Pemodelan pencemaran laut
Pencemaran adalah sebarang penambah
pada udara, air, dan tanah atau makanan yang membahayakan kesehatan,
keratahanan atau kegeiatan manusia atau organisme hidup lainya. Sedangkan
berdasarkan undang – undang no. 23 tahun 1997, pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan oleh manusia sehingga
kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tersebut
tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya.
Dalam konteks pencemaran laut, maka
pencemaran laut dapat diartikan sebagai masuknya zat atau energi secara
langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia ke dalam lingkungan laut,
sehingga menimbulkan akibat yang merugikan baik bagi manusia maupun lingkungan.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat digaris bawahi bahwa penambahan zat
atau energi sehingga terjadi pencemaran laut tidak hanya terjadi secara alami,
namun juga karena kegiatan manusia. Secara alami contohnya, tsunami, badai atau
gunung meletus. Sedangkan karena kegiatan manusia contohnya kecelakaan kapal,
tumpahnya minyak di laut, pembuangan hasil pengerukan atau pembangunan wilayah
pantai.
Dari pengelompokkan diatas, maka
dapat diidentifikasi bahwa sebaran sumber dari pencemaran laut dapat dibedakan
menjadi;
Point source
Yaitu sember pencemaran dapat
diketahui dengan jelas lokasi sumbernya. Misalnya, sumber pencemaran dari
instalasi pembuangan limbah pabrik atau industri, tumpahan minyak dan buangan
energi panas dari pendingin PLTU.
Non Point Source
Yaitu sumber pencemar yang tidak
terlokalisir secara definitif, misal limbah rumah tangga yang tidak
terintegrasi dengan wilayah pesisir, sedimentasi dari aliran sungai dari
pegunungan.
Interaksi Limbah pencemar laut dengan air laut
Begitu masuk ke perairan pesisir
dan laut, limbah akan berinteraksi dengan air laut dan menghasilkan perilaku
limbah yang khas sesuai dengan zat limbah tersebut. Perilaku tersebut dapat
berupa menguap, larut, terdispersi dan sebagainya. Sehingga hal ini selanjutnya
akan mengubah konsentrasi limbah dan intentsitasnya serta dampaknya terhadap
lingkungan. Selain itu, Dinamika air
laut menyebabkan terjadinya transportasi unsur – unsur kimia yang penting bagi
kehidupan di laut. Salah satu contohnya adalah pergerakan atau distribusi zat
hara di pesisir yang dibantu oleh dinamika arus dan turbulensi. Diantara proses – proses tersebut adalah
Proses ADVEKSI dan Proses DIFUSI, baik secara molekular ataupun turbulen,
pengendapan (sedimentasi), dispersi, penguapan, penyerapan, penyebaran dan
reaksi fotolitik.
ADVEKSI : penyebaran partikel atau
polutan yang disebabkan oleh adanya gerakan massa medium fluida disebabkan oleh
arus. Adveksi menyebabkan transportasi/ perpindahan polutan dari satu lokasi
kelokasi lain sesuai dengan sirkulasi air laut.
Difusi Molekuler : penyebaran
partikel karena gerakan random molekul yang sering dideskripsikan dengan hukum
Fick atau persamaan difusi klasik. Dimana laju pemnyebaran partikel diasumsikan
sebanding dengan perbedaan konsentrasi partikel pada arah gerakan penyebaran.
Difusi Turbulen : penyebaran
partikel secara acak karena gerakan turbulensi, sering juga dianalogikan dengan
difusi molekuler dengan memiliki koefisien difusi lebih besar. Koefisien
turbulen seringkali disebut juga dengan istilah koefisien “eddy”.
Dispersi : penyebaran partikel atau
sekumpulan polutan oleh karena kombinasi efek shear dan difusi molekuler
ataupun turbulen. Efek shear sendiri dapat diartikan adveksi partikel fluida
dengen kecepatan berbeda pada lokasi yang berbeda.
Pemodelan Penyebaran Polutan / Limbah Pencemar Laut
Karena proses – proses yang begitu
kompleks, baik perilaku polutan maupun proses penyebarannya, maka pemodelan
bisa dilakukan sebagai salah satu teknik pendekatan untuk melihat proses yang
dominan terjadi. Dengan kata lain, pemodelan dilakukan untuk menyederhanakan
proses – proses yang begitu kompleks. Pemodelan penyebaran polutan yang akurat
akan bermanfaat untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan
keputusan.
Pemodelan yang akurat membutuhkan
representasi yang memadai baik mengenai parameter, proses, dan kondisi batas
pemodelan. Semakin banyak asusmsi yang digunakan, maka semakin mudah untuk
diselesaikan, namun hasilnya menjadi kurang realistis di lapangan. Sedangkan
sebaliknya, semakin kompleks model, semakin rumit dan semakin akurat hasil di
lapangan. Keakuratan hasil sangat
dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain data – data lapangan yang valid.
Beberapa software pemodelan numerik
untuk perilaku penyebaran polutan atau limbah di daerah laut antara lain,
Surface water Modeling System (SMS), Mike 21 by DHI dan DELFT 3D. Secara umum,
kunci dari pemodelan ini adalah pemodelan hidrodinamik dan pemodelan limbah itu
sendiri. Oleh karena itu, data yang diambil haruslah valid dan memenuhi
kebutuhan sebagai input model. Dari ketiga software pemodelan tersebut, paling
tidak harus ada beberapa data yang disiapkan, antara lain;
1. Data
Batimetri
2. Data arus
3. Dan Pasang
surut
4. Suhu
perairan
5. Data
polutan ; konsentrasi, suhu dsb
Sehingga untuk mendapatkan data
yang valid tersebut, maka pengambilan data perlu dikerjaan oleh orang yang
profesional dan paham dengan software – software yang akan digunakan. Untuk itu
anda bisa menghubungi (Baharudin Fahmi By Phone/WA 089676363990) sehingga data
yang anda perlukan untuk model valid, atau jika butuh model, juga bisa hubungi
nomer di atas untuk pengerjaan model.
contoh variabel dalam Modul Mike untuk Envirometal Analysis
0 comments:
Post a Comment