Tuesday, February 28, 2012

Tuhan berikan aku kesempatan untuk membuatnya tersenyum



Tuhan tolonglah sampaikan
Sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji
Tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya
Ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuhi maumu
Andaikan detik itu
Kan bergulir kembali
Kurindukan suasana
Basuh jiwaku
Membahagiakan aku
Yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu
Yang pernah terlewati

( yang terbaik bagimu ( jangan lupakan ayah ) – ADA band )

Pagi itu memang mendung, tak ada firasat dalam hati. Semua berjalan seperti biasanya. jum’at  17 February 2012 pukul 07.46, sebelum waktu bersimpuh dhuha untuk kemudahan dalam setiap langkah hari ini, bunyi HP menggertarkan meja pertanda ada short massage masuk inbox.
“ bpake lg skit, mngkin pnykit yg dlu kmbuh, wes do’akn sja cpet smbuh “, short massage dari kakak yang tak lagi pendek, sebab membuat hati ini menangis dan air mata meleleh.
“ bpake opname ? “ balasku segera ingin mendapat keadaan sang bapak.
“ during ngerti, do’akn aja sgera shat.. “, kakak coba menenangkan ku.
Perihnya hati segera ku adukan di 4 rakaat dhuha dan mendapatkan balasan jawaban “ bpake opname” yang dikirim ke inbox handphone.
Semakin menjadi perihnya hati ini, diimbangi pikiran yang tak terkendali karena ketidak siapan untuk secepat itu bapak akan meninggalkan kami. Janji hati ini untuk membuat beliau tersenyum tak akan tertunaikan, jika memang Allah memanggil bapak untuk menghadap. Semakin jauh pikiran ini, maka semakin teriris hati ini, semakin deras airmata yang membasahi pipi.
“ Ya Allah, izinkan aku membuat tersenyum bapak. Berika aku kesempatan untuk memberikan yang terbaik sebelum Engkau memanggilnya “, permohonan hati sebagai penenang jiwa yang terguncang.
Memang untuk kesekian kali bapak harus keluar masuk rumah sakit untuk menyembuhkan penyakit yang terakumulasi sejak dahulu. Mungkin ini karena dulu beliau bekerja keras untuk menafkahi keluarga tanpa memperhatikan kesehatannya sendiri. Mulai dari darah tinggi yang berujung gejala stroke hingga sebagian tubuh beliau sulit untuk digerakan. Alhamdulillah satu bulan kemudian beliau sembuh dan kembali normal. Lepas dari itu, ujian dari Allah belum usai hingga beliau terkena belspasi ( penyakit yang mengakibatkan orang cadel berbicara, mirip orang yang terkena stroke ), insomnia dan sekarang terdiagnosa gagal ginjal.
Sekain itu pulalah ku selalu berharap agar bapak tetap diberi kesehatan hingga ku dapat penuhi harapan beliau kepada anak – anaknya. Harapan yang semua orang mu’min pasti menginginkan. Pergi ke Baitullah untuk ibadah haji ataupun umrah. Itulah harapan beliau kepada kami yang pernah disampaikan saat kami sekeluarga dapat berkumpul, dengan mata berlinang menyampaikan harapannya yang membuat ku ingin sekali mewujudkan sebagai persembahan terindah dari sorang anak kepada kedua orang tuanya.
Itulah mengapa selalu ada harap dalam setiap do’a agar Allah memelihara kesehatan beliau hingga kami dapat mewujudkan harapan itu. Selalu ada harap agar Allah member kesempatan kepada kami untuk mewujudkannya sebelum menghadap ke rahmatullah. Membuat beliau tersenyum dan bangga kepada kami yang telah dididik menjadi anak sholih dan berbakti.
Namun sayang, hari itu juga belum bisa langsung pulang. Amanah dan janji yang ada harus diselesaikan. Meskipun harus tetap tersenyum dalam tangis setiap berjumpa sahabat dan kawan – kawan di kampus. Tak mungkin ku memberi kabar buruk kepada mereka tentang kondisi ini. Dan tetep terus berharap agar beliau segera berikan kesembuhan.
Sabtu 18 February. Keputusan untuk pulang sudah bulat. Meskipun kakak menghimbau agar tidak pulang jiak memang tidak bisa. Tapi, bertemu dengan bapak adalah obat dari kegelisahan ini. Harus pulang. Keramaian jalan dan sesaknya bus tak membuatku ramai, ku hanya meneteskan air mata menatap luar kaca jendela. Mengingat pesan dan keinginan beliau, karena sebentar lagi akan ku wujudkan itu. “ Allah berikanlah kesempatan untuk mewujudkan itu “
Tepat tengah hari, bibir ini mencium ta’zim tangan bapak yang tergolek lemah di bangsal pembaringan. Beliau mencoba tegar dan memperlihatkan bahwa sudah mulai membaik. Beliau tahu bahwa mata ini berkaca saat pertama datang. Beliau malah menanyakan bagaimana keadaan ku dan kapan sampai nganjuk. Terkadang memijat dan mengelus kaki beliau yang dingin membuat hati semakin kencang dan ingin berteriak kepada Allah agar segera menyembuhkan bapak..
Malam harinya, bersama kakak dan paman bergiliran menemani beliau di rumah sakit. Maklum, ibu juga sedang tidak dalam kondisi baik. Ternyata bersamaan dengan bapak, sudah hamper sebulan ini ibu sering sakit maag, menurut medis ibu terkena maag akut dan dapat menyerang liver mengharuskan ibu tidak boleh kerja berat dan terlalu lemah. Otomatis tinggal saya dan kakak yang harus bergiliran menunggui dan melayani bapak yang terbaring. Meskipun terkadang ibu juga datang untuk menunggui bapak.
Malam itu giliran ku berjaga untuk melayani keperluaan bapak, hingga beliau terlelap pun ku tetap harus terjaga mengantisipasi jika mendadak beliau menginginkan sesuatu. Malam ini adalah terakhir ku bisa menunggui bapak karena esok harus segera kembali ke surabaya. Malam – malam penuh kecemasan beriring harap terus terpanjat agar bapak segera mendapatkan kesehatan, mendapatkan kesempatan untuk segera menuju baitullah, mendapatkan tambahan waktu sampai kami mampu mewujudkan harapan yang pernah tersampaikan kepada kami.
“ ya allah berikanlah ku kesempatan untuk mewujudkan mimpi itu, berikan ku kesempatan membuat beliau tersenyum bangga kepada kami. Izinkan kami untuk pergi ke baitullah bersama, untuk tunduk beribadah kepada MU. “

Dalam cinta beriring do’a
Untuk bapak yang diuji kesabaran
Ruang Dahlia 205 A
RSUD Nganjuk
26 februari 2012
“ Mz bahar, bpake wes ng omah. Bpake wes sembuh. Gak usah kpikiran trus. Focus sinau wae “
Adik kecil ku mengirim sms kabar bapak yang telah berangsur membaik. Alhamdulillah, Engkau telah mengabulkan permintaan ini dan memberikan kesempatan untuk emmpersembahkan yang tebaik.

0 comments:

Post a Comment