Monday, February 13, 2012

Satu senyum, berjuta makna, beribu duga, dan akankah berakhir luka.?


Sebuah lambang kebahagian yang terpancar…
Dari bibir wajah manis nan bersinar…
Mekar senyum indah tak terkira…
Sebuah ungkapan penuh arti berjuta makna…
Terkadang,.. senyum itu manis dan tak jarang membawa duka…

Malam itu terasa berbeda, malam ramadhan yang tidak terencana. Malam ini bersama orang – orang hebat kampus perjuangan menikmati indahnya malam dengan secangkir minuman persembahan warung dadakan di sepanjang Jembatan MER. Bersama orang – orang yang melepas canda tawa kebahagian mereka di bawah siraman cahaya bulan tanggal 14. Semua orang tumpah ruah, berbagai latar belakang dan golongan. Terlihat di ujung mata, mereka semua bercakap – cakap sesekali tertawa keras. Entah apa yang mereka bicarakan, semua punya topik yang menarik untuk dibahasdan termasuk kami. Tak tahu bagaimana diskusi ini muncul, tiba – tiba salah seorang diantara kami memluai perbicaraan serius.
“ jangan suka senyum - senyum,,”.
 Aku hanya bengong dan tak ngerti apa maksudnya dan tetap enak dengan secangkir kopi di tangan.
“ awas lho nanti, apalagi kalau tersenyum seperti itu ke cewek....”. semakin tak mengerti aku tentang pa yang mereka bicarakan.
“ beneran ini..., bisa klepek – klepek nanti.., dan gak jelas,,,”. Ku pun hanya cengar – cengir semakin tak jelas.
“ masak sih, sampai segitunya ? “, tanya ku hanya iseng – iseng pengen ngetes apa reaki mereka.
 “ Benar koq, ane pernah ditegur oleh seorang akhwat karena itu, dan memang itu bisa membuat mereka para perempuan salah tingkah meskkipun senyum itu bukan kita tunjukan kepada mereka atu hanya maksud biasa aja....”. jelasnya  serius yang tetap aku tanggapi dengan cengar – cengir sok gak ngerti.
Aku semakin mengerti pembicaraan ini, ternyata bahasannya tentang arti sebuah senyum di ujung bibir. Sebuah pemanis wajah yang dapat membuat orang akan menghilangkan duka jika melihatnya. Senyum yang membuat kesusahan menjadi sebuah kemudahan
“ iya har, beneran itu....” tambah saudara asal Nganjuk juga.
“ cewek itu, bahkan akhwat sekalipun akan mengalami hal yang sama jika menghadapi seperti itu..”
“ itulah bahayanya jika tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya “.
“ oh ya, kamu itu hati – hati kalau senyum. Entah kenapa ada adik kelasmu yang kalau  pembicaraan itu menyebut nama mu dia langsung salting ”. semakin aku bengong
“ sampai – sampai dia itu ingin kuliah di its, tapi sayang gak kesampaian “.
Gila, ada juga orang yang nekat seperti itu. Astaghfirullah... setelah itu kutak lagi konsentrasi mengikuti pembicaraan. Pikiran ku tak lagi tenang, seperti ada rasa salah yang sangat besar menghinggapi hati. Sejenak ku berinstropeksi diri, dengan semua kata – kata dalam perbincangan tadi. Kata – kata nya mulai ku cerna dan pikiran melayang menapaki jejak kenangan yang terekam. Apakah aku salah dalam hal ini ?
Tapi, apakah benar itu karena sebuah senyuman ?, pertanyaan itu belum terjawab. Pikiran ini semakin tak jelas menggambarkan karena tertutup kabut rasa bersalah yang pekat. Rasa bersalah kepada orang yang telah terluka karena senyuman ini. Rasa bersalah jika senyum indah itu tidak ku berikan kepada orang yang seharusnya mendapatkan. Rasa bersalah karena orang yang menerima senyum itu mengartikan lain.
Teringat sebuah ungkapan, “Wajah merupakan cermin yang tepat bagi perasaan hati seseorang. Wajah yang ceria, penuh senyuman alami, senyum tulus adalah sebaik-baik sarana memperoleh teman dan kerja sama dengan pihak lain. Senyum lebih berharga dibanding sebuah pemberian yang dihadiahkan seorang pria. Dan lebih menarik dari lipstik dan bedak yang menempel di wajah seorang wanita. Senyum bukti cinta tulus dan persahabatan yang murni.”
Semoga allah mengampuni kesalahan ku atas apa yang aku kerjakan secara sengaja ataupun tidak sengaja, dan semoga orang yang tersakiti oleh senyuman ini mampu melapangkan hatinya utnuk sebuah kata “ maaf “. Karena hanya itu yang bisa menenagkan kegundahan dan rasa bersalah itu.
Dalam keheningan perenungan,  Sebait pesan nabi kepada umatnya, Nabi Muhammad saw telah bersabda, “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” Hadits Riwayat At Tirmidzi dalam sahihnya.
Dari Jabir ra., ia berkata, “Sejak aku masuk Islam, Rasulullah saw tidak pernah menghindar dariku. Dan beliau tidak melihatku kecuali beliau pasti tersenyum kepadaku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 Nabi Muhammad saw telah bersabda, “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” Hadits Riwayat At Tirmidzi dalam sahihnya.
Dan inilah senyuman yang terabadikan dalam Al Qur’an tentang kisah Nabi Sulaiman as, ketika Ia berkata kepada seekor semut, “Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba- Mu yang saleh”. An Naml:19
Itulah senyum, sebuah gerakan bibir mengembang penuh makna dari diri manusia. Senyum itu yang melambangkan kejiwan yang tak dapat ditutupi. Tapi, karena senyum itu ternyata dapat menimbulkan beribu duga bagi yang menerima. Sebuah ekspresi yang tak akan mampu ditutupi oleh jiwa yang ikhlas memberi dan berbagi kebahagian. Namun, jika senyum itu terbagi pada orang yang tak seharusnya, maka semua kejadian tak akan mampu terduga. Karena sebuah senyum juga dapat membawa duka. Duka yang karena semua itu tidak pada saatnya menerima.
Sungguh, sebuah senyuman diujung bibir ini sarat akan arti dan ekspresi. Tapi, apakah senyum ini akan berakhir menjadi duka ?
Dan sekarang pun ku mengerti..
Bahwa sebuah senyum itu menimbulkan reaksi..
Sebuah refleksi akan isi hati…
Sebuah ekspresi cinta titipan illahi….
Sebuah amanah besar namun sering terlupakan…
Bahwa cinta itu akan diminta..
Karena seharusnya dia ditempatkan pada yang Kuasa.


Surabaya, 9 September 2011
Sebuah ekspresi
untuk segara mengakhiri
agar tak ada hati yang semakin tersakiti.

0 comments:

Post a Comment