Friday, March 15, 2013

Santun dan Bersahabat




Kata ajaib yang mungkin mudah orang mengucapkannya namun tak jarang, banyak orang yang sulit mengerjakannya. kata "santun" dua kata penuh keajaiban yang mampu merubah emosi dan jiwa sesorang. Lwan bisa jadi Kawan, Benci bisa berubah menjadi cinta. sebuah akhlak mulia bernama santun itulah yang menjadi salah satu sikap seorang da'i.kesantunan itulah yang menjadi hiasan setiap langkah dan seruan yang ia keluarkan. 
Mungkin kita bisa mengartikan santun itu sebagai kata halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya); sabar dan tenang; sopan; penuh rasa belas kasihan; suka menolong. ataupun mungkin kata lain yang sama dan tak akan jauh dari makna yang ada. Katanlah santun itu bermakna sabar, penuh belas kasihan. Maka sikap seorang penyeru dalam melakukan seruannya pasti akan penuh kesabaran dan belas kasihan, yang dengannya orang akan mengikuti kita.
Kita pasti sudah paham, bahwa pekerjaan dakwah ini beragam dan banyak ujiannya, maka disinilah kita buktikan bahwa kita memang orang – orang yang dipilih oleh Allah SWT untuk memperjuangkan Agama ini dan Bukan kebetulan kita berada dibarisan ini. 

Namun , dalam perjuangan ini ada beberapa hal yang kita dapat jadikan sebagai wasilah dalam rangka menyeru kepada jalan Allah, dalam quran surah al Lukman 20,21,23,.
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.qs. luqman 20
Semoga kita sadar bahwa allah telah memberikan kita modal yang sangat besar dari alam ini yang dapat kita manfaatkan yang itu tidak diberikan kepada negara – negara lain selain indonesia. Semoga dengan banyaknya modal ini, dapat kita manfaatkan untuk mengumpulkan kebaikan dari individu – individu yang berserakan, dan semoga dengan modal yang besar itu kita dapat menghimpun orang – orang dalam barisan dan kebenaran yang kita yakini yaitu addinul islam.
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah." Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya." Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)? ( qs. Lukman 21)
Kemudian pada ayat ini Allah menyebutkan betapa beratnya dalam meyeru orang – orang kepada kebaikan, digambarkan oleh Allah dengan Jelas Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah." Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.". itulah reaksi dari orang – orang yang ketika kita seru menuju kebaikan. Pada hari ini kita menghadapi orang – orang yang ketika kita ajak menuju kebaikan melakukan penolakan – penolakan karena mereka berpandangan pada nilai – nilai lama yang salah yang itu adalah warisan para pendahulu yang salah.
Namun kemudian Allah memberikan kunci kemenangan itu pada ayat selanjutnya “ Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.( Qs. Luqman22 )
Dr. Qurais shihab menyatakan bahwa kata “ innaullah yuhibbul muhsinun “ yang berarti allah mencintai Orang – orang yang berbuat baik menempati kata terbanyak dalam Al-quran dibandingkan dengan kata yang serupa misal “ innaullah yuhibbu minal muttatohirin “ sesungguhnya allah mencintai orang – orang yang mencudikan diri dan sebagainya. Maka jika kaidah pengulangan kata terbanyak yang ducapkan itu adalah yang paling dicintai. Maka kata “innaullaha yuhibbu muhsinin” menunjukan bahwa Allah lebih mencintai orang – orang yang berbuat kebaikan dari pada orang – orang yang mensucikan diri dan sebagainya.
Maka kalau kita telusuri, akan banyak kita dapati mukjizat dari kebaikan – kebaikan yang kita perbuat, misal dalam surat al – an’am 160, Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). 
Dalam buku cubic leadership penulis menceritakan bahwa ketika dia baru saja pindah rumah, beliau dikejutkan dengan banyaknya orang yang mengantarkan jenazah ke pemakaman. Penulis mengira bahwa orang yang meninggal itu adalah orang penting di kompleks rumahnya. Namun setalah bertanya pada salah seorang pengantar betapa kagetnya bahwa yang meninggal adalah seorang penjual makan pagi di depan gerbang kompleks. Setelah ditelusuri bagaimana mungkin hanya seorang penjual makan pagi saja orang yang mengantarkan ke makamnya sebanyak itu. Maka penulis mendapati bahwa penjual makan itu melakukan kebaikan yang sangat luar bisa. Jadi setiap hari jika ada orang yang tidak mempunyai uang dan belum sarapan, maka beliau kasih itu makan dengan Cuma – Cuma. Bukan sekali atau dua kali penjual ini melakukannya. Tapi berulang – ulang sampai akhir hayatnya penjual makan itu. Itulah keajaiban perbuatan baik. Maka jika kita setiap kader melakukan kebaikan – kebaikan kepada siapaun orang yang kita temui, maka dengan produktivitas kebaikan itulah akan banyak orang – orang yang akan bersimpati, berafiliasi dengan dakwah yang kita lakukan selama ini. Karena kebaikan adalah mukjizat kehidupan..
Kedua adalah pada Quran surat Fusshilat 33 - 35 “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?. Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.”.
Kesekaliannya Allah mempertikan pertanyaan kepada kita, pertanyaan retotis yang tanpa kita jawabpun kita sudah memberi jawaban sendiri. Yaitu, bahwa tidak ada yang lebih baik kalau dia berkata, melainkan perkataannya berisikan da’wah, berisi seruan yang menginsafkan manusia agar kembali ke jalan yang benar yang telah digariskan oleh Allah SWT. Apakah ucapan itu kemudian diiringi dengan amalan shalih, perbuatan yang baik, jasa yang besar ataupun bermanfaat bagi sesama.
Kalau kita lihat kembali ke lima ayat yang awal, maka akan kita dapati bagaimana orang – orang kafir menolak da’wah nabi, mereka menutup hati dan telinga dari cahaya kebenaran. Penolakan mereka karena kesombongan yang bercokol dalam hati sehingga tidak tersentuhpun hati mereka dengan da’wah yang dilakukan oleh Rasulullah, sampai beliau berkata "Sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang menyerah diri ?”. dan berserah diri adalah makna dari muslim.
Namun seperti yang telah kita ketahui, bahwa dakwah kepada jalan illahi pasti mendapat tantangan dan rintangan. Kita telah faham bahwa jalan dakwah ini bukanlah jalan datar dan bertabur bunga dan penuh wana seindah pelangi. Bukan ! Pastilah akan datang reaksi, bantahan, fitnah dan kadang – kadang disalah artikan.
Maka disinilah kita belajar bagaimana kita menghadapi para penentang atau orang – orang yang kurang senang dengan da’wah ini. Dalam ayat ke 34, Allah ingin mengatakan kepada Nabi Muhammad “ wahai muhammad, lakukankan lah apa yang AKU perintahkan kepadamu. Balaslah kejahatan orang – orang yang berbuat jahat kepadmu dengan perbuatan baik. Seperti aku perintahkan orang yang berbuat jahat kepadmu itu bersikap lemah lembut kepadmu seakan akan ia adalah teman dekatmu yang berasal dari keluarga dekat mu.
Allah memerintahkan orang – orang beriman agar bersabar ketika marah dan memaafkan apabila di sakiti. Jika mereka mampu melakukan ini, maka allah akan pasti akan menjaga kita dari syaian dan musuh mereka pasti akan tunduk kepada mereka seakan – akan musuh mereka itu menjadi penolong yang setia.
Pada ayat selanjutnya Allah memberikan kabar, bahwa orang – orang yang mampu melakukan perbuatan embelas keburukan dengan kebaikan adalah orang – orang yang bersabar kaerena Allah., dan emmiliki kesungguhan.
Dalam suatu riwayat, Abu bakar  dicaci maki oleh seorang laki – laki, sedangkan Rasulullah SAW melihat peristiwa itu. Saat itu juga Abu bakar memaafkan orang itu, tetapi ternyata kemarahan abu bakar memuncak ketika laki – laki itu memaki – makinya lagi. Dan ia membalas laki – laki itu. Rasulullah SAW berdiri. Abu bakar kemudian mengikuti beliau seraya berkata “ Wahai rasulullah, laki – laki itu telah mencaci maki, lalu aku memaafkannya. Dan engkau duduk. Ketika aku membalasnya, engkau berdiri wahai nabi utusan allah”. Rasulullah kemudian menjawab “ sesungguhnya Allah mengutus malaikat kepada mu. Ketika malaikat itu mendekat, engkau melawan laki - laki itu, maka malaikat itu pergi alalu datanglah syaitan. Demi allah wahai abu abak, aku itdak duduk bersama syaitan “.
Ada kisah menarik berhubungan dengan ayat ini, ada seorang supir taxi yang akhirnya gagal dibunuh perampok karena dia berbuat baik pada salah satu perampoknya. Singkat cerita salah satu dari 3 perampok itu ada yang terkilir kemudian sama sopir taxi itu diurut tangannya hingga dia merasa baik. Setelah melakukan perampokan dan ketika ingin membunuh sopir itu tadi orang yang tangannya di urut menyarankan pada dua orang tamannya agar tidak membunuhnya. Hingga akhirnya tidak jadi dibunuh dan hanya dibuang di tengah persawahan.
Jiwa manusia sangat ajaib. Tidak jarang menyangkut satu objek pun hatinya bersikap kontradiktif sampai – sampai “ setiap perasaan betapun agung dan luhurnya, tetap mengandung benih – benih perasaan yang bertolak belakang dengannya.. karena itu, tidak ada cinta tanpa benci, tidak ada rahmat tanpa kekejaman. “, demikian ditulis Hamid Thaha al – khaysyab Guru besar Psikologi Universitas Al – Azhar.
Maka, apabila seorang memusuhi orang lain dan memperlakukannya secara tidak wajar, pada waktu yang sama dengan disadari atau tidak ada benih kebaikan dalam dirinya itu terhadap orang yang dimusuhinya. Namun benih itu ditekan dan berusaha dipendam oleh yang memusuhi ke bawah sadarnya. Tetapi, bila perlakuan yang tidak wajar itu dihadapi oleh siapa yang memusuhinya itu dengan lemah lembut dan bersahabat,  kemungkinan besar sikapnya yang bersahabat dan lemah lembut itu mengundang tumbuhnya benih – benih kebaikan yang dipendam. maka tiba – tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan, akan berubah sikapnya terhadap mu seolah – olah menjdai teman yang sangat setia”.
Jika mereka datang dengan rasa benci kita sambut dengan rasa kasih sayang. Mereka datang dengan marah dan maki – maki, sambutlah dengan tenang dan senyum simpul. Mereka datang mengajak berkelahi, maka sambutlah dengan mengajak bersahabat. Hingga kita dapatkan kemenangan budi yang gemilang, membuat musuh menjadi kawan.
Namun, Allah memberikan peringatan kepada kita, bahwa sikap diatas tadi. Membalas kebukuran dengan kebaikan, tidak akan dapat dikerjakan atau dilakukan kecuali oleh orang – orang yang sabar dan berjiwa besar. Yakni orang – orang yang telah terbiasa sabar, telah mantap kesabaran dan ketabahannya dan tidaklah dianugerahkan melainkan pada pemilik keberuntungan yang besar dan kesucian jwa yang luhur. Orang yang mempunyai jiwa besar ialah orang yang sadar bahwa yang dia perjuangkan bukanlah untuk dirinya sendiri melainkan untuk kepetingan tuhannya, Allah SWT. Seolah – olah kita ingin mengatakn kepada semua orang, “ terserahlah pada kalian, kalian ingin memaki – maki, mengumpat ataupun sumpah serapah kedapa ku. Aku kan terima itu semua. Tetapi jikalau kalian memaki agama Allah SWT, maka kalian akan mendapat balasan setimpal karena itu”.
Maka cukuplah keteladan yang diberikan oleh Ali bin Abi thalib ra. Pada suatu hari, berkelahi dengan orang yahudi. Perkelahian hebat itu akhirnya dimenagkan oleh Ali bin abi thalib, sedangkan orang yahudi itu tergeletak di tanah dan sahabat ali kemudian duduk di atas perut orang yahudi tersebut dan hendak menikamnya. Tiba – tiba orang yahudi tersebut kemudian meludahi wajah Ali bin Abi thalib samapai basah karenanya dan sahabat ini kemudian diam. Tidak lama kemudian, beliau pun berdiri dan diambilnya serbannya untuk mengelap ludah yang ada diwajahnya. Orang yahudi itu keheranan melihat apa yang ada dihadapannya kemudian bertanya,” mengapa engkau tidak membunuhku ? padahal tadi adalah kesempatan yang sebaik – baiknya, dan aku meludahi mu tadi karena aku sadauh tak berdaya lagi melakukan perlawanan”.
Sayyidina Ali menjwab” saya berkelahi dengan engkau tadi karena mempertahankan agama Allah. Saya akan membunuh engkau selama engkau menentang Allah. Tetapi setelah engkau ludahi aku tadi, masalahnya bukan lagi untuk mempertahankan agama Allah. Ia telah berganti menjadi persoalan pribadi. Aku sangat murka ketika kau meludahi wajahku tadi. Maka kalau aku membunuh mu karena urusan emosi ku tadi, tidaklah berarti lagi perjuangan ku. Kalarena tidak lagi mempertahankan Agama Allah, melainkan diri sendiri”.
Kita meyakini bahwa dakwah yang kita lakukan banyak musuhnya, banyak orang yang tidak suka kepada kita. Namun jikalau kita mampu berbuat baik kepada kita, insya allah pada suatu saat mereka yang nantinya memusuhi kita nantinya kan menjadi sahabat dekat kita, menjadi saudara dalam memperjuangakan dakwah ini. Inilah bukti kuasa kesantunan pribadi da’i kita, inilah bukti bahwa kita bukanlah orang – orang yang memaksa agar orang lain mengikuti kita. Inilah bukti bahwa jiwa – jwa da’iyah kita selalu mengajak siapaun bersahabat. Inilah bukti kedewasaan dan kematangan pribadi da’i itu. Maka bagaimana kita menyikapinya adalah sebuah pertanyaan besar dan apabila kita mampu menjawabnya dengan tepat, maka akan berbondong – bondong orang yang akan secara ikhlas mendaftarkan dirinya untuk bergabung dengan jamaah kita.

0 comments:

Post a Comment