Monday, July 27, 2015

Catatan Akhir Ramadhan (3)

Nyekar

Salah satu bagian dari tradisi orang – orang di sekitar saya ketika menjelang ramadhan ataupun idul fitri adalah nyekar. Nyekar berasal dari kata sekar (bahasa jawa) atau dalam bahasa Indonesia berarti Bunga. Mendapat imbuhan Ny- yang kemudian berarti melakukan. Sehingga tradisi Nyekar adalah tradisi menabur bunga di makam orang tua atau sanak saudara. Umumnya yang paling ramai adalah waktu menjelang ramadhan atau menjelang idul fitri. Meskipun sebenarnya para ulama menganjurkan untuk melakukan setiap hari kamis sore atau malam jum’at. Namun tidak hanya menabur bunga, membersihkan makan dan menyiram air wangi, orang – orang yang berdatangkan ke makam juga mendo’a kan orang tua atau sanak saudara yang telah mendahuli, biasanya berbekal buku yasin yang diperoleh dari acara 100 hari kematian.
Dulu saya sering ikut paman untuk melakukan nyekar, namun sudah beberapa tahun terakhir ini saya sudah tidak dapat ikut sebab setiap awal ramadhan pasti di perantauan atau kalau pas akhir ramadhan menjelang idul fitri ternyata paman gak ke makam. Datang sendiri ? maaf, saya tidak hafal di mana letak makam kakek saya dari jalur ibu dan saudara – saudara yang lain. Sehingga jika tidak bersama sanak saudara pasti akan salah makam orang lain.
Dua tahun lalu saya tidak ikut nyekar, namun hanya bersepeda keliling kampung sekitar rumah tempat tinggal saya. hampir semua makan yang saya lewati tidak ada yang sepi, semua penuh dengan pengunjung, dan hal ini adalah rezeki bagi para pedangan bunga dadakan. Biasanya harga perbungkus bunga sekitar Rp 2500 – Rp.3000.
Ada pengalaman menarik yang menurut saya tidak biasa. Sebab memang baru itu saya menemui kejadian tersebut. Ada dua sepasang suami istri pergi ke makam (mungkin) orang tuanya, membawa rantang yang entah berisi apa. Saya hanya melihat dari jauh, sebab ketika itu saya sedang berada di depan makam kakek saya. Saya hanya melihat dari kejauhan apa yang akan mereka lakukan dengan rantang yang dibawa ke makam. Apakah mereka akan makan bersama ? kan belum waktunya buka. Sesaat kemudian saya melihat ibu itu menuangkan isi rantang itu ke makam. Oh, air yang wangi itu mungkin, pikir saya.
Setelah saya selasai di makam kakek saya, saya sempatkan untuk melihat tempat yang tadi dikunjungi sepasang suami istri tadi. Saya masih penasaran dengan apa yang ada di dalam rantang tadi. Sebab hal itu tidak biasa, biasanya orang datang hanya dengan membawa sebungkus bunga. Begitu saya sampai di makam yang dikunjungi pasangan tersebut, ternyata yang mereka adalah soto (mungkin) kesenangan orang yang di dalam makam. Begitu cintanya kedua orang tadi sampai – sampai meskipun sudah meninggal masih dibawakan soto.

Ah.. namun sayangnya sampai hari ini saya belum pernah menemukan anak muda seusia saya melakukan nyekar dan kemudian mendo’a kan di makam sanak saudaranya. Mungkin mereka sudah mendo’a kan dari rumah dan khusus di setiap akhir dzikir setelah sholat. Dan semoga bukan karena mereka sudah tidak ingat dengan sanak saudara yang sudah mendahului atau orang tua nya yang telah tiada.

Related Posts:

  • Memukul Idealisme senja ufuk barat tertalu indah untuk dilewatkan. saat gelap memukul telak mentari, seperti halnya saat liberalisme memukul telak matrealisme hingga tersungkur dari peradaban dunia. semua akan bergilir, bahkan kemenangan pun … Read More
  • [seri] Sisi Lain dunia diluar kita 6 [seri] Sisi Lain dunia diluar kita 6 Kisah#6 “Masih tentang menjaga kemuliaan diri” Perjalanan pulang kampung kali ini berbeda, tak ada lagi berdesakan. Karena kereta api sangatlah longgar. Dalam perjalanan ini,  me… Read More
  • [seri] Sisi Lain dunia diluar kita 7 #belajar “membaca” lebih Setiap kita sudah bisa membaca dari kecil, dari SD bahkan dari TK. Kita sudah hafal dan dan sangat lancar kalau urusan membaca.  Tapi yang menjadi masalah adalah, kita hanya sekedar membaca. … Read More
  • Puisi H. Taufiq Ismail sebuah karya perlawanan dan refleksi perjuangan bangsa. Sebuah jaket berlumur darahKami semua telah menatapmuTelah pergi duka yang agungDalam kepedihan bertahun-tahun. Di bawah terik matahari JakartaAntara kebebasan dan … Read More
  • Nasihat Sang Guru Beginilah kita seharusnya Kader yang menyikapi jabatan yang diterimanya lebih sebagai amanah dari pada kehormatan, akan dengan cepat belajar menyesuaikan diri dan memahahami karakteristik tugas dan tantangannya. Bawahan y… Read More
  • Menggugurkan Bunga di musim semi Selamat datang musim semi……… Pohon itu sudah tak sabar menunggu datangnya kesejukan musim semi, masa penantian panjangnya kini hampir saja usai. Perjuangan melawan musim kemarau adalah perjuangan hidup mati. Pohon itu … Read More
  • 12-12-2012 sore itu selalu menarik, memberikan lukisan pemandangan yang selalu bergantian. Hingga tak ada kebosanan untuk selalu memandang, menengadahkan wajah ke langit bersama gumpalan awan jingga senja. Senja selalu memberikan … Read More
  • 16 November 2013 lorong itu belum berubah, tetap gelap sedikit penerangan, dan yang pasti adalah sepi. bangunan ini baru, namun arsitektur bangunan kuno tetap dipertahankan. entah apa maksud dari perencangnya, menimbulkan efek menyeramka… Read More
  • Mudahkan orang lain, maka Allah akan memudahkan mu Manungsa mung ngunduh wohing pakarti mulo Mohon, mangesthi, mangastuti, marem. Memayu hayuning pribadi; memayu hayuning kulawarga; memayu hayuning sesama; memayu hayuning bawana Manusia itu memanen dari buah budi pekert… Read More
  • Kuncilah semua dengan SABAR Selalu dan selalu, buku tua itu memberi inspirasi dalam setiap perenungan, memberi jawaban atas kesumpekan hari ini. Buku tua itu memang sudah tak menarik lagi untuk dipandang, tapi ingatlah “jangan lihat buku dari sampul … Read More

0 comments:

Post a Comment