Wednesday, January 7, 2015

Juragan Do'a

Perjalanan hari ini cukup memberikan pelajaran lebih, menggali makna setiap langkah petualangan. memulung hikmah memungut kata hingga terangkai indah yang membekas bagi mereka yang merasakan. Hari ini saya ditunjukan sebuah fenomena yang sebenarnya sudah lama terdengar namun baru kali ini melihat langsung. Bukan hanya satu atau dua, ternyata jumlahnya belasan. "Profesi" baru sebagai Juragan Do'a
Juragaan do'a
Dijaman ekonomi liberal nan kapitalistik ini, semua hal pun bisa dijadiakan Untuk jadi komoditas dagang. Salah satu jenis komoditas dagangnya adalah do'a, dengan label bisnis islami. Ya, mereka yang berbisnis do'a akan memasang tarif sekian untuk setiap do'a yang mereka keluarkan dari mulutnya. Masalah Jeni's tarifnya, tentu beda-beda, semua tergantung berapa besar masalah yang dihadapi pembeli, cepat lambatnya trrkabulnya do'a juga pertimbangan lain. Sang juragan do'a kadang juga member tomb an goan hal lain, seperti kalau orang sakit seberapa parah sakitnya, kalau koruptor berapa keringanan hukuman yang akan dia terima. Pokoknya semua bisa diatur, juragan do'a siap berkomat-kamit sampai meniren untuk memenuhi kepuasan Pelanggan. Lhat Wong dia gak perlu Kolak'an Untuk setiap do'a yang dia keluarkan. Tentu saja berbisnis dengan komoditas dagangnya do'a menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan.
Dalil yang digunakan pokoknya, "berdo'alah kepada KU mana akab AKU kabulkan". Semua orang percaya, Karena itu memang ayat alQuran. Kadang masih dit am baht am bahi beberapa dalil sabda baginda SAW Untuk meyakinkan pembeli. Sang juragam juga memberi slogan do'a adalah senjata kaum muslim, sehingga pembeli do'a semakin tersugesti.
“Do’a agar diberi keamanan ada nggak gan?”, Tanya seorang yang kiranya mau meminta dicarikan do’a.
“Mengapa mencari masih aman?”, juragan itu coba meng-kepo pasiennya.
“Biar ndak ditangkap KPK”, katanya polos memelas agar bisa ada do’a tidak tertangkap dan dimasukan penjara. Maklum, sebagai orang yang punya jabatan tinggi, korupsi sana – sini sudah dilakukan dengan lazim.
“Jangan mikir yang macam-macam lho gan. Saya ini begini-begini sudah haji, umroh beberapa kali dan membangun panti asuhan”, lanjutnya.
“oh..oh.. hmm”, sambil berkonsentrasi membolak-balikan buku kumpulan do’a.
“ada gan?”, harapnya cemas.
“ini do’anya, dibaca setiap hari”, sambil memberikan secarik kertas kepada pasiennya.
Dikiranya Gusti Allah itu bisa ditipu, dikiranya tidak tahu apa yang ia lakukan. Berdo’a macam-macam, ingin ini dan ingin itu. Belum lagi yang rakus lagi tamak, sudah banyak harta masih saja beli do’a ingin kaya. Harusnya kan beli do’a agar tidak ditanya soal hartanya pas nanti di akhirat. Semacam surat bebas pemeriksaan. Huhh.. mereka itu. Uang hasil korupsi di sumbangin ke panti asuhan, masjid sekalian minta do’a biar selamat dari pengadilan. Pergi haji berdo’a ke baitullah, menangis sambil memohon tidak tertangkap KPK.. Gusti Allah kate dibujuki.
Kalau itu tadi Juragan do’a yang kelas kakap, harus setor berapa untuk mendapatkan do’a. Sekarang kita lihat juga, juragan do’a yang kelasnya kecil-kecil. Buka lapak ditengah jalan. Disediakan kotak atau bahkan keranjang untuk setiap orang yang lewat. Mereka yang kemudian pas lewat kemudian memasukan uang berapun itu, akan mendapat do’a yang panjangnya dari masyrik sampai maghrib. Do’a nya diobral sana-sini. 100 perak sama 1000 do’a nya sama panjangnya. Orang yang di do’akannya pun gak mendengar do’anya dan belum tentu butuh do’anya. Lha wong dia yang penting ngelempar uang dan gak butuh do’anya.
Hah, kalian mau jadi juragan do’a ? bisnis baru yang bisa ngalahin MLM. Kalau sudah besar usaha mu nanti bisa dibuka waralaba-nya. tinggal ngasih ijazah do'a nya. secarik kertas dan bolpoin. 




0 comments:

Post a Comment