Sunday, July 26, 2015

Catatan Akhir Ramadhan

Tak perlu berterimakasih untuk sebuah kewajiban

Pekerjaan tambahan saya setiap akhir ramadhan, terutama saat tanggal 28 – 29 ramadhan adalah menjadi kurir amplop berisikan titipan sejumlah amplop untuk diantarkan kepada orang yang tertera di amplop. Yaaa.. amplop berisi sejumlah uang yang diakad kan sebagai zakat mal yang dikalkulasi dalam setahun dan dibagikan tiap ramadhan, juga infaq dan shodaqoh. Tugas saya adalah mengantarkan uang tersebut dari rumah ke rumah dan tanpa menyebut dari siapa kalau tidak ditanya. Kebetulan sekitar tempat tinggal saya tahun ini tidak ada panitia pengumpulan zakat, apalagi LAZ yang memang bekerja focus menangani masalah ZISWAF. Tulisan ini hanyalah sedikit pengalaman dari hasil mengetuk pintu satu ke pintu yang lain.
Pasti kita sudah dapat menebak, bagaimana ekspresi orang yang mendapat kiriman amplop dari muzzaki tersebut. Ada yang wajah berbinar berucap Alhamdulillah dan berulang kali kata terimakasih. Memang tidak salah sebenarnya dan memang seharusnya bersyukur kepada Allah dengan ucapan Alhamdulillah. Namun untuk terimakasih?, yah, mungkin hanya untuk kepantasan saja mereka yang menerima amplop itu berucap terimakasih, orang jawa mengistilahkan abang – abange lambe. Kalaupun tidak berucap terimakasih pun wajar dan orang yang memberi tidak perlu kesal dengan sikap itu. Hmm, mungkin kebanyakan orang akan berfikir mengapa tidak perlu mengucapkan terimakasih.
Mungkin kita perlu mengingat pesan kanjeng Nabi SAW tentang setiap rezeki yang kita terima, “Bahwa disetiap rezeki yang kita terima ada hak orang lain”. Perlu saya tegaskan HAK ORANG LAIN. Hak itu jika berupa zakat sudah diatur siapa saja yang menjadi penerima HAK tersebut dalam 8 golongan, sedangkan untuk infaq dan shodaqoh lebih fleksibel. Sebab itu sudah menjadi HAK orang lain, maka mau tidak mau, suka tidak suka, kita wajib memberikan HAK itu. Jika kita tidak memberikannya, maka kita termasuk memakan HAK orang lain dan anda lebih paham ancaman dari Nabi bagi para pemakan hak saudaranya.
Sehingga sah – sah saja jika orang yang menerima zakat, infaq atau shodaqoh  tidak mengucapkan berterimakasih orang yang memberik Zakat, infaq atau shodaqoh.. lha wong itu sudah hak mereka yang memang harus diterima. Mungkin itulah salah satu manfaat adanya amil zakat, orang yang memberi dan menerima tidak perlu langsung bertemu sehingga jika tidak mengucapkan terimakasih kepada pemberi tidak terjadi kemarahan dan sebagainya. Meskipun saya juga kadang masih berfikir ulang jika pada penyalurannya tidak sampai pada orang yang di sekitar tempat tinggal saya. (lebih lengkapnya baca tulisan ini)
Padahal kalau kita merenung lebih jauh, keberadaan 8 golongan penerima zakat adalah keuntungan bagi para muzzaki, yang tujuannya untuk menyucikan harta – hartanya. Tapi jangan anda berfikir kalau koruptor akan suci harta hasil korupsi dengan berzakat, beda hitungan itu. kembali lagi, kalau kita merenung lebih jauh, coba bayangkan kalau para 8 golongan yang berhak mendapatkan zakat itu menolak. Mau kita kasihkan kepada siapa ? atau sudah tidak ada yang mau menerima zakat, bagaimana menyucikan harta kita?

Mungkin seharusnya orang yang mengucapkan berterimakasih adalah para muzzaki, bukan mustaqiq. Dan kalau hanya mengeluarkan zakat atau infaq dan shodaqoh sekedarnya saja, orang harusnya tidak perlu jumawa, lha woang itu sudah kewajiban. Kewajiban itu hanya standar rendah saja. kebacut kalau standar bawah tidak sampai. Maka jika anda mendapati orang tidak mengucapkan terimakasih kepada anda atas pemberian zakat, infaq atau shodaqoh, anda tidak perlu marah dan andalah seharusnya yang berterima kasih kepada mereka. Sebab mereka telah mau membatu anda membersihkan harta dan jiwa anda.

0 comments:

Post a Comment