Monday, March 18, 2013

Syekh Ahmad Yasin




Nama beliau sudah tak asing lagi bagi orang – orang yang selalu mengikuti perkembangan tentang Palestina. Beliau termasuk orang utama yang menjadi panutan dan idola bagi anak – anak di seluruh pelosok negeri ini. Syekh Yasin, nama lengkapnya Syekh Ahmad Ismail Yasin lahir tahun 1938 di desa Al-Jura, sebelah selatan kota Gaza, syahid pada saat sedang puasa sunah Senin- Kamis, hari Senin, 1 Shafar 1425 H/ 22 Maret 2004 M karena dihantam rudal penjajah Zonis Israel setelah melaksanakan sholat subuh berjama’ah di masjid Al-Mujama’ Al-Islami, Gaza. Beliau merupakan tokoh spiritual gerakan Hamas, Qiyadah/ pemimpin bagi pejuang dan rakyat Palestina melawan penjajah Zionis Israel.
Walaupun usianya uzur, kondisi tubuhnya lumpuh dari leher hingga ujung kaki, setiap hari harus menggunakan kursi roda, tidak menghalangi beliau untuk berdakwah, memimpin dan membina umat, rakyat Palestina khususnya di Gaza. Beliau memiliki ‘izzah/ kemuliaan sehingga disegani dan dicintai kawan, ditakuti lawan dalam hal ini penjajah Zionis Israel. Sebagai tokoh spiritual dan qiyadah dalam perjuangan, Syekh Ahmad Yasin banyak memberikan keteladanan bagi pengikutnya dan rakyat Palestina, juga bagi umat Islam yang rindu syahid di jalan Allah.
Dalam suatu khutbahnya, Syekh Ahmad Yasin pernah berkata: Umat ini tidak akan pernah memiliki kemuliaan dan meraih kemenangan kecuali dengan Islam. Tanpa Islam tidak pernah ada kemenangan. Kita selamanya akan selalu berada dalam kemunduran sampai ada sekelompok orang dari umat ini yang siap menerima panji kepemmpinan yang berpegang teguh kepada Islam, baik sebagai aturan, prilaku, pergerakan, pengetahuan, maupun jihad. Inilah satu-satunya jalan. Pilih Allah atau binasa!
Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan) mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS: Al-Imran/3: 126).

Suatu ketika ada seorang penganut Kristen di kota Ramallah, Tepi Barat, Bassam Hana Rabbah namanya. Dia datang menemui Syekh Ahmad Yasin untuk mengadukan permasalahannya karena ada seseorang di Gaza melakukan penipuan terhadap dirinya. Syekh Ahmad Yasin yang juga pimpinan Dewan Islah (perdamaian) dengan bijaksana mampu mendamaikan antara Bassam Hana Rabbah seorang Kristen dengan seseorang yang telah melakukan penipuan.
Syekh meresponnya dengan serius, bahkan mampu bersikap adil terhadapku. Hak-hak saya pun bsa kembali saya nikmati. Sebagai tanda terima kasih, sebagian hartaku diberikan kepada Dewan Islah, tutur Hana Rabbah. Sebagai seorang Qiyadah/pemimpin, Syekh Ahmad Yasin tidak cinta dunia, tidak gila harta, bahkan kehidupannya sangat sederhana.
Mariyam Ahmad Yasin menceritakan tentang sikap hidup ayahnya:
Rumah ayah terdiri dari 3 kamar dengan jendela yang sudah rapuh. Rumah ini sangat sederhana sekali. Ini fakta bahwa ayahku tak cinta dunia, namun cinta akhirat. Banyak yang menawari beliau untuk memiliki rumah seperti pejabat tinggi negara, namun ditolaknya. Bahkan pernah suatu ketika, Pemerintah Otoritas Palestina memberi sebuah rumah besar di suatu kampung mewah di Gaza, . Namun Tawaran itupun di tolak, ia tidak peduli dengan berbagai ragam bentuk kesenangan duniawi.
Rumah ini sangat sempit. Tidak ada lantai, dapurpun ala kadarnya. Jika musim dingin, kami kedinginan. Namun jika musim panas tiba, kami pun kepanasan. Ayah sama sekali tidak memikirkan untuk merenovasi rumahnya. Ia justru sibuk mempersiapkan rumah di akhiratnya. Adapun kondisi psikis, Alhamdulillah, kami cukup sabar, karena kami percaya. Insya Allah, kami akan melihatnya lagi di surgaNYa nanti. Untuk itulah kami juga sangat berharap bisa mati syahid seperti beliau.
Jika Syekh Ahmad Yasin ingin kaya, harta menumpuk, rumah mewah bertingkat, mobil mengkilat lebih dari empat, makanannya serba lezat, semuanya bisa saja beliau dapatkan, bukankah beliau mempunyai pengikut yang taat, kedukukan yang memikat, akan tetapi semuanya itu tidak beliau lakukan untuk memperkaya diri di tengah pengikut dan rakyatnya yang sedang sengsara dan menderita, akibat penjajah, sekali lagi tidak!
Syekh Ahmad Yasin memiliki iman dan perasaan yang tinggi, beliau sangat cinta dan peduli kepada umat yang pada hakekatnya adalah umat Nabi Muhammad saw.
Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS:An Nisaa/4: 69).
Senin 22 Maret 2004, empat tahun yang lalu, selepas keluar dari masjid usai menunaikan shalat subuh, mobil yang ditumpangi Syaikh Yasin dibombardir tiga rudal yang ditembakan pesawat heli tempur Apache Israel buatan Amerika. Syaikh Yasin gugur syahid bersama delapan orang lainnya. Itulah akhir kehidupan yang memang ia inginkan dan telah menjadi kehendak Allah. Syaikh Yasin gugur syahid setelah menyempurnakan bangunan perlawanan dan merasa tenang karena bangunan tersebut sangat indah, kuat, dan kokoh.
Syaikh Yasin adalah simbul perlawanan dan sekaligus guru para mujahid. Meskipun seluruh sekujur lumpuh dan seluruh hidupnya dibelenggu oleh terali besi namun dia adalah seorang yang penggerak yang membangunkan dunia dan mukmin yang merdeka. Seorang kolomnis asal, Mesir Dr. Kamal al Mishri dalam sebuah artikelnya menyebut Syaikh Yasin sebagai “Al ‘Aqid Alladzi Aqama al ‘Alam” (Orang Lumpuh yang Membangunkan Dunia). Kata Kamal al Mishri, “Ketika Anda melihat (realita fisiknya) kemudian Anda mendengar capaian-capaian yang dihasilkan, Anda akan memahami betul firman Allah swt di dalam hadist qudsi, ‘Maka jika Aku mencintainya, Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, Aku adalah penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, Aku adalah tangannnya yang dia gunakan untuk memukul, dan Aku adalah kakinya yang dia gunakan untuk berjalan.’” (HR. Bukhari).
Dia hanyalah seorang lelaki lumpuh yang membangun ide perlawanan hingga menjadi sosok yang tidak disebut kecuali dengannya. Sampai hari ini, setiap orang baik lawan maupun kawan tetap menaruh hormat kepadanya. Namanya senantiasa disebut di seluruh dunia. Di adalah Amir Mujahidin Palestina dan guru perlawanan yang gugur oleh tangan-tangan biadab Zionis Israel.
Syaikh Ahmad Yasin adalah sosok manusia intimewa dan unik pada zamannya, tokoh besar dan bintang bagi orang-orang sejenisnya, menjadi cahaya bagi rekan-rekannya, sosok menakjubkan bagi mereka yang hidup di masanya, perhiasan bagi tokoh setarafnya, pahlawan di era kekalahan, pemberani di tengah iklim ketakutan, pemimpin di samudera kelemahan, raksasa di tengah kehinaan, kemuliaan di medan kerendahan. Sosok yang menjadi harapan di tengah segala kebuntuan, sosok ketegaran dalam menghadapi kekalahan dan keruntuhan. Dia adalah pribadi yang memiliki hikmah di tengah kerancuan, ketergelinciran akal, kebutaan mata hati dan keimanan di tengah-tengah suasana keterkoyakan dan hilangnya identitas. Dia adalah sosok yang meneguhkan keyakinan pada pertolongan Allah dan janji-Nya terhadap kaum mukmin di tengah kegelapan, kesesatan, kebencian para musuh, dan kecemasan jiwa.
Seperti diungkapkan Prof. Dr. Taufiq Yusuf al Wa’i, dalam karyanya ”Qaadat al-Jihaad al-Filistiini fii al-Ashr al-Hadiits: Kifaah, Tadhiyyah, Butuulaat, Syahaadaat”, semua gambaran di atas terdapat pada sosok lumpuh yang tak mampu berdiri ini; sosok yang kedua tangannya pun lumpuh tidak mampu membawa sesuatu; sosok yang kurus dan lemah; tubuh yang terserang oleh berbagai penyakit; penglihatan yang telah kabur kecuali hanya seberkas sinar dari satu mata; serta penderitaan dan sakit yang tak kunjung reda. Bukankah ini sesuatu yang menakjubkan? Bukankah ia merupakan tanda kebesaran Tuhan dan wujud anugerah-Nya? Sosok tersebut hidup untuk misi dan untuk umatnya. Ia menghabiskan usianya dalam dakwah. Ia adalah jihad yang terus berjalan, teladan yang terus bergerak, panutan yang memancarkan cahaya dan keimanan, serta pemahaman dan pengetahuan di tengah jarangnya orang yang tulus, di tengah sedikitnya keikhlasan, serta di tengah lenyapnya suara kebenaran dan ketegasan. Syaikh Yasin datang sebagai pemimpin bagi para mujahid, tokoh bagi para dai, guru yang bijak dan teladan yang agung bagi para pendidik. Tubuhnya yang kurus, kelumpuhannya, dan penyakit yang kronis membuatnya tidak mampu berjuang dengan senjata. Karena itu, beliau berjuang dengan senjata hikmah, dengan pedang pembinaan dan penataan, dengan meriam keimanan, serta dengan bom kesabaran, keteguhan, dan ketegaran.
Dalam sebuah artikelnya, Dr. Abdul Aziz Rantisi, tokoh yang menggantikan Syaikh Yasin memimpin Hamas sepeninggal beliau yang kemudian menjadi target pembunuhan Israel berikutnya, melukiskan tentang pribadi pendiri dan tokoh spiritual Hamas ini dengan menyebut sebagai sosok yang setara dengan umat atau umat yang terdapat pada satu sosok dirinya. Rantisi menuliskan, Syaikh Ahmad Yasin adalah seorang tokoh pemimpin yang istimewa. Dialah sosok yang ketika mendapat bencana dan cobaan, justru memperbesar tekad dan keteguhannya dalam meneruskan jalan meskipun terjal. Beliau terus menapakkan kaki dengan berkorban, memberi, dan bahkan mewujudkan berbagai target yang pada gilirannya melahirkan gerakan perjuangan Islam. 
Sosok Reformis
Syaikh Ahmad Yasin menghabiskan usianya untuk dakwah dan jihad. Proyek reformasi dia mulai sejak permulaan tahun 1950-an. Pada tahun 1960-an atau 1970-an proyek ini mulai mengarah kepada bidang pendidikan dan organisasi. Sesudah itu ia mendirikan gerakan HAMAS guna memainkan perannya dalam berjuang dan menghantam musuh lewat segala kekuatan yang ada. HAMAS ikut serta dalam kegiatan intifadhah dari sejak tahun 1987 M hingga sekarang, yang kini memasuki babak perjuangan politik dalam pemerintahan. Intifadhah Hamas telah mampu mengguncang keamanan zionis lewat aktivitas berani matinya.
Keberadaan dan perkembangan proyek ini, meskipun mendapat tekanan penjajah yang luar biasa, justru menunjukkan keyakinan yang sangat kuat dalam mewujudkan janji Allah membebaskan Palestina, meskipun memakan waktu lama. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi jihad yang paripurna. Dimulai dari pembinaan setiap generasi melalui tarbiyah islamiyah yang bersandar pada pelaksanaan berbagai kewajiban agama, pembelajaran kitabullah secara cermat dan sunnah Nabi, penelaahan sejarah, disertai pengkajian tentang kondisi musuh berikut potensinya, titik-titik kelemahan dan kekuatannya, sehingga seorang muslim memiliki kesadaran yang benar tentang realitas yang ada serta memiliki persepsi yang tepat dalam hal pemikiran dan keyakinan.
Menurut Taufiq Yusuf al Wa’i, proyek reformasi Syaikh Yasin ini sejak tahun 1967 mulai terpecah menjadi dua aliran. Pertama, bersifat resmi dan formal yang mmenyerukan perdamaian dengan zionisme sesuai dengan prinsip kompromi. Hal itu dimaksudkan untuk mengikuti standar yang ditetapkan oleh kekuatan regional dan internasional. Juga, karena dipandang tidak mungkin mengalahkan zionis Israel yang bersekutu dengan kekuatan besar. Kedua, menjadikan akidah dan prinsip-prinsip Islam sebagai landasan yang kokoh untuk berjuang melawan musuh. Arus kekuatan ini tidak membenarkan berdamai dengan kaum parampas. Mereka memandang perlawanan satu-satunya pilihan untuk membebaskan tanah suci Palestina. Aktivitas ini baru bisa dijalankan sesudah membentuk pilar-pilar sosial yang kokoh, menciptakan kondisi yang kondusif, mendapat sokongan dari berbagai kekuatan yang ada, serta memperkokoh bangsa Palestina lewat pelaksanaan program pendidikan jangka panjang bertujuan meyakinkan tentang pilihan perlawanan, serta meraih dukungan sebagian besar bangsa Palestina. 
Syaikh Yasin giat melakukan proyek tersebut segera sesudah kekalahan di atas. Ia mulai berceramah di berbagai masjid di Gaza. Ia mengobarkan emosi jamaah lewat mimbar-mimbar masjid. Syaikh Yasin memandang masjid dan halaqah tahfidz (penghafal) al Qur’an sebagai wadah alami untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang diinginkan. Dari situlah dilakukan pembinaan terhadap anak-anak agar mereka tumbuh secara Islami. Sementara, mereka yang menginjak usia dewasa diberi program pembinaan yang meliputi aspek pendidikan, pengajaran, dan hafalan Al-Qur’an. Di samping itu, Syaikh Yasin juga mendirikan lembaga sosial, seperti Majma’ Islami tahun 1970-an dan Majdul Mujahidin tahun 1980-an. Untuk membangun basis perlawanan, Syaikh Yasin mendirikan Gerakan Perlawanan Islam Hamas tahun 1987.
Keunggulan proyek Syaikh Yasin ini terbukti telah menghasilkan kader-kader perlawanan yang handal. Bahkan kepergian bapak perlawanan ini tidak menyusutkan aktivitas jihad dan perlawanan di Palestina. Alih-alih berhenti, sepeninggal Syaikh Yasin justru membuat perlawanan mendapatkan dukungan lebih luas dari lapisan masyarakat Palestina, khususnya kepada Hamas. Dan ini dibutktikan dengan kemenangan gerakan ini pada pemilu legislatif Palestina Januari 2005 lalu. Dan kegagalan konspirasi Israel yang didukung dunia internasional dengan memblokade total Jalur Gaza sejak pertengan Juni 2007 lalu adalah bukti nyata dukungan rakyat kepada perlawanan. (seto)
almarhum tidak cuma pantas dikenang kegigihannya dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah Israil. Ucapannya pun tak bisa dilupakan, banyak diantara pernyataanya yang menggugah. Untuk dirinya sendiri, ia mempersaksikan kepada Allah, bahwa membela agama ini dan kehormatan bangsanya sebagai Muslim, lebih dari segala hal. Nyawa, darah yang mengalir di tubuhnya pun tak penting lagi. Syeikh Yassin adalah tausiyah bagi kita semua. Malulah semalu-malunya kita yang masih memiliki gravitasi begitu besar pada dunia: harta, wanita dan jabatan. Malulah. Lelaki dalam posisi seperti Syeikh Ahmad Yassin bisa mendapatkan apa saja yang dimauinya, asalkan ia mau berkompromi sedikit saja dengan negar yang super kaya. Tidak! Ia tidak berkompromi, meskipun harus lumpuh dan sepanjang hidup dalam bidikan senjata.
Sedangkan kita, demi kenyamanan hidup yang tak seberapa, setiap hari kita berkompromi dengan melepas sekerat demi sekerat iman kita. Dengan kualitas ibadah ala kadarnya. Dengan melonggarkan syari’ah atas diri kita dan anak istri kita. Denga pura-pura bahwa Allah
menyaksikan diri kita. Bahkan terkadang dengan pembangkangan. Berikut adalah kata-kata dan pernyataan Syeikh Ahmad Yassin yang saya nukil dari sebuah majalah Hidayatullah, semoga menjadi suatu bahan perenungan buat kita semua..masih banyak saudara kita di belahan bumi ini terpenjara dalam negerinya sendiri.

0 comments:

Post a Comment