Thursday, January 30, 2020

MODEL KERENTANAN PESISIR

Coastal Erosion Risk Assessment



Wilayah pesisir merupakan lingkungan yang sangat penting bagi masyarakat, karena mendukung sejumlah besar kegiatan yang berkaitan dengan penangkapan ikan, navigasi, perdagangan, dan pariwisata. Oleh karena itu sebagian besar penduduk dunia tinggal di wilayah pesisir, termasuk sebagian besar kota penting, juga berada di wilayah pesisir (UNEP, 2006).Kehadiran proses antropogenik di wilayah pesisir menimbulkan kekhawatiran terkait dengan ancaman bahaya yang memoengaruhi wilayah pesisir seperti gelombang pasang, bada, banjir rob, erosi pantai, dan kenaikan muka air laut. Untuk mengatasi potensi konsekuensi dari bahaya tersebut, beberapa metode dalam menilai tingkat kerentanan dan risiko erosi pantai telah dikembangkan. Sejak tahun 1991, ketika metode umum IPPC disajikan (IPCC CZMS, 1992), penilaian kerentanan dan risiko terus dikembangkan, seperti analisis kerentanan berbasis videotape-assisted (Leatherman et al., 1995), indeks kerentanan wilayah pesisir (Thieler dan Hammar-Klose, 1999), pendekatan garis cerdas (Sharples, 2006), DESYCO(Torresan et al., 2007), DIVA (Hinkel dan Klein, 2009), SimCLIM (Waeeick, 2009), Simulator wilayah pesisir (Mokrech et al., 2011), dan yang terbaru adalah kerangka penilaian tingkat risiko wilayah pesisir (Ferreira et al., 2016).Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk menyusun langkah-langkah pengelolaan wilayah pesisir pada setiap zona-zona yang teridentifikasi dalam tingkat kerentanan dan risiko berbeda. Klasifikasi ini bertujuan untuk mendukung pengambilan keputusan yang sesuai dengan karakteristik wilayah, dan teridentifikasinya area yang perlu mendapat perhatian lebih (zona prioritas) dalam menghadapi bahaya erosi pantai.Sebagian besar metode penilaian risiko pesisir difokuskan pada kenaikan muka air laur dan konsekuaensinya pada zona pesisir di seluruh dunia (misalnya Hinkel dan Klein, 2009). Oleh karena itu, terciptanya metode yang fous pada Bahaya spesifik seperti erosi pantai, sangat diperlukan. Pendekatan kompleks yang digunakan pada metodologi ini mengenalkan serangkaian tantangan yang membutuhkan tingkat pemahaman dan data terperinci di lokasi studi. Oleh karena itu alternatif metode yang membutuhkan lebih sedikit daya dan memiliki aplikasi yang cepat dan sederhana merupakan suatu kontribusi penting bagi pengelolaan wilayah pesisir. Saat ini harapan tersebut dapat terwujud dengan adanya penilaian risiko erosi pantai berbasis aplikasi perangkat lunak CERA (Costal Erosion Risk Assessment), yang didasarkan pada GIS (Geographic Information System).CERA dibangun berdasarkan metodologi yang diajukan oleh Coelho (2005), untuk menilai kerentanan, konsekuensi dan risiko yang terkait dengan erosi pantai. Selain mudah dimodifikasi seperti mengubah besaran bobot setiap parameter maupun mengubah parameternya, aplkasi ini bekerja pada perangkat lunak QGIS dan ArcGIS, sehingga mudah diakses dalam analisis-analisis spasial terkait pengelolaan wilayah pesisir.Metode PekerjaanDalam definisi dasarnya, risiko harus dipahami sebagai estimasi konsekuensi dari peristiwa tertentu (Faber, 2012). Di sisi lain, dalam penilaian risiko wilayah pesisir, kejadian erosi pantai didefinisikan sebagai bahaya, yang menurut UNISDR (2009) adalah fenomena berbahaya yang dapat menyebabkan hilangnya nyawa, cedera, atau dampak kesehatan lainnya, kerusakan property, kehilangan mata pencaharian dan layanan fasilitas umum, gangguan sosial dan ekonomi, atau kerusakan lingkungan.Oleh karena itu, penilaian risiko erosi pantai tergantung pada kemungkikan dan tingkat kepadatan bahaya dan konsekuensi bahaya dari suatu peristiwa erosi pantai (ISO, 2009). Untuk wilayah pesisir, dampak negative dari bahaya dinyatakan dalam dampak manusia, ekonomi dan lingkungan, serta dampak sosial/politik. Kerentanan mengungkapkan karkteristik dan keadaan masyarakat, sistem atau asset yang membuatnya rentan terhadap kerusakan yang ditimbulkan dari bahaya erosi pantai (UNISDR, 2009). Coelho (2005) mengembangkan sebuah metodologi untuk menilai risiko erosi pantai. Metode ini dipilih dalam pekerjaan ini karena tidak ada model kompleks lain yang dalam formulasinya memungkinkan aplikasu secara cepat di lokasi manapun dan memungkinkan untuk menyesuasikan jumlah dan kedetailan parameter berdasarkan ketersediaan data di lapangan.Coelho (2005) membagi penilaian risiko dalam dua bagian. Yang pertama adalah penilaian kerentanan yang memperkirakan secara kualitatif dan kuantitatif, tingkat kerentanan suatu wilayah pesisir terhadap erosi pantai. Penilaian ini berfokus pada karakteristik fisik wilayah pesisir dan potensi ancaman agen erosive. Bagian kedua adalah penilaian konsekuensi dari kejadian bahaya tersebut, dengan meninjau aspek sosial, lingkungan, budaya dan ekonomi di wilayah pekerjaan. Berikut ini merupakan parameter-paramter pengukuran dan bobotnya yang digunakan dalam CERA.Klasifikasi Tingkat Kerentanan

Parameter
Sumber
Sangat Rendah
(1)
Rendah
(2)
Menengah
(3)
Tinggi
(4)
Sangat Tinggi
(5)
Jarak terhadap garis pantai (m)
 Analisa GIS
>1000
200-1000
50-200
20-50
< 20
Topografi (m)
DEM di reclass
>30
20-30
10-20
5-10
<5
Geologi
RTRW Jatim
Batuan beku
Batuan metamorf
Batuan sedimen
Sedimen bertekstur kasar
Sedimen bertekstur halus
Geomorfologi
Interpretasi citra
pegunungan
Tebing berbatu
Tebing tererosi yang memanjang di tepi pantai
Pantai wisata, dataran fluvio marin
Bukit pasir, muara sungai, estuari
Tutupan Lahan
Data landuse dari BPN di Update
hutan
Tanaman pertanian
Lahan terbuka
Permukiman pedesaan
Permukiman perkotaan, kawasan industri
Aksi antropogenik
Interpretasi citra
Intervensi stabilisasi garis pantai
Intervensi tanpa reduksi sumber sedimen
Intervensi dengan reduksi sumber sedimen
Tanpa intervensi atapun reduksi sumber sedimen
Tanpa intervensi, namun terdapat reduksi sumber sedimen
Ketinggian signifikan gelombang maksimum (m)
Hasil analisis tim kelautan
<3
3-5
5-6
6-6.9
>6.9
Jarak maksimum pasang air laut (m)
Hasil analisis tim kelautan
<1
1-2
2-4
4-6
>6
Tingkat erosi/akresi pantai rata-rata (m/tahun)
Hasil analisis tim kelautan
>0 (akresi)
(-1) – 0 (erosi)
(-3) – (-1) (erosi)
(-5) – (-3) (erosi)
< (-5) (erosi)



Klasifikasi Parameter Konsekuensi

Parameter
Sumber
Sangat Rendah
(1)
Rendah
(2)
Menengah
(3)
Tinggi
(4)
Sangat Tinggi
(5)
Kepadatan penduduk (jiwa/km2)
BPS / Monografi / Profil Desa
500
500-1000
1000-2000
2000-4000
>4000
Tingkat Ekonomi (jumlah tenaga kerja)
Monografi / Profil Desa /Kelurahan
0
0-10
10-30
30-50
>50
Ekologi
Rencana Pola Ruang RTRW
Bukan kawasan perlindungan ekologi
Kawasan pertanian strategis
Kawasan konservasi ekologi
Kawasan lindung ekologi
Taman nasional
Situs Bersejarah
Interpretasi Data Google Earth
Bukan situs bersejarah
Terdapat beberapa konstruksi bersejarah
Terdapat konstruksi bersejarah dan aktivitas masyarakat didalamnya
Konstruksi bersejarah tingkat regional
Monumen nasional




Dalam menjalankan seluruh analisis dengan parameter-parameter dan ketentuan berdasarkan metodologi diatas, digunakan Plugin CERA yang berbasis pada perangkat lunak ArcGIS 10.5. Tampilan antarmuka (GUI) dari plugin ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.

0 comments:

Post a Comment