Wednesday, March 27, 2013

Ibadah "Kosong"

 
mungkin kita sudah sering melakukan ibadah. hingga akhirnya pada titik tertentu kita merasakan sebuah rasa kehambaran dalam ibadah - ibadah kita. Mengapa ?. inilah sebuah nasihat dari ustadz Mudhoffar, salah satu ustadz IKADI

Mengapa kebanyakan kita sangat tidak mudah untuk bisa merasakan nikmatnya keimanan, lezatnya ketaatan, khusyuknya peribadahan dan manisnya amal kebajikan? Umumnya karena level keberagamaan yang masih bersifat setengah-setengah, atau bahkan lebih rendah lagi.
Level dan sifat keberagamaan mayoritas kita umumnya masih berada di tataran seremoni (semangat peringatan-peringatan), atau formalitas, atau maksimal wacana pemikiran teoritis belaka. Padahal keimanan dan keislaman sejati itu seharusnya benar-benar bisa merasuk ke hati, menyatu dengan jiwa, dan mewujud dalam rasa cinta dan ridha nan nyata.
Agar bisa merasakan nikmatnya amal saleh dan khusyuknya ibadah, kita memang harus beragama setotal mungkin. Dan syarat mutlaknya adalah, hawa nafsu harus mampu ditundukkan dan dikendalikan.  Karena selama masih ada hawa nafsu tertentu yang secara permanen atau hampir permanen selalu diperturutkan, selama itu pula sikap ogah-ogahan akan senantiasa menyertai pelaksanaan setiap amal saleh dan penunaian setiap ibadah. Karena umumnya ketaatan itu memang masih disikapi sebagai beban berat yang harus ditanggung dan dilepaskan, dan belum dirasakan sebagai kebutuhan hidup yang dirindukan rasa nikmatnya dan buah lezatnya.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan (secara total), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu (QS. Al-Baqarah [2]: 208).
Dan Baginda Sayyiduna Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): Tak sempurna iman seseorang dari kalian sampai hawa nafsunya tunduk mengikuti ajaran yang aku bawa (Imam An-Nawawi rahimahullah berkata dalam kitab Al-Arba’in An-Nawawiyah: Hadits hasan shahih yang kami riwayatkan dalam kitab Al-Hujjah dengan sanad yang shahih).
Dalam hadits lain, Nabiyullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda (yang artinya): Telah bisa merasakan nikmat/lezatnya iman, orang yang telah ridha terhadap Allah sebagai Tuhan (nya), ridha terhadap Islam sebagai agama (nya) dan ridha terhadap Muhammad (shallallahu ‘alaihi wasallam) sebagai rasul (nya) (HR. Muslim dari Al-‘Abbas radhiyallahu ‘anhu).
Dan di dalam riwayat yang lain lagi Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): Ada tiga hal dimana jika ketiganya ada dalam diri seseorang, maka ia bisa merasakan manisnya iman, yaitu: 1). Jika Allah dan Rasul-Nya telah ia cintai melebihi kecintaannya terhadap selain keduanya; 2). Jika ia mencintai seseorang benar-benar hanya karena Allah; dan 3). Jika ia benci untuk kembali kepada kekufuran seperti kebenciannya andai ia dilemparkan ke dalam api (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu).
Jadi rumusnya adalah: Tak memperturutkan hawa nafsu/menundukkan dan mengendalikannya = tak mengikuti langkah-langkah syetan = beriman dengan sepenuh rasa cinta hati dan ridha jiwa = berislam secara total = manisnya beriman, nikmatnya  berislam dan lezatnya berketaatan!
Sedangkan rumus sebaliknya ialah: Memperturutkan hawa nafsu = mengikuti langkah-langkah syetan = beriman sebatas teori logika, tak turun ke hati, dan tak sampai menjiwai = berislam secara setengah-setengah = beriman sebagai beban, beribadah terasa hambar, dan berketaatan  terpaksa dan menjenuhkan!

Related Posts:

  • Zikir Jangan kau meninggalkan zikir (mengingat Allah) hanya karena ketidakhadiran hatimu dihadapan Allah saat berzikir! Kelalaianmu dari zikir kepada-Nya lebih buruk daripada kelalaian hatimu disaat zikir kepada-Nya. Semoga Alla… Read More
  • Dakwah itu Cinta Dakwah adalah cinta. Dia akan meminta semuanya dari dirimu, sampai pikiranmu, sampai perhatianmu, berjalan dan tidurmu. Bahkan ditengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau c… Read More
  • Setetes ilmu dari lembah Uhud Oleh: Hepi Andi Bastoni Sumber : http://www.al-intima.com/sirah/pil-pahit-dari-medan-uhud Kemenangan dan kekalahan hanyalah variabel yang menjalankan fungsi bernama seleksi. Dalam putaran itulah Allah memisahkan hamba… Read More
  • Rindu menggantung di ujung hilal “ Ramdhan tiba.. ramadhan tiba.. ramadhan tiba...” Penggalan lirik lagu yang entah itu punya siapa.  Mungki tidak penting bagi ku, karena tidak akan mempengaruhi suasana ramadhan kecuali lagu lagu diacara televi… Read More
  • Tuhan, izinkan aku marah Tuhan.. Dada ini rasanya sudah sesak Sudah tak kuat dada ini menahannya Sesak ini sudah sampai kerongkongan Mencekik, menyempitkan buluh nadi Nafas tertinggal di ujung hidung Tuhan.. Bolehkah aku segera melepask… Read More
  • Biarkan ku sendiri Biarkan ku sendiri Bersama sepi yang memeluk hati Bermesraan dengan jiwa dalam sunyi Menikmati dekap kehangatan dalam hati Menemukan kembali makna yang pergi Biarkan ku sendiri Mencari arti yang telah pergi Di sud… Read More
  • Rencana-Nya “apapun hasilnya nanti, yakinlah bahwa itu semua adalah yang terbaik dari Allah. Jangan pernah berprasangka buruk. Kita tidak pernah tahu, ada apa dibalik ini semua. Mungkin Allah sudah menyiapkan yang lebih baik dari pada… Read More
  • Semakin Dekat Perjalanan singkat yang sesungguhnya adalah bila kau memperpendek jarak dunia sehingga engkau dapat melihat akhirat lebih dekat kepada mu (Ibnu Atha’illah) Dunia itu semakin menjauh dan akhirat itu semakin mendekat. Begi… Read More
  • Bicara hati Ah, kenapa tiba-tiba kepikiran untuk menulis ini ya ? entahlah, tak tau bagaimana menjawabnya. Tiba-tiba terlintas dalam benak hanyalah ini, HATI. Mungkin malam ini terlalu syahdu, bersama bulan setangah wajah, dan bina… Read More
  • Renungkanlah Dalam selimut ketenangan malam..Rasakan hangatnya sentuhan sayang.. Saat kau basukan air suci kesejukan.. Dingin itu tak ubahnya belaian kasih..Rasakanlah.. Kasih sayang yang telah memberikan mu nafas penuh keberkahan.. kas… Read More

0 comments:

Post a Comment