Perjalanan hari ini cukup memberikan pelajaran lebih, menggali
makna setiap langkah petualangan. memulung hikmah memungut kata hingga
terangkai indah yang membekas bagi mereka yang merasakan. Hari ini saya
ditunjukan sebuah fenomena yang sebenarnya sudah lama terdengar namun baru kali
ini melihat langsung. Bukan hanya satu atau dua, ternyata jumlahnya belasan.
"Profesi" baru sebagai Juragan Do'a.
Juragaan do'a
Dijaman ekonomi liberal nan kapitalistik ini, semua hal pun bisa
dijadiakan Untuk jadi komoditas dagang. Salah satu jenis komoditas dagangnya
adalah do'a, dengan label bisnis islami. Ya, mereka yang berbisnis do'a akan
memasang tarif sekian untuk setiap do'a yang mereka keluarkan dari mulutnya.
Masalah Jeni's tarifnya, tentu beda-beda, semua tergantung berapa besar masalah
yang dihadapi pembeli, cepat lambatnya trrkabulnya do'a juga pertimbangan lain.
Sang juragan do'a kadang juga member tomb an goan hal lain, seperti kalau orang
sakit seberapa parah sakitnya, kalau koruptor berapa keringanan hukuman yang
akan dia terima. Pokoknya semua bisa diatur, juragan do'a siap berkomat-kamit
sampai meniren untuk memenuhi kepuasan Pelanggan. Lhat Wong dia gak perlu
Kolak'an Untuk setiap do'a yang dia keluarkan. Tentu saja berbisnis dengan
komoditas dagangnya do'a menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan.
Dalil yang digunakan pokoknya, "berdo'alah kepada KU mana
akab AKU kabulkan". Semua orang percaya, Karena itu memang ayat alQuran.
Kadang masih dit am baht am bahi beberapa dalil sabda baginda SAW Untuk
meyakinkan pembeli. Sang juragam juga memberi slogan do'a adalah senjata kaum
muslim, sehingga pembeli do'a semakin tersugesti.
“Do’a agar diberi keamanan ada nggak gan?”, Tanya seorang yang
kiranya mau meminta dicarikan do’a.
“Mengapa mencari masih aman?”, juragan itu coba meng-kepo
pasiennya.
“Biar ndak ditangkap KPK”, katanya polos memelas agar bisa ada
do’a tidak tertangkap dan dimasukan penjara. Maklum, sebagai orang yang punya
jabatan tinggi, korupsi sana – sini sudah dilakukan dengan lazim.
“Jangan mikir yang macam-macam lho gan. Saya ini begini-begini
sudah haji, umroh beberapa kali dan membangun panti asuhan”, lanjutnya.
“oh..oh.. hmm”, sambil berkonsentrasi membolak-balikan buku
kumpulan do’a.
“ada gan?”, harapnya cemas.
“ini do’anya, dibaca setiap hari”, sambil memberikan secarik
kertas kepada pasiennya.
Dikiranya Gusti Allah itu bisa ditipu, dikiranya tidak tahu apa
yang ia lakukan. Berdo’a macam-macam, ingin ini dan ingin itu. Belum lagi yang
rakus lagi tamak, sudah banyak harta masih saja beli do’a ingin kaya. Harusnya kan
beli do’a agar tidak ditanya soal hartanya pas nanti di akhirat. Semacam surat
bebas pemeriksaan. Huhh.. mereka itu. Uang hasil korupsi di sumbangin ke panti
asuhan, masjid sekalian minta do’a biar selamat dari pengadilan. Pergi haji
berdo’a ke baitullah, menangis sambil memohon tidak tertangkap KPK.. Gusti Allah kate dibujuki.
Kalau itu tadi Juragan do’a yang kelas kakap, harus setor berapa
untuk mendapatkan do’a. Sekarang kita lihat juga, juragan do’a yang kelasnya
kecil-kecil. Buka lapak ditengah jalan. Disediakan kotak atau bahkan keranjang
untuk setiap orang yang lewat. Mereka yang kemudian pas lewat kemudian
memasukan uang berapun itu, akan mendapat do’a yang panjangnya dari masyrik
sampai maghrib. Do’a nya diobral sana-sini. 100 perak sama 1000 do’a nya sama
panjangnya. Orang yang di do’akannya pun gak mendengar do’anya dan belum tentu
butuh do’anya. Lha wong dia yang penting ngelempar uang dan gak butuh do’anya.
Hah, kalian mau jadi juragan do’a ? bisnis baru yang bisa ngalahin
MLM. Kalau sudah besar usaha mu nanti bisa dibuka waralaba-nya. tinggal ngasih ijazah do'a nya. secarik kertas dan bolpoin.