey yang dilakukan? Cara milih responden dll.

Sampai hari ini pun LDK atau lembaga dakwah kampus yang dikatakan eksklusif parameternya sangat relative dan subyektif. Tergantung siapa dan darimana point of view nya. Sebab selama ini ada dua faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, pertama karena memang aktifis dakwah kampus (ADK) yang menjauhi massa atau yang kedua adalah sebaliknya, massa yang menjauhi LDK. Namun jika kemudian yang mengevaluasi ke eksklusifan LDK adalah orang internal sendiri (aktifis LDK) maka ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut. Dua hal yang menjadi catatan saya antara lain adalah pemahaman kader tentang Lembaga Dakwah Kampus itu sendiri dan keterputusan sejarah yang diterima kader.
Dakwah Kampus adalah Dakwah Ammah (umum), Harakah (pergerakan, berkembang) Dzahiroh (terbuka, Nyata).Maka jika kita kembalikan pada definisi dakwah kampus itu sendiri, seharusnya tidak ada lagi perkataan LDK masih eksklusif. Sebab Dakwah Kampus (DK) bergerak di ranah masyarakat kampus umum, dari maba sampai yang tua, dari karyawan sampai dekan dan rektor, bergerak menyeru ke semua penjuru dan terus berkembang dengan kegiatan – kegiatan yang nyata bagi objek dakwah. Jika pemahaman ADK terhadap DK sendiri masih belum utuh, bisa jadi ke-eksklusifan citra LDK itu hanyalah mitos yang ada menghantui mereka sendiri atau ketidak PD-an para aktifis LDK-nya.
Maka jika kita kembalikan pada pertanyaan survey yang pernah diajukan oleh penulis di atas dan menurutnya jika ketua LDK yang katanya representasi DK tidak dikenal masyarakat kampus menjadi parameter LDK eksklusif. Ada dua kemungkinan, memang LDK yang tidak terlihat pergerakannya di kampus atau memang yang ditanya adalah termasuk masyarakat yang apatis terhadap situasi kampus. Jika yang ditanya adalah masyarakat kampus seperti itu, mungkin ketika ditanya tentang Presiden BEM dan jajarannya juga gak tau. Bukankah orang badui juga tidak banyak yang mengenal Nabi SAW? Sehingga pernah berbuat kasar pada Nabi karena ketidak tahuan bahwa yang dihadapannya adalah Nabi dan setelah ia tahu bahwa itu Nabi, badui itu memeluk dengan penuh cinta Nabi SAW.
Keterputusan sejarah perkembangan suatu Dakwah Kampus pada para aktifis juga dapat menjadikan seorang kader menganggap LDK-nya masih eksklusif. Hal ini disebabkan ia tidak mengikuti evolusi dari tahun ke tahun perubahan yang telah dilakukan oleh LDK-nya. Bagaimana Dakwah Kampus itu mulai dibangun sampai hari ini, mengapa jargon LDK seperti itu dan sebagainya, hal itu akan memberikan pemahaman bagaimana LDK telah mengalami perubahan menjadi inklusif.
LDK apa salahnya ?
Sebagai refleksi yang memang menjadi tujuan artikel LDK (masih) eksklusif, seharusnya pernyataan yang muncul bukanlah menunjuk lembaga dan memakinya karena eksklusif, tetapi lebih menunjuk pada diri masing – masing Aktifis. Apa salah LDK? Benda mati yang semuanya tergantung pada ruh di dalamnya, ADK. Seharusnya sebagai ADK (termasuk penulis) menanyakan kepada dirinya apakah masih eksklusif atau tidak. Citra eksklusif atau tidak LDK merupakan cermin dari para Aktifisnya, sebab setiap ADK adalah wajah dari LDK.  Baiknya citra kader maka baiklah citra LDK, buruknya citra kader maka buruk pula citra LDK. Untuk itulah pembinaan terhadap kader harus diprioritaskan. Karena kader lah yang membuat LDK maju atau mundur.
Maka, masihkah kita mengatakan LDK eksklusif?.


0 comments:

Post a Comment