Wednesday, April 18, 2012

Membantah Logika ATHEIS


Sebuah kisah yang memuat beragam pemikiran yang kadang-kadang menggelitik  benak kita.
Pada Zaman Imam Abu Hanifah hiduplah seorang ilmuwan besar, atheis dari kalangan bangsa Romawi.
Pada suatu hari, Ilmuwan Atheis tersebut berniat untuk mengadu kemampuan berfikir dan keluasan ilmu dengan ulama-ulama Islam. Dia hendak menjatuhkan ulama Islam dengan beradu argumentasi. Setelah melihat sudah banyak manusia yang berkumpul di dalam masjid, orang kafir itu naik ke atas mimbar. Dia menantang siapa saja yang mau berdebat dengannya.

Dan diantara shaf-shaf masjid bangunlah seorang laki-laki muda, dialah Abu Hanifah dan ketika sudah berada dekat di depan mimbar, dia berkata : "Inilah saya, hendak bertukar fikiran dengan tuan".
Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana, namun dia tetap merendahkan diri karena usianya yang masih muda.
Abu Hanifah berkata, "sekarang apa yang akan kita perdebatkan!".
Ilmuwan kafir itu heran akan keberanian Abu Hanifah, dia lalu memulai pertanyaannya :
Atheis : Pada tahun berapakah Tuhan-mu dilahirkan?
Abu Hanifah : Allah berfirman "Dia (Allah) tidak dilahirkan dan tidak pula melahirkan".
Atheis : Masuk akalkah bila dikatakan bahwa Allah adalah yang pertama dan tidak ada sesuatu sebelum-Nya?, pada tahun berapa Dia ada?
Abu Hanifah : Dia (Allah) ada sebelum adanya sesuatu.
Atheis : Kami mohon diberikan contoh yang lebih jelas dari kenyataan!
Abu Hanifah : Tahukah tuan tentang perhitungan?
Atheis : Ya.
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka satu?
Atheis : Tidak ada angka (nol).
Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahuluinya, kenapa tuan heran kalau sebelum Allah Yang Maha satu yang hakiki tidak ada yang mendahului-Nya?
Atheis : Dimanakah Tuhan-mu berada sekarang?, sesuatu yang ada pasti ada tempatnya.
Abu Hanifah : Tahukah tuan bagaimana bentuk susu?, apakah di dalam susu itu keju?
Atheis : Ya, sudah tentu.
Abu Hanifah : Tolong perlihatkan kepadaku di mana, di bagian mana tempatnya keju itu sekarang?
Atheis : Tak ada tempat yang khusus. Keju itu menyeluruh meliputi dan bercampur dengan susu di seluruh bagian.
Abu Hanifah : Kalau keju makhluk itu tidak ada tempat khusus dalam susu tersebut, apakah layak tuan meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah Ta'ala?, Dia tidak bertempat dan tidak ditempatkan!
Atheis :Tunjukkan kepada kami zat Tuhan-mu, apakah ia benda padat seperti besi, atau benda cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Abu Hanifah : Pernahkan tuan mendampingi orang sakit yang akan meninggal?
Atheis :Ya, pernah.
Abu Hanifah : Sebelum ia meninggal, sebelumnya dia bisa berbicara dengan tuan dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam tak bergerak, apa yang menimbulkan perubahan itu?
Atheis : Karena rohnya telah meninggalkan tubuhnya.
Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya roh itu tuan masih ada disana?
Atheis : Ya, masih ada.
Abu Hanifah: Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat seperti besi, atau cair seperti air atau menguap seperti gas?
Atheis : Entahlah, kami tidak tahu.
Abu Hanifah : Kalau tuan tidak boleh mengetahui bagaimana zat maupun bentuk roh yang hanya sebuah makhluk, bagaimana tuan boleh memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta'ala?!!
Atheis : Ke arah manakah Allah sekarang menghadapkan wajahnya? Sebab segala sesuatu pasti mempunyai arah?
Abu Hanifah : Jika tuan menyalakan lampu di dalam gelap malam, ke arah manakah sinar lampu itu menghadap?
Atheis : Sinarnya menghadap ke seluruh arah dan penjuru.
Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta'ala Pencipta langit dan bumi, sebab Dia nur cahaya langit dan bumi.
Atheis : Kalau ada orang masuk ke syurga itu ada awalnya, kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di syurga kekal selamanya?
Abu Hanifah : Perhitungan angka pun ada awalnya tetapi tidak ada akhirnya.
Atheis : Bagaimana kita boleh makan dan minum di syurga tanpa buang air kecil dan besar?
Abu Hanifah : Tuan sudah mempraktekkanya ketika tuan ada di perut ibu tuan. Hidup dan makan minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar disana. Baru kita melakukan dua hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.
Atheis : Bagaimana kebaikan syurga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dinafkahkan?
Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak, seperti ilmu. Semakin diberikan (disebarkan) ilmu kita semakin berkembang (bertambah) dan tidak berkurang.
"Ya! kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, apa yang sedang Allah kerjakan sekarang?" tanya Atheis.
"Tuan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dari atas mimbar, sedangkan saya menjawabnya dari atas lantai. Maka untuk menjawab pertanyaan tuan, saya mohon tuan turun dari atas mimbar dan saya akan menjawabnya di tempat tuan", pinta Abu Hanifah.
Ilmuwan kafir itu turun dari mimbarnya, dan Abu Hanifah naik di atas.
"Baiklah, sekarang saya akan menjawab pertanyaan tuan. Tuan bertanya apa pekerjaan Allah sekarang?".
Ilmuwan kafir mengangguk.
"Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan. Pekerjaan-Nya sekarang ialah bahwa apabila di atas mimbar sedang berdiri seorang kafir yang tidak hak seperti tuan, Dia akan menurunkannya seperti sekarang, sedangkan apabila ada seorang mukmin di lantai yang berhak, dengan segera itu pula Dia akan mengangkatnya ke atas mimbar, demikian pekerjaan Allah setiap waktu".
Para hadirin puas dengan jawapan yang diberikan oleh Abu Hanifah dan begitu pula dengan ilmuwan besar atheis tersebut dia mengakui kecerdikan dan keluasan ilmu yang dimiliki Abu Hanifah.
Banyak hikmah yang kita petik dari perdebatan tersebut, semoga semakin bersyukurlah  kita.

Tuesday, March 13, 2012

surat untuk sahabat (3)



Teruntuk sahabat yang  jauh disana
Teruntuk  jiwa – jiwa yang pernah terikat dalam oleh satu cita
Teruntuk jiwa – jiwa ksatria pengibar panji – panji suci dalam cinta NYA
Semoga Allah tetap mengilhami kita dengan cinta dan rahmat NYA
 Assalamu’alaykum warahmatullahi wa barakatu
Entah bagaimana aku harus mengawali tulisan ini untuk kalian. Banyak yang ingin ku sampaikan kepada kalian, namun sulit sekali di ungkapkan dengan kata. Lama kiranya kia sudah tidak berjumpa lagi, semenjak perpisahan itu, ku tak lagi dapati wajah – wajah penuh semangat itu. Wajah semangat yang pernah tergurat penuh gairah saat kita harus bersama merapatkan barisan, melangkah bersama dalam satu cita. Gairah, semagat itulah yang masih ku kenang dari kalian semua. Pengurus Majlis Ta’lim Nurul Iman 2008 – 2009. Salam cinta untuk kalian semua.
Sahabat...
Seperti biasa malam ini ada pertemuan rutin dalam lingkaran kebaikan, mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran. Saling memotivasi untuk terus berlomba dalam kebaikan dan terus istiqomah dalam jalan menyeru di jalan Allah. Kadang ku merasa beruntung dapat merasakan eratnya kekeluargaan dalam jamaah yang terus mengingatkan jika hati ini sudah mulai mengeras dalam dan jauh dari jalanNYA.  Seperti halnya kita dulu saling berkirim sms nasihat atau taujih agar terus bersemangat dan selalu istiqomah. Sehingga ku berfikir, apakah kalian disana juga mendapat pengganti sahabat – sahabat yang akan selalu mengingatkan dalam kebaikan?
Saudaraku...
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”
Taujih rabbani itu sungguh menggetarkan jiwa ini. Allah memperingatkan kita agar tetap beristiqomah dalam ke islamaan kita. Sebabperjalanan hidup ini sangat panjang, kita butuh orang – orang yang mampu menemani dalam setiap perjalanan, memberi semangat ketika langkah kaki mulai lelah dan menyerah. Mengingatkan ketika kita sudah mulai melangkah ke jalan yang salah dan kita sudah bingung dengan rambu – rambu yang ada.
Tahukan kalian, mengapa perlu ada orang – orang yang harus menemani perjalanan kita ?. sekali lagi saudaraku, jalan hidup sangat panjang. Kita tidak akan pernah tahu, di jalan manakah kita akan mengakhiri perjalan hidup ini, di jalan Alllah yang benar atau di jalan sesat bersama syaitan. Kita tidak akan pernah sadar kalau kaki kita melangkah di jalan yang salah bersama syaitan, karena memang mereka musuh yang nyata bagi kita.
Apakah kita sekarang adapada jalan yang benar ?
saudaraku..
ada kidah menarik yang tersampaikan malam ini, yaitu sebuah kisah dari seorang sahabat murabbi. Katakanlah beliau adalah si X. Dia adalah aktivis dakwah pada masanya, sepak terjangnya tidak diragukan lagi. Kapasitas dan kapabilitas dapat dibilang bagus. Namun, siapa sangka kawan. Beliau meninggalkan jalan dakwah itu dan bahkan harus meninggalkan dakwah ini, paling ironi adalah beliau sudah murtad dari Diinul islam. Naudzubillah min dzalik.
Dalam perenungan itu, ku berfikir, kalau beliau yang dahulu adalah seorang aktivis dakwah yang militan saja bisa seperti itu, bagaimana dengan kita?. Sejenak ku berfikir, apakah aktivitas kalian disana ? masihkan nilai – nalai islam menjadi keseharian kalian? Apakah kalian masih bangga dengan islam ? apakah kalian disana tetap dalam aktivitas menyeru kepada kebaikan dimanapun, di BEM, UKM atau lembaga dakwah kampus masing – masing ?. ku berharap kekhawatiran ini hanyalah ilusi sesaat yang mampir malam ini saja.
Kalau sahabat murabbi  yang aktivsi dakwah bisa seperti itu,bagaimana dengan kita ?. bagaimana dengan akhir perjalannan kita nanti ? apakah dalam keislaman atau malah yang lain ? semoga Allah tetap menyiramkan keislaman pada hati kita. Amiinn. Karena Memang hati ini selalu berbolak – balik. Sehingga kita tidak mampu menebak apa yang akan terjadi pada kita esok hari.
Kepada yang berjiwa ksatria....
Memang raga ini sudah jarang bertemu, duduk saling bercanda melepas duka. Namun, ikatan hati dalam masa perjuangan ini masih terasa selalu mempertemukan kita dalam rindu bertemu dalam naungan cintaNYA.  Bertemu danbersatu dalam  dakwah di jalanNYA.

Surabaya, 7 Maret 2012

Sunday, March 4, 2012

Kisah Arjuna Realita #3


Ketika Srikandi Berpindah Hati

Kisah ini adalah saat terpuruknya seorang Arjuna Realita menjalani kisah percintaanya yang rumit dan kadang berujung tidak jelas dan menyakitakan. Permasalahan kondisi kemapanan adalah akar masalahnya. Dari titik itu, Arjuna Realita sudah ciut nyali untuk datang melamar Srikandi.
Alkisah, srikandi sudah lelah menunggu kedatangan seorang  “ Arjuna realita “ yang memang sudah dekat sejak dipertemukan pertama kali saat masih duduk di bangku SMA. Tak ada yang mampu menolak akan kecantikan seorang srikandi. Cerdas iya, cantik iya, pintar ngaji, pandai masak pula. Maka ksatria mana yang tidak menginginkan permaisuri sekomplit srikandi. Sudah banyak ksatria yang datang ke rumahnya dengan mengendari kuda besi macam Tiger, Mega Pro, satria bahkan sampai avanza sudah pernah parkir untuk masuk dalam hati Srikandi. Srikandi tak bergeming sedikit pun, dia lebih memilih ksartia “ arjuna realita “ yang hanya menunggan bebek minthi 80-an. Pasti anda binggung mengapa Srikandi lebih memilih itu, padahal  “Arjuna Realita “ adalah orang yang pas – pas an. Pas tidak cakep, pas gak kaya, pas juga belum kerja, pas Cuma hanya bisa minta orang tua.
Mungkin itu beda bab, soal kesenangan dan kemantapan hati. Begitu srikandi ucapkan kepada semua orang yang datang padanya. Keyakinan bahwa Arjuna Realita akan datang menyunting cintanya adalah pengokoh pondasi bangunan prinsip cintanya. Idealisme cinta yang hanya ada dalam cerita sinetron dan pewayangan dilakoni srikandi di teater kenyataan. Menanti cinta tulus Arjuna Realita bagaikan mendung di kota surabaya. Memberikan harapan kosong.
Kesetiaan Srikandi pun berbanding terbalik sepanjang garis waktu penantian, semakin jauh waktu bergulir semakin turun secara konstan. Faktor sang romo yang segera menginginkan dia duduk dipelaminan tidak segera dipenuhinya bersama arjuna Realita. Titik ketegeran cinta Srikandi diuji dengan datangnnya seorang “ komandan “ perang lulusan AKABRI. Bimbang. Tidak ada pilihan lain baginya untuk menolak kedatangan sang “ komandan “. Cinta yang dulu di depositokan untuk Arjuna realita kini harus di pindah kepada “ komandan “. Sesak memang, tapi tak ada pilihan.
Dalam sudut kamar sunyi persemedian, Arjuna Realita sudah tidak dapat memusatkan pikirannya untuk bersemedi. Pikirannya menggelayut terbawa terbang ke burung – burung yang membawa kabar akan datangnya lamaran komandan ke Srikandi. Semakin konsentrasi, yang ada adalah gambaran pelaminan Srikandi dengan sang “ Komandan “. Pupus sudah harapannya. Menangisi masa depan cintannya dengan Srikandi yang segera runtuh meskipun sekokoh tembok berlin. Dia tidak dapat menyalahkan Srikandi karena ketidaksetiaannya, karena itu adalah bukti kepatuhan kepada sang romo. Kesalahan yang ada adalah karena dia tidak segera datang melamarnya.
Kini hari – hari Arjuna Realita hanyalah hari – hari kosong, hampa tidak berarti apa – apa. Seolah sumber semangat itu sudah padam, obor hidupnya kehabisan minyak. Maka obor itu sekarang di hadapkan dengan pilihan, mencari minyak baru untuk tetap menyalakan apinya atau membakar dirinya agar sendiri.  ( bersambung )

Tuesday, February 28, 2012

Pasukan mokong



Tiarap, merayap, menyerang

Masih tetap tentang kisah lucu, “ heroic “, konyol  saat masa SMA.  Anda mungkin belum pernah tahu tentang pasukan mokong.  Tidak ada hubungan dengan pasukan Mongolia, tetapi kalau ganasnya bisa di sepadankan. Istilah pasukan mokong ini saya dapat ketika bersilaturahmi ke Mas Syaifudin Zuhri saat tour ke semarang dalam rangkaian liburan. “ Aku pasukan mokong, mengendap, merayap menyerang balik “.itulah jawabannya ketika ditanya bagaimana mungkin  kakak kelas 4 tahun di atasnya masih dikenal adiknya kalau bukan orang terkenal di sekolahnya. Karena dia adalah “ pasukan Mokong “.

Mungkin sudah pernah baca cerita tentang perjuangan underground cacing tanah melakukan gerakan  “ sub – versif “. Kisah ini juga tak jauh dari itu, cacing underground telah mentransformasi diri menjadi pasukan besar yaitu “ pasukan mokkong “. Bertiarap, merayap, menyerang, menelikung dari belakang.

Tuhan berikan aku kesempatan untuk membuatnya tersenyum



Tuhan tolonglah sampaikan
Sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji
Tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya
Ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuhi maumu
Andaikan detik itu
Kan bergulir kembali
Kurindukan suasana
Basuh jiwaku
Membahagiakan aku
Yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu
Yang pernah terlewati

( yang terbaik bagimu ( jangan lupakan ayah ) – ADA band )

Pagi itu memang mendung, tak ada firasat dalam hati. Semua berjalan seperti biasanya. jum’at  17 February 2012 pukul 07.46, sebelum waktu bersimpuh dhuha untuk kemudahan dalam setiap langkah hari ini, bunyi HP menggertarkan meja pertanda ada short massage masuk inbox.
“ bpake lg skit, mngkin pnykit yg dlu kmbuh, wes do’akn sja cpet smbuh “, short massage dari kakak yang tak lagi pendek, sebab membuat hati ini menangis dan air mata meleleh.
“ bpake opname ? “ balasku segera ingin mendapat keadaan sang bapak.
“ during ngerti, do’akn aja sgera shat.. “, kakak coba menenangkan ku.
Perihnya hati segera ku adukan di 4 rakaat dhuha dan mendapatkan balasan jawaban “ bpake opname” yang dikirim ke inbox handphone.

Karna ibu mengerti bahasa itu



Selalu ada yang membuat rindu  dengan rumah ketika diperantauan, rindu akan bersua dengan orang – orang rumah. Bapak, ibu, kakak dan adik. Kehangatan yang tak tergantikan dengan siapun kita berkumpul, entah sahabat atau rekan sejawat. Kepenatan satu bulan hilang mendengar kepolosan dan cerita perkembangan kemampuan adik, kelelahan pun hilang dengan usapan halus tangan ibu, semangat terpompa kembali ketika melihat bapak masih terus bekerja tanpa kenal lelah.
Paling membuat rindu dari semua itu adalah tangan sayang ibu yang selalu mengalirkan kasih. Tak dapat dipungkiri bahwa ibulah yang paling mengenal ku. Beliau tahu setiap ungkapan serta isarat yyang ku ekspresikan dari senyuman, sikap dan kata. Ibu tahu bahwa hati ini rindu, meskipun tanpa mengungkapkannya, ibu merasakan keletihan meskipun kita tak pernah mengeluh padanya tentang kelelahan ini dan ibu tahu bahwa ku sangat cinta padanya meskipun bibir ini tak pernah mengatakan langsung.
Ya.. karena ibu mengerti bahasa itu.

Thursday, February 23, 2012

Mentoring ku sayang, Mentoring ku perjuangkan, mentoring ku kenang.


Ini adalah salah satu kisah tentang kegagalan ide besar karena tidak ada orang yang mendukung, tidak bisanya si inisiator menularkan gagasan perubahan, dan perjuangan underground bersama cacing – cacing tanah yang sub versify mengulingkan keadaan stagnan. “ don’t try this at home “. Biarkan ini menjadi catatan yang akan saya buka bersama kawan – kawan perjuangan Majlis Ta’lim Nurul Iman 2008 – 2009 ( semacam SKI ). Semoga kalian masih ingat kawan….^_^
“ antum sudah liqo’ ? “,
“ ana dah liqo’ di SMA, murabbinya akh ini,”
Pertanyaan itu yang dulu pernah saya dengar  saat pertama  masuk kampus.  Iri rasanya ketika mendengar teman – teman dari sekolah SMA lain telah ada mentoring, liqo’, usrah atau apapun itu yang intinya adalah pembinaan kader Rohis, SKI atau yang lain. Hati ini seperti menangis mengenang kisah perjuangan mentoring untuk teman – teman MT Nurul Iman. Mengapa dari tidak diadakan yang seperti itu di SMA saya ?. tapi itualah realita yang ada, dan saya harus terima. Bahwa mentoring belum bisa di lakukan di SMA saya. Kecuali oleh gerakan – gerakan underground bersama cacaing yang tak tahan dengan keadaan seadanya. Dan saya yang menjadi ketua cacing – cacing  itu..V^_^ (tenang kawan, generasi itu akan lahir kembali) . Melakukan mentoring underground dan siap – siap untuk di injak oleh orang – orang yang tak senang. Memang akhirnya terinjak juga. He…he….. mati juga cacaingnya.

catatan liburan # 2


Perjalanan ke Jawa Tengah akhirnya saya lanjutkan ke kota kudus kota kretek. Ya, karena kudus adalah salah satu kota penghasil rokok skala nasional.  Djarum. Awalnya sudah terencana untuk mengunjungi anak dari bibi ayah ( ndak tau apa sebutannya ) yang tinggal di daerah perbatasan  antara kudus dan Pati. Kecamatan jekulo, itulah yang tak lihat dari tulisan yang ada di sebelah reklame. Awalnya hanya bondo nekat, karena ssetelah diantar oleh mas syaifudin ke halte naik bus  turun terminal terboyo nanti langsung pindah ke bus jurusan pati atau Surabaya, karena hanya dikasih arahan untuk naik bus arah pati dan turun di pasar yang sampai saat ini saya masih lupa. Maka tak ada kata lain selain bingung.
Dari halte pojokan R.S Dr. Karyadi saya dilepas untuk mencari bus jurusan terboyo, dan kurang beruntungnya saya, ternyata bus yang ada tdak langsung ke terminal terboyo dan harus turun di pasar dan cari bus lain. Itupun dengan tariff cukup mahal, padahal jarak tempuh tidak sampai 5 km tari bayarnya harus sama antar terminal bungurasih ke terminal Bratang. Entahlah ini kena tipu atau tidak.. parahnya ketika pindah bus pun daya msaih tidak tahu bus mana yang harus saya tumpangi, tak ada pilihan lain selain Tanya orang yang sedang duduk di halte. Lagi – lagi harus mendapat rezeki karena orang yang saya Tanya adalah orang setengah tidak waras, tapi untung bapaknya menunjukan bus yang tepat ( kalau tidak tepat, kira2 kemana saya akan pergi ? )
Semua terobati ketika sudah berada dalam bus,  banyak yang dapat saya nikmati,salah satunya adalah kota tua, ini salah satu wisata yang di katakan mas syaifudin akan saya kunjungi jika saya mau ke semarang lagi…( asyik… tinggal mengagendakan, mumpung mas nya belum mau balik ke nganjuk ). Kota tua adalah kota dengan bangunan – bangun arsitektur lama khas belanda dan sampai sekarang masih di pertahankan, meskipun hanya melihat bagian luar tapi itu cukup untuk memancing rasa kapan saya akan ke situ. Setelah perjalanan satu setengah jam, Pukul 09.05 akhirnya sampai di terminal kota semarang dengan rasa bingung. Ke manakah tempat pemberangkatan bus antar kota ?. rasanya seperti tarzan masuk kota yang bingung clingak – clinguk, meskipun sudah Tanya kepada petugas. Buta arah soalnya. Tapi ini adalah pengalaman paling menyenangkan.
Dengan naik bus antar kota dengan jurusan Pati saya berangakat menuju kota kudus, bekalnya Cuma petunjuk dan nekat. Paling enak adalah melewati kota demak dengan julukan kota wali. Disepanjang jalan terlihat asmaul husna di sebalah rambu – rambu sepenjang kota. Namun entah bagaimana nuansa islam di kehidupan masyarakatnya. Seperti halnya jombang dengan slogan jombang beriman, tapi lagi – lagi, entah bagaimana kondisi remajanya. Kembali bercertia perjalanan sepenajang jalan menuju terminal kudus terlihat di sepanjang sungai yang ada banyak masyarakat sekitar yang melakukan aktivitas mencuci pakaian, mencuci peralatan makan, mencuci beras yang akan dimasak, dan membuang sampah di sungai itu. Saya tidak tahu apakah itu kepercayaan masyarakat atau memang disitu tidak ada fasilitas air bersih yang memadahi. Dan kalau anda tahu, air sungainya tak sebening di daerah pegunungan. Airnya keruh berwarna cokelat tanda bahwa membawa material tanah. Ya mungkin itu adalah bagian dari khasanah budaya Indonesia.
“ Terminal Kudus “, itulah yang terlihat di papan depan. Seperti kebanyakan terminal di Indonesia, setiap orang yang baru turun dari bus  pasti akan disambut hangat oleh banyak orang, dibawakan tasnya dsb. Bukan kita orang terkenal, tapi kitalah point – point uang mereka para pengusaha jasa angkutan. Tak tau harus naik angkot mana, namun ketika saya sebutan tempat yang saya tuju semua menujuk pada arah angkot hijau. Pasar….. “ ya itu mas” , “ woe tunggu “. Terikan yang sudah biasa meramaikan terminal. Tak banyak yang saya nikmati karena hanya berada dalam angkot. Namun saya kurang beruntung, karena ketdak tahuan saya bahwa rumah saudara saya itu adalah jalur utama kudus – pati makanya saya naik angkot. Padahal bisa saja saya terus naik bus tadi yang sudah saya bayar dengan turun kudus meskipun tempatnya perbatasan. Tak apalah… dapat pengalaman.
 Tepat turun di depan pasar sesuai arahan saudara saya tadi, seperti orang bingung. Telpon bordering mengabarkan bahwa saudara saya sedang ngajar dan saya harus naik becak kea rah bla..bla.. yang membuat tambah bingung. Tak ada pilihan lain selain menunggu, duduk di pagar kelurahan depan pasar mengamati keadaan sekitar. Tampak etos kerj a masyarakat sangat tinggi, sampai – sampai angkot yang biasanya hanya menampung 15 orang bisa menampung dua kali lipat. Saling berpangkuan dan berdiri berjajar tiga orang di pintu. Fantastis. Ini yang belum sempat saya tanyakan ke saudara saya, dengan seragam yang sama. Di perusaahan mana mereka bekerja ?, tak beberapa lama akhirnya jemputan saudara saya datang dan langsung diajak ke rumah.
“ mbak is tak ngajar dulu, sebentar lagi alan pulang. Ntar bisa main sama dia “. Kata mbak aisyiah. Nama saudara saya adalah aisyah, sedangkan aln tadi adalah anak keduanya. Semoga si alan masih kenal saudara jauhnya, karena 2 tahun yang lalu di ke nganjuk dalam keadaan yang belum tahu apa – apa. Eh, ternyata dia kenal, karena sebelumnya ibunya telah cerita bahwa saya akan keisni. Menyenangkan memang bermain dengan si alan, kepolosan anak kecil dalam bercerita kejadian – kejadian yang mereka alami saat belajar di sekolah taman kanak – kanak. Dan tak lama kemudian si kakak, yos rizal datamg. Dia adalah anak pertama dari mbak isyah, besar di nganjuk sampai kelas 3 SD. Jadi masih ingat dia tentang siapa yang berkunjung di rumahnya.
Selanjutnya hari – hari di kudus di rumah mbak isyah ini selalu saya habiskan untuk memuaskan jiwa yang ingin tahu tempat – tempat batu. Sore bersepeda dan malam berkendara motor pergi ke tempat wisata di kudus.  Menara kudus, keliling kecamatan jekulo, alun – alun kota pati, aun – laun kudus. Sebenarnya ingin berkunjung ke rumah salah satu teman jurusan yang rumahnya di pati dan akan berwisata ke gunung muria sekaligus berkunjung ke kacang dua kelinci. Ehhh, dia malah ke solo di rumah neneknya. Batal.
Malam  Hari pertama langsung saya diajak untuk ke menara masjid kudus sekaligus makan para wali. Ternyata tak banyak berubah seperti dua tahun dulu saya kesini bersama saudara – saudara Resholusi. Masih selalu ramai dengan orang – orang yang berdoa dan berzikir di depan makam salah satu wali songo, sang penebar islam di tanah jawa. Saya pun tak ingin melewatkan kesempatan ini, tuk kedua kalinya saya masuk komplek makam ini. Bau minyak pewangi yang kadang membuat saya pusing sudah tak seperti dulu. Setelah mengamati sekitar, langsung duduk dan mengamati orang – orang sekitar. Ada sekelompok jama’ah yang datang, dari jumlah ibu – ibunya yang bnyak kelihatannya  ini dari kelompok pengajian ibu – ibu pkk. Ada yang sampai menangis karena khusyu’nya, ada pula yang tak berefek apa. Di sebelahnya ada banyak anak seusia SMP sedang berdo’a khusyu’, kelihatannya mereka berdo’a agar dapat lulus UN yang selama ini menjadi momok menakutkan bagi mereka.  Mengalihkan pandangan ke sisi lain makam, sepintas terlihat pasangan keluarga baru yang sedang menanti kehadiran anak pertama mereka. Ibu itu terlihat khusyu’ berdoa agar anak yang sudah di kandungnya beberapa bulan menjadi anak yang sholeh/ sholihah . sedangkan tepat di depan saya ada sekeluarga yang sedang duduk  tenang berdo’a sambil sang imam yang tak lain adalah ayah dari kedua anaknya dengan memangku  cucu nya ( kelihatannya sih.. gak ada wawancara ini ). Hujan mengguyur deras malam itu membuat saya dan rizal harus membaringkan diri sementara di serambi masijd. Terlihat banyak sekaligi santri – santri yang berada di sini, mereka sedang melakukan program menghafal al quran. Kadang – kadang mereka juga melakukannya di dalam kompleks makam. Biasanya sampai tidur di samping makan. Ngeri juga cara tirakat mereka untuk bisa menghafal al – qurann. Akhirnya perjalanan mala mini harus di tutup dengan berhujan – hujan di kota kudus kota kretek.
Salah satu hobi yang saya geluti sejak SMA karena harus naik sepeda untuk ke sekolah. Adalah bersepeda, tak pernah terlewatkan untuk keliling nganjuk setiap kali ada kesempatan untuk pulang. Tapi setelah kehilangan sepeda hobi ini sempat terhenti. Selama di kudus ini, kaki ini sudah gatal untuk segera mengayuh sepeda melihat ada sepeda di rumah yang tak terpakai. Dengan lafaz bismillah berangkat dan semoga bisa kembali, karena biasanya orang baru akan nyasar tak karuan kemana arahnya. Memang benar pada akhirnya saya mesuk – masuk gang dan jalan – jalan desa yang tak pernah tahu ujungnya. Pokoknya ngikuti jalan, pasti di situ ada peradaban. Itu prinsipnya. Mutar – mutar tak jelas, melewati sawah, jalan yang tak beraspal dan berlumpur karena habis hujan ( mirip jalan desa saya 10 tahun yang lalu ), melihat orang mincing yang tak segera dapat ikan, sawah yang terndam banjir hamper mirip waduk dan menjadi tempat pemancingan ikan, dan semua saya dapatkan. Setelah dua jam berkeliling, tanpa sadar saya telah sampai jalan dimana saya tadi berangkat memulai petualang masuk kawasan desa.  Luar biasa. Menurut buku cara meningkatkan kreativitas, salah satunya adalah memilih jalan yang selalu berbeda, agar tidak monoton yang diamati dan cendrung mematikan kerja otak untuk menghafal, mengamati dsb. Dan saya telah lakukan itu fantastis. Sore itu segelas Es campur menutup perjalanan petualangan sore itu. Dan saatnya bermain bola.
Malam selanjutnya adalah alun – alun kota pati. Menempuh perjalanan 45 menit dari rumah mabk is karena sudah daerah perbatasan dan emang dekat. Seperti biasanya, pengendara di kota yang baru dijajah adalah melanggar rambu – rambu jalan. Itu yang saya lakukan dengan menerobos jalan satu arah dari arah berlawanan. Tepat di depan pos polisi berhenti, bukan kena tilanga tapi baru sadar kalau salah dan harus putar balik. Mutar – mutar jalan, peremptan belok kanan, pertigaan belok kiri, lurus terus dan setrusnya hingga akhirnya nyasar dan tidak tahu kemanakah jalan menuju alun – laun kota pati. Sampai pada saatnya Tanya pada seorang tukang becak dan tepat. Alun – alun kota pati. Hujan gerimis tidak menghalangi saya menikmatinya, tapi masyarakat enggan keluar rumah. Ya, jadi sepi alun – alunnya. Tak ada menu makanan yang enak disana, maka tak ada salahnya menikmati ronden hangat buatan kota pati, apakah sama dengan ronde yang pernah tak nimati di warung lesehan bersama teman – teman panitai sekolah Peradaban BEM ITS. Satu, dua sendokan masih terasa nikmat, begiru selanjutnya sudah mulai bosan menikmatinya. Ternya rasa ronde di sini menuruti kurva konsumsi yang tak pelajari sat SMA. Setelah permintaan mencapai puncak maka akan turun. Rasa rondenya terlalu pedas, rasa jahenya terlalu banyak, rasanya mau muntah di sepertiga akhir air jahe ronde di gelas. Menikmati sekitar alun – laun pati, ternyata sama. Ini adalah alun – laun yang mamang ada sejak zaman karajaan. Bisa di lihat dari bangun sekelilingnya. Kantor bupati/ gurbenur, masjid utama kota dan biasanya di tambah penjara  ( karena dulu alun2 berfungsi tempat menjalankan eksekusi hukuman, jadi tempat dekat penjara ) seperti yang ada di nganjuk, satu lagi yang gak ketinggalana adalah sekolah.
Malam ini adalah petualangan terakhir di kota kudus sebelum kembali ke rumah, karena sebentar lagi kakak saya kan pulang dari petualangan di Palembang. Oleh – oleh senyuman yang sudah ku rindukan karena 3 bulan sudah tidak bertemu. Kembali, akhir malam ini harus menerobos malam dalam guyuran gerimis yang semakin membesar. Basah sedikit dan sedikit menggangggu. Tapi inilah cerita yang tak akan terlupakan. Petualangan di kudus kota kretek dan pati kota mina tani.
Insya allah selanjutnya akan ada liburan lebih menarik. “ Tour de java “, mengunjungi LDK – LDK di jawa dan bersilaturahmi ke kost teman – teman SMA mungkin juga akan dilanjut untuk bali dan lomok . Cuma modal aqidah islamiyah, nekat. The power of  silaturahmi.
NB : setelah saya hitung – hitung ternya tidak sampai seratus ribu utnuk berpetualang ke Semarang, kudus, pati selama satu minggu. Memang the power of silaturahmi.

catatan liburan # 1

The power of silaturahmi
Ahhirnya liburan semester ini saya bisa mewujudkan sekeping mimpi besar selama masih kuliah ini. Mimpi itu adalah silaturahmi ke seluruh tempat tinggal atau kost teman – teman SMA di seluruh kampus baik swasta – negeri yang ada di Indonesia. Sebenarnya sih kepengin sebelum mengerjakan Tugas Akhir, yah.. sekalian lihat tugas akhir anak – anak kampus lain yang serumpun ataupun tidak ( semoga tercapai ). Sekeping mimpi itu adalah saya berhasil menginjaknan kaki di kampus UNDIP. Sebenarnya perjalannan ini satu paket sama acara Mentoring Nasional di kampus UNNES, jadi sekalian aja mampir ke UNDIP. Meskipun tak banyak teman seangkatan saya SMA yang masuk UNDIP, tapi adalah dua orang yang keterima tahun 2010 lalu. Mereka adalah adalah Stephanus J ( teman sekelas waktu kelas dua dan tiga dan arda ( yang tak ceritakan di postingan sebelumnya ), meskipun keduanya non – muslim tapi saya sangat dekat dengan keduanya. Seelain tiu ada agenda satu lagi yang tak kalah penting, silaturahmi dengan mas – mbak GEMILANG yang ada  di semarang. Tapi sekali lagi kurang beruntung, karena hanya ketemu sama mas Syaifudin Zuhri yang merupakan kakak kelas 4 tahun diatas saya dan bagian dari keluarga besar Resholusi yang berhasil masuk kedokteran UNDIP yang sedang mengambil keprofesian.
Tepat pada tanggal 26 Januari petualangan ke Semarang dimulai. Pukul 19.45 kereta datang molor 15 menit dari yang seharusnya. Dengan duduk di gerbong 7 kursi 9D kereta api MATARMAJA jurusan pasar turi melaju menembus kepekatan malam.  Sehingga perkiraan pada jam 01.30 dini hari saya akan sampai stasiun Semarang Poncol. Ini yang dikhawatirkan oleh ibu, nyampek semarang dini hari. Mau nginap di mana ? Apa lagi tidak tahu kotra semarang. Alhamdulillah, bantuan datang… Stephanus bisa menjemput dan siap menampung.. meskipun sebelumnya mas Syaifudin juga siap nampung ( gak enak beliau setiap hari ujian ) tapi gak jadi. Benar, pukul 01.45 kereta api berhenti di stasiun Semarang Poncol. Pagi – pagi buta di stasiun bukan sepi, bahkan ramai. Ramai para pedagang yang sedang mengemasi dagangannya, ada pula bongkar muat dari kontener, adalagi yang sedang menawarkan makanan ke penumpang didalam kereta dengan membawa meja portable dan siap di gelar di depan pintu kereta. Gak ada matinya, atau bahkan orang2 itu akan mati jika gak seperti itu. Gak tau juga.
Sembari duduk sambil mengamati aktivitas sekitar stasiun, sms mulai bertebaran. Sms minta bantuan untuk segera datang. Tak sabar menanti, telpon menyambung dengan jawaban “  tunggu sebentar, masih mau berangkat. Sekitar 30 menit  “. Dalam hati berkata “ semoga masih ingat wajah si stephanus “. Ternyata saya masih ingat, tak ada yang berubah dari wajah polos seorang stephanus yang salam ini ku kenal. Meskipun jurusan ilmu perikanan dan budidaya perairan tak membuat kulitnya gosong karena keseringan ke pantai. “ ayo, ke kost ku. Sekitar 30 menit “. Perjalanan kini dilanjtukan ke daerah kost2an tembalang, kampus UNDIP atas. Sambil dalam perjalanan di menunjukan wisata seperti halnya tour guide. Ini lawang sewu…. Ke sana ada simpang lima…. Ini tugu muda…. Ini gereja terbesar di sini…. Ini tempat sekolahnya polisi…. Dst. Menakjubkan, melihat kota semarang bawah dari daerah pegunungan…. Fantastis.. pukul 02.25 nyampai kost dan langsung tak sadarkam diri, sampai matahari terbit dan bingung mencari temapt sholat karena ini temanku non muslim.  Cukup jauh jalan akhirnya nemu juga, paahal tiadak tahu kalau dekat kost ada masjid yang siang nanti tak gunakan sholat jum’at.
Cukup seharian ini saja saya merepotkan temanyang satu ini, sudah harus menjemput pagi di stasiun ngantarkan keliling kampus UNDIP, menjemput saya karena nyasar ke POLINES ( padahal tujuan awal mau kemasjid UNDIP ). Maka tak ada pilihan lain selain merepotkan saudara – saudara yang lain. Sebenarnya ada mas adit ( yang mana juga orangnya gak pernah ketemu Cuma tau namanya ) sedang tidak ada di semarang. KKN DI Temanggung. Maka tak ada yang lain selain Tujuan selanjutnya “ Asrama FK UNDIP “ ( he…he… merepotkan steph harus ngantarkan ke sini ). Saatnya bersilaturahmi ke mas Syaifudin Zuhri, kedokteran undip. Awal kesini saya agak ragu, apakah nanti bisa mengenali wajahnya ( maklum selama ini tahunya Cuma dari foto yang terpampang di basecamp Resholusi ). Tapi, ikatan keluarga itu mengikat kami, sehingga meskipun ini pertemauan pertama langsung dapat mengenali. Agak canggung juga awalnya, gak pernah ketemu tapi sudah bertamu. Tapi inilah kelebihan ukhuwah dan silaturahmi itu. Semalam di sini sudah cukup untuk mendekatkan dengan kakak angkatan yang satu ini karena harus berangkat ke UNNES. Tapi karena ada tawaran kalau mau balik ke Asrama FK lagi nanti akan di ajak keliling Semarang, ya.. tak bisa di tolak penawaran itu. Hari minggu sore saya kembali lagi merepoti mas saifudin, dan seperti janjinya bahwa nanti akan di ajak keliling semarang pu dilakukan ( gak jadi keliling, kasihan masnya bsok mau ujian ) meskipun Cuma di taman KB ( karena ad ataman KB ) tempat nongkrong dan pacaran. Baru jalan sebentar hujan langsung turun deras mengguyur. Sampai kios2 makanan binggung melayani pelanggan agar tak kehujanan.maklum berdagangnya di bekas bangunan halte dengan atap yang buruk. Akhirnya hujan reda seiring berhentinya makan kami berdua.. nikmat sekali. Meskipun baru pertama berjumpa….
Mungkin inilah yang pernah di katakan senior – senior gemilang dalu. Kekuatan silaturahmi mengalahkan segalanya. Dengan selaturahmi kita bisa tambah ilmu, kalau mau makan bisa dapat makan dan minum, kalau ingin kemana – mana ada yang nampung, ada yang ngajak jalan – jalan, pokoknya komplitlah….. THE POWER SILATURAHMI. Dan misi Selanjutnya adalah Tour the Java – Lombok, dengan modal silaturahmi dan nomer orang – orang yang akan di tuju…..
Dan ilmu inilah yang saya dapat dai asrama FK UNDIP, tulisan penyemangat yang terukir pada marmer…
ISHTA TRUSHTA
NGESTI TUNGGAL
1896
KETAHUILAH
ASRAMA INI DIBANGUN OLEH MAHASISWA SETJARA MANDIR BERDIKARI. KARENA GELORANYA SEMANGAT PERSATUAN. PELIHARA DAN TINGKATKAN SEMANGAT INI
29 - 1 - 1987

P.N.U.P
FAKULTAS KEDOKTERAN UNDIP

Monday, February 13, 2012

tak ( jadi ) meraih mimpi


mari berlari meraih mimpi
menggapai langit yang tinggi
jalani hari dengan berani
tegaskan suara hati

kuatkan diri dan janganlah kau ragu
tak kan ada yang hentikan langkahmu
Reff : ya..ya..kita kan terus berlari
ya..ya..tak kan berhenti di sini
ya..ya..larilah meraih mimpi
ya..ya..hingga nafas tlah berhenti
ku akan bertahan
hadapi rintangan
perlahan-lahan dan menang
jalani hari dengan berani
tegaskan suara hati
kuatkan diri dan janganlah kau ragu
tak kan ada yang hentikan langkahmu
tak ada yang tak mungkin’
bila kita yakin
pastilah engkau dapati
 ( J - Rock )

lagu itu kembali muncul dari chip memori yang sudah tersimpan tiga tahun lalu, Januari 2009 tertulis di folder itu sebagai penanda waktu penyimpanan file – file sepenggal perjalanan kisah SMA. Ya lagu ini akan selalu terkenang bagi kami, pengurus OSIS SMADA Nganjuk 2008 – 2009. Lagu yang membuat semangat dan pada waktu yang sama meremukkan hati. Hampir tiga minggu lagu itu menjadi favorit di sekretariat OSIS, poster grup bandnya pun tak ketinggalan terpasang di kaca samping pintu masuk sekretariat.  Tapi ada yang berbeda di poster tersebut jika di lihat dari dekat, di bagian pojok poster tersebut terdapat lambang “ koko beluk “ SMADA yang bersanding dengan logo tujuh puluh bagi dua ( logo HUT SMA 2 Nganjuk ke – 36 ).
Inilah yang menjadi drama paling menarik yang akan diperankan oleh kawan – kawan pengurus OSIS 08 – 09. Pada klimaksnya adalah pengeluaran seluruh siswa yang menjadi anggota OSIS 08 – 09 dengan ending adalah sebuah acara “ seadanya” yang meriah dengan guyurah hujan, yang membuat hati ini bergetar dan mata memerah.  Perjuangan itu….. tak akan kita lupakan. Zakaria, Oliv, Arda.
Sepert biasa, hajatan Hari Ulang Tahun sekolah selalu ingin dibuat semenarik mungkin, lebih bagus dari tahun sebelumnya, sebagai bukti bahwa ada peningkatan kualitas SDM dari pengurus OSIS. Dorongan itulah yang akhirnya membuat para pengurus berani Meraih mimpi untuk mendatangkan sebuah band papan atas negeri ini, dalam rangkaian acara HUT yang bertajuk Festival Band SMADA part 4. Setelah sebelumnya sukses mengadakan event Olimpiade, ngontel bareng dan beberapa acara besaar lainnya. Sebagai acara pamungkas tentu kami ingin member yang terbaik dan paling berkesan dalam sekjarah perayaan hari Ulang tahun Sekolah tercinta. SMADA. Nama yang muncul adalah J – Rock.
Optimisme muncul diawal dengan berhasilnya tiga kawan dan bersama Pembina OSIS  Pak Marji bertemu tim manajemen J- Rock. Dan tahukah, Sudah tertulis dan tanggal dijadwal manggung J – Rock > Nganjuk- SMA 2 Nganjuk. Loby – loby terjadi dan deal dengan menyerahkan uang muka hasil dari kegiatan sebelumnya dan dana yang memang telah dianggarakan untuk festival band. Kabar dari Jakarta langsung menyebar ke seleruh sekolah dan nganjuk, kabar bahwa J – Rock akan datang ke Nganjuk. Semua tim sudah bersiap, Dana, Perizinan, Perlengkapan semua telah beriap menyamput untuk meraih mimpi bersama J – Rock.
Segala perhitungan dana sudah jalas, terperinci, sampai bendahara harus meluruskan rambut gara – gara rambut semakin keriting menghitung dana yang  harus di keluarkan unuk acara ini. Dana sponsor harus sekian juta, uang yang ada sekarang sekian ratus ribu. Untuk pengeluaran keamanan sekian kompi sekian juta, sewa gedung sekian puluh juta, bla…bla….bla…, tak dapat saya mengikuti semua yang mereka omongkan. Semua yang dibicaran abstrak, dan kondisi sekarang hanya beberapa lembar uang ratusan yang ada ditangan. Memang semua sudah terbius mengejar mimpi datangkan J – Rock. Gila…. Tapi bukan SMADA kalau gak bisa mengerjakan hal – hal yang gila.
Keterbtasan dana tak menjadi halangan untuk mengadakan sebuah event besar, yang penting adalah semangat besar. Mungkin kata – kata itu yang menjejali otak kami semua. Seolah – olah semua sudah tersedia, padahal semua yang ada di otak kami adalah kebalikan dari apa yang ada di kenyataan. Realita yang tak selalu berjalan beriringan dengan angan, dan bahkan kenyataan membanting semua angan – angan. Sakit….. tapi senyum dan canda adalah obat yang paling mujarab yang memperingan rasa sakitnya. Satu hati, satu jiwa, satu OSIS SMADA adalah teriakan wajib disetiap akhir rapat sebagai pembakar hati yang sedang lemah. Satu OSIS SMADA.
Sore itu langit tidak lagi bersahabat bersama semua “ Pladen “ tujuh puluh bagi dua, langit meneteskan airnya seolah mengerti dan sedang member isyarat pada kami akan apa yang akan terjadi dalam beberapa hari kedepan. Sebuah babak konflik paling krusial yang pernah ada dalam masa SMA yang mungkin tidak semua siswa mengalaminya. Sore itu adalah saatnya publikasi ke warga nganjuk bahwa J – Rock akan segera  “ sambaing “ ke kota bayu. Sebuah Bliho besar ukuran 5 x 3 meter sudah terpasang. Tak ada wajah yang kesedihan, keputus asaan diantara kami, meskipun dibawah guyuran hujan deras ditengah halaman depan sekolah. Semua senyum dan wajah optimisme selalu melekat. Kebersamaan itu mengubur keegoisan kami semua. Satu Jiwa, Satu SMADA.
“Satu…dua…..tiga… ayo tarik, awas – awas bambunya patah, yang kanan dibantu”.
 “ Woe duah lurus belum..!!. “ yang kiri kurang ke bawah sedikit”.
 “ ikatannya kurang kuat, jadinya kelihatan lesu..
” ayo turunkan lagi “
“ ayo, hamir jam 5 ini,. Mau tidur sini lagi tho ?”
“ angkat lagi “.
“ tunggu aba – aba, satu… dua…. Tiga…, angkat bersamaan biar gak patah “
“ tahan… ayo jalan..”
Teriakan itulah yang terdengar, meskipun bukan lulusan angkatan bersenjata atau diklat Security tapi teriakan itu tak kalah lantang. Juga teriakan itulah yang membawa baliho itu ke jalan raya depan sekolah, yang pasti semua orang – orang yang kan berpergian ke Nganjuk Kediri pasti akan melihat.
“ Woe…, turunkan “
“ Siapa yang suruh masang “
“ ojo ngono tho le, mosok gak ngajeni wong tuo “
Sontak suara itu membuat binggung semua anak yang sudah siap –siap mengikat kakai baliho ke tiang kabel Telkom. Meskipun tak ada petir, suara itu lebih dari  petir. Mengiris hati menurunkan motivasi, menghapus imajinasi.
“ lho pak, gawe publikasi pak.” Anak  - anak berkilah
“ wes.. didukne le..”
“ lho pak, d****. Wes abot – abot koq ngene “. Teriakan dari salah seorang kami yang mungkin sangat kesal karena usaha keras selama ini seperti tidak ada gunanya.
tapi itulah wakasek kesiswaan SMADA, atau gurauan kami biasanya menyebut dancuk ( Komandan Pucuk ). Orang yang paling akrab dengan siswa dan familiar dengan panggilan Herbog. Semua akhirnya tunduk dan tertunduk . meskipun langit sudah tak lagi hujan, tapi hujan itu sekarang berpindah di hati kami semua. Memang terdengar isu bahwa perijinan belum selesai dan ada sedikit masalah di pihak keamanan.
Keesokan harinya semua warga sekolah membicarakan masalah penurunan baliho kemarin sore, tidak dikalangan guru maupun siswa. Bahkan warga sekolah lain sudah tahu masalah itu. Segera pagi itu juga semua pengurus  osis merapatkan barisan, memang trnyata semua masalah ada di perizinan. Tidak mendapat perizinan memakai gedung, berkaca kerusuhan konser music dalam gedung yang menewaskan banyak orang, dan polisi tidak bertanggung jawab akan keamanan. Permasalahan semakin komplek ketika opsi yang ditawarkannya  pun harus mengadakan konser dilapangan terbuka. Konsekuensi adalah dana lebih besar dan pengaman yang belum terjamin. Belum juga isu tentang akan adanya kampanye terselubung, maklum minggu iu adalah masa tenang kampanye menjelang pilgub Nganjuk. Ha…… ha………..ha………
Semua opsi kemungkinan telah dilontarkan, menyewa Event Organizer untuk mengadakan acara ini, menyewa tim pengamanan tersendiri, kerja bareng J – R Star untukmengamankan sampai menyewa dukun agar pada saat konser berlangsung aman dan tida hujan. Gila…. Disaat tiga orang telah ke kantor Polres, kami yang di sekolah segera merancang agar koner tetap bisa berjalan.
Masalah perizinan belum juga usai karena tiga teman kami belum juga kembali dari pagi tadi. Sekarang masalah besar juga datang. Ultimatum dari kepala sekolah bahwa akan membubarkan OSIS dan mengeluarkan semua pengutus yang masih ngeyel akan mengadakan konser. Semua sudah panas, rapat tidak lagi kondusif karena yang ada adalah perpecahan antara yang tetap mendukung dan tidak. Tete air mata tak lagi keluar dari satu anak saja. Menangis sedih dan takut, karena tidak pernah ada masalah yang sepelik ini di kehidupan nyata. Semua telah mencapai klimaks, konflik tak hanya antar individu, sudah antar individu dan kelompok. Semua permaalah tak terselesaikan.
Tepat tengah hari ketiga teman kami kembali, bukan kabar gembira yang ada adalah tidak ada perubahan. Semua tak bergeming. Opsi lebih ngawur malah muncul, mereka minta ada yang menjadi jaminan salah seorang diantara kami, jika ada rusuh atau hal – hal yang tidak diinginkan dia akan mauk hotel prodeo. Siapa yang tak tambah gila jika opsinya semua seperti racun semua ?. gambaran akan kegagalan sudah Nampak, jelas uang yang ada tidak akan cukup untuk menggelar konser atau acara festival band. Pemabatalan kepada pihak J – Rock menghanguskan uang beberapa juta yang seharusnya cukup untuk mengadakan festival band se – eks karisidenan Kediri.
Namun, konflik ini segera menurun ketika kepala sekolah mengajak semua pengurus OSIS bersama wakasek kesiswaan dan Pembina osis untuk duduk bersama dalam satu forum dengan kepala dingin membahas semua permasalahan yang ada. Kekecewaan kepala sekolah terlihat dari gurat wajah dan setiap kata yang terucap.
“ Berapa dana yang ada di OSIS sekarang ?”
“uang yang masih disini, dibawa ini, sisa kegiatan ini dan itu”. Jawab bendahara OSIS yang sibuk membuka lembar – lembar catatan bendahara.
“ yang nyata sekarang berapa ?”, kepala sekolah coba mengulang pertanyaan.
“ee..eee…. ini ada sekian ratu ribu “.
“ ini ada uang sekian juta, silahkan digunakan. Tidak perlu tanya dari mana uang ini berasal. Saya tidak ingin terjadi tidak saling komunikasi antara pengurus dan Pembina osis maupun Wakasek keseiswaan”.
Semua pengurus hanya bisa tertunduk lesu, kami harus mejilat ludah kami sendiri. Semua mimpi itu sekarang sudah tak ada lagi. Meraih mimpi bersama J – Rock sudah tidak akan ada lagi. Semua poster dan atribut berbau J- Rock dihilangan. Sekolah dinetralisir dari semua yang berbau J- Rock.
Pada hari-H tidak ada J- Rock ataupun band kelas atas yang menjadi bintang tamu pada festival band SMADA part IV. Langitpun tak bersahabat lagi, hujan deras mengguyur  bumi SMADA menjadikan lapangan basket seperti kolam dadakan. Semua harus turun tangan untuk menguras, oh..   tapi tetap dibawah guyuran dengan senyum dan canda tawa yang menghibur diri. Melepas mimpi bersama lepasnya enyuman puas meskipun dengan acara yang “ seadanya”.

kisah itu sekarang telah menjadi kenangan, sebuah cerita tentang perjuangan kita. Semua terangkai dalam episode tujuh puluh bagi dua. Bangga telah menjadi bagian dari sejarah dalam hajatan terbesar sekolah.  Episode inilah yang akan menyatukan  hati – hati yang rindu mengenang setiap langkah masa indah itu, OSIS SMADA 08 – 09. Satu hati Satu Jiwa Satu SMADA.