Monday, July 3, 2023

Harga Pekerjaan Pemodelan Numerik

Berapa sih sebenarnya harga untuk pemodelan numerik dalam studi atau kajian profesional pada Jasa Konsultasi yang seharusnya? Kenapa hal ini penting dimasukan dengan tepat pada RAB dalam penawaran dalam sebuah Pekerjaan Jasa Konsultasi yang membutuhkan pemodelan numerik sebagai tulang punggung pekerjaannya. Sering kita temui beberapa konsultan tidak memberikan harga yang wajar untuk sebuah pemodelan numerik, menganggap pemodelan numerik sebagai pekerjaan gampang sehingga memberikan harga murah. Nah, sebenarnya berapa sih harga untuk pemodelan numerik yang wajar dalam sebuah Pekerjaan Jasa Konsultasi?

Berikut saya berikan patokan REFERENSI HARGA DALAM PEMODELAN NUMERIK :

Sumber : PP Nomor 6 Tahun 2015

atau, ada lagi referensi harga yang bisa digunakan. Jika pada PP Nomor 6 Tahun 2015 berlaku di BPPT (sebelum dipusatkan jadi BRIN). Tahun 2021 juga ada PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA  NOMOR 202/PMK.02/2021 yang diberlakukan di PUSHIDROS TNI-AL;


Jadi, seperti itulah sebenarnya harga untuk pemodelan numerik wajar yang bisa dimasukan kedalam RAB dalam sebuah Pekerjaan Jasa Konsultasi dengan menitik beratkan pemodelan numerik dalam pekerjaannya.



Tuesday, May 30, 2023

Pemodelan Distribusi Air Bahang Pendingin PLTU

Pemodelan distribusi panas dari pembangkit listrik, berikut adalah proses langkah demi langkah dari survei ke pemodelan:

  1. Survei Pembangkit Listrik: Mulailah dengan melakukan survei pembangkit listrik dan sekitarnya. Kumpulkan informasi tentang tata letak pabrik, peralatan, dan sistem pembangkit panas. Identifikasi komponen utama seperti boiler, turbin, sistem pendingin, dan peralatan perpindahan panas.
  2. Kumpulkan Data yang Relevan: Kumpulkan data yang relevan terkait dengan pembangkitan dan distribusi panas. Ini termasuk informasi tentang sumber panas, profil suhu, laju aliran, sifat termal bahan, dan tata letak sistem perpipaan. Selain itu, kumpulkan data meteorologi, seperti suhu sekitar, kecepatan angin, dan radiasi matahari, yang dapat memengaruhi penyebaran panas.
  3. Pengembangan Model: Pilih pendekatan pemodelan yang tepat berdasarkan kompleksitas dan tujuan penelitian. Metode umum termasuk pemodelan dinamika fluida komputasi (CFD), analisis elemen hingga (FEA), atau model analitik yang disederhanakan. Pilih platform perangkat lunak yang dapat menangani perhitungan dan simulasi yang diperlukan.
  4. Buat Model Geometrik: Bangun model geometris yang mewakili pembangkit listrik dan lingkungan sekitarnya. Ini melibatkan pembuatan representasi 3D dari struktur, peralatan, dan sistem perpipaan pembangkit listrik. Masukkan dimensi, ukuran pipa, dan spesifikasi peralatan yang akurat ke dalam model.
  5. Tentukan Kondisi Batas: Tentukan kondisi batas untuk model, termasuk suhu masuk, laju aliran, kondisi sekitar, dan mekanisme perpindahan panas (seperti konveksi, radiasi, atau konduksi) yang terjadi. Pertimbangkan skenario realistis dan kondisi pengoperasian untuk menangkap representasi distribusi panas yang paling akurat.
  6. Tentukan Properti Material: Tetapkan properti material yang sesuai untuk berbagai komponen dan permukaan dalam model. Ini termasuk konduktivitas termal, kapasitas panas, emisivitas, dan parameter relevan lainnya. Properti material yang akurat sangat penting untuk perhitungan perpindahan panas yang realistis.
  7. Siapkan Simulasi: Konfigurasikan parameter simulasi, seperti langkah waktu, opsi pemecah, dan kriteria konvergensi. Tentukan durasi simulasi berdasarkan periode analisis yang diinginkan, pastikan waktu yang cukup bagi sistem untuk mencapai keadaan tunak atau menangkap perilaku transien jika diperlukan.
  8. Jalankan Simulasi: Jalankan simulasi dan biarkan model menghitung distribusi panas di dalam pembangkit listrik dan sekitarnya. Pantau kemajuan simulasi dan verifikasi konvergensi untuk memastikan hasil yang akurat. Bergantung pada kompleksitas model dan sumber daya komputasi yang tersedia, simulasi dapat memakan waktu yang bervariasi.
  9. Menganalisis dan Menafsirkan Hasil: Setelah simulasi selesai, analisis hasilnya untuk memahami pola distribusi panas di dalam dan di sekitar pembangkit listrik. Evaluasi gradien suhu, hotspot, pembuangan panas, dan area yang menjadi perhatian. Identifikasi area potensial untuk pengoptimalan atau peningkatan dalam sistem distribusi panas.
  10. Validasi dan Iterasi: Validasi hasil pemodelan dengan membandingkannya dengan pengukuran lapangan atau data historis yang tersedia. Jika perbedaan teridentifikasi, lakukan iterasi pada model dengan menyesuaikan parameter, menyempurnakan geometri, atau memasukkan data tambahan hingga hasilnya selaras dengan perilaku yang diamati.
  11. Komunikasikan Temuan: Sajikan temuan pemodelan dengan cara yang jelas dan ringkas kepada pemangku kepentingan, seperti operator pabrik, insinyur, dan manajemen. Gunakan visualisasi, laporan, dan presentasi untuk mengomunikasikan pola distribusi panas secara efektif, area potensial untuk peningkatan, dan rekomendasi apa pun untuk mengoptimalkan sistem.

Ingatlah bahwa pemodelan distribusi panas adalah proses yang kompleks, dan mungkin memerlukan keahlian dalam teknik termal, dinamika fluida, dan teknik pemodelan numerik. Jika Anda memiliki akses ke pakar domain atau perangkat lunak khusus, panduan mereka dapat sangat meningkatkan akurasi dan keandalan hasil pemodelan.

Data Pemodelan Rona Awal Lingkungan

Survei Awal Rona Lingkungan untuk Kebutuhan Pemodelan

Survei awal memainkan peran penting dalam mempersiapkan pemodelan lingkungan awal. Ini melibatkan pengumpulan data dan informasi yang relevan tentang wilayah studi. Berikut adalah beberapa komponen kunci dari survei awal untuk pemodelan lingkungan:

  1. Survei Batimetrik: Melakukan survei batimetri untuk mengukur kedalaman air dan memetakan topografi bawah air di wilayah studi. Informasi ini sangat penting untuk memahami dinamika pantai, transportasi sedimen, dan perilaku gelombang.
  2. Survei Topografi: Lakukan survei topografi untuk mengukur elevasi dan fitur tanah yang berdekatan dengan pantai. Data ini membantu dalam menilai kerentanan wilayah pesisir terhadap erosi, banjir, dan kenaikan permukaan laut.
  3. Investigasi Geoteknik: Melakukan investigasi geoteknik untuk memahami sifat-sifat tanah, komposisi, dan stabilitas wilayah pesisir. Informasi ini sangat penting untuk menganalisis potensi erosi, sedimentasi, dan desain bangunan pantai.
  4. Data Hidrologi dan Meteorologi: Kumpulkan data hidrologi dan meteorologi, termasuk pola curah hujan, pasang surut, karakteristik gelombang, dan arus. Kumpulan data ini merupakan input penting untuk memodelkan proses pesisir dan menilai dampak lingkungan.
  5. Survei Ekologi: Lakukan survei ekologi untuk menilai keanekaragaman hayati, habitat, dan sensitivitas ekologi di wilayah studi. Ini termasuk mengidentifikasi spesies kunci, memetakan habitat, dan mengevaluasi dampak potensial dari studi pemodelan terhadap ekosistem lokal.
  6. Infrastruktur dan Penggunaan Lahan yang Ada: Identifikasi dan dokumentasikan infrastruktur pesisir yang ada, seperti pelabuhan, pelabuhan, bangunan pelindung pantai, dan bangunan. Juga, kumpulkan informasi tentang pola penggunaan lahan, termasuk kawasan pemukiman, komersial, dan industri, karena mereka dapat memengaruhi proses pesisir dan dampak lingkungan.
  7. Data Historis: Kumpulkan data historis terkait proses pesisir, seperti perubahan garis pantai, laju erosi, pola sedimentasi, dan kejadian badai. Data ini membantu memvalidasi keakuratan hasil pemodelan dan memahami tren jangka panjang.
  8. Kerangka Peraturan dan Kebijakan: Biasakan diri Anda dengan peraturan, kebijakan, dan pedoman yang relevan yang mengatur pembangunan pesisir dan perlindungan lingkungan di wilayah studi. Memahami konteks peraturan membantu memastikan kepatuhan dan integrasi hasil pemodelan ke dalam proses pengambilan keputusan.

Dengan melakukan survei awal yang komprehensif, Anda akan memiliki dasar data dan informasi yang kuat untuk mendukung upaya pemodelan lingkungan Anda. Ini memungkinkan Anda untuk secara akurat mewakili kondisi dan dinamika yang ada di area studi dan memberikan dasar untuk menilai potensi dampak dan mengembangkan strategi mitigasi yang tepat. 

baharudinfahmi@gmail.com

085259402290

Pemodelan Rona Awal Lingkungan Laut

Contoh Model Sebaran Panas Air Bahang PLTU

Dalam hal pemodelan rona lingkungan awal sebagai seorang ocean modeller, ada beberapa aspek utama yang perlu dipertimbangkan. Mari kita uraikan langkah demi langkah:

  1. Tentukan Tujuan: Mulailah dengan mendefinisikan dengan jelas tujuan studi pemodelan lingkungan Anda. Hal ini dapat mencakup menilai dampak pembangunan pesisir, memahami pola transportasi sedimen, mengevaluasi perilaku gelombang dan arus, atau mempelajari dampak perubahan iklim terhadap lingkungan pesisir. Mendefinisikan tujuan akan memandu seluruh proses pemodelan.
  2. Kumpulkan Data: Kumpulkan data yang relevan untuk mendukung upaya pemodelan Anda. Ini mungkin termasuk data batimetri (kedalaman air), data topografi (ketinggian tanah), data infrastruktur pantai, data meteorologi, data pasang surut, dan data gelombang. Keakuratan dan kualitas data akan sangat memengaruhi keandalan model Anda.
  3. Pilih Pendekatan Pemodelan: Bergantung pada tujuan Anda, pilih pendekatan pemodelan yang sesuai. Metode umum yang digunakan dalam teknik pesisir termasuk pemodelan numerik (misalnya, menggunakan perangkat lunak seperti MIKE21, Delft3D, atau SWAN), pemodelan fisik (menggunakan model fisik berskala di laboratorium atau tangki gelombang), atau kombinasi keduanya. Memilih pendekatan yang paling sesuai bergantung pada faktor-faktor seperti sumber daya yang tersedia, skala proyek, dan tingkat akurasi yang diinginkan.
  4. Penyiapan Model: Siapkan model Anda dengan menentukan area studi, kondisi batas, dan parameter yang relevan dengan tujuan Anda. Ini termasuk menentukan jenis gelombang, pasang surut, arus, karakteristik sedimen, dan masukan lain yang relevan. Kalibrasi model menggunakan data historis jika memungkinkan untuk memastikan akurasi.
  5. Jalankan Model: Jalankan model menggunakan input yang ditentukan dan analisis outputnya. Ini mungkin melibatkan simulasi perambatan gelombang, transportasi sedimen, perubahan garis pantai, erosi atau pola akresi, dan fenomena relevan lainnya. Evaluasi performa model terhadap pengukuran lapangan atau data historis yang tersedia untuk memvalidasi akurasinya.
  6. Menilai Dampak Lingkungan: Analisis hasil model Anda untuk menilai potensi dampak lingkungan. Ini bisa melibatkan evaluasi perubahan morfologi pantai, tingkat erosi, pola sedimentasi, atau pengaruh struktur pada gelombang dan arus. Pertimbangkan implikasi ekologis, seperti dampak pada habitat, spesies, dan kualitas air.
  7. Pengujian Skenario: Melakukan pengujian skenario dengan memodifikasi parameter kunci untuk mengeksplorasi pilihan pengelolaan pesisir yang berbeda atau menyelidiki pengaruh kondisi masa depan. Ini dapat membantu menginformasikan proses pengambilan keputusan dan mengembangkan strategi mitigasi atau adaptasi yang tepat.
  8. Komunikasikan Hasil: Presentasikan temuan Anda dengan cara yang jelas dan mudah dipahami kepada pemangku kepentingan, seperti lembaga pemerintah, pengembang proyek, atau publik. Gunakan visualisasi, laporan, dan presentasi untuk mengomunikasikan secara efektif hasil studi pemodelan lingkungan Anda.

Ingat, pemodelan lingkungan awal hanyalah titik awal. Saat Anda maju, Anda mungkin perlu menyempurnakan dan memperbarui model Anda berdasarkan data baru, perubahan kondisi, atau penelitian baru di bidang teknik pesisir.


baharudinfahmi@gmail.com

Contact : 085259402290

Tuesday, December 14, 2021

REKLAMASI BANDARA INTERNASIONAL KANSAI JEPANG

 Japan Kansai International Airport merupakan bandara internasional yang kontruksi utamanya merupakan hasil reklamasi. Hal tersebut menjadi pilihan karena kurangnya lahan untuk membangun bandara internasional, disamping efek polusi yang dihasilkan dari pekerjaan konstruksi. Sebab Osaka merupakan daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Pekerjaan kontruksi bandara di lepas pantai dengan jarak 5km dari pantai, dan mempunyai panajng 4km serta lebar 1.2km.

Konstruksi dimulai pada 1987. Dinding laut selesai pada tahun 1989 (yang terbuat dari batu dan 48.000 blok beton tetrahedral). Tiga gunung yang digali untuk 21.000.000 m3 (27.000.000 cu yd) dari TPA. 10.000 pekerja dan 10 juta jam kerja selama tiga tahun, menggunakan delapan puluh kapal yang dibutuhkan untuk menyelesaikan 30 meter (98 kaki) lapisan tanah atas dasar laut dan di dalam dinding laut. Pada tahun 1990, sebuah jembatan tiga kilometer selesai dibangun untuk menghubungkan pulau ke daratan di Desa Rinku, dengan biaya sebesar $ 1 miliar. Selesai dari pulau buatan peningkatan bidang Prefektur Osaka hanya cukup untuk memindahkannya terakhir ukuran Prefektur Kagawa (meninggalkan Kagawa sebagai terkecil oleh daerah di Jepang).

Permasalahan utama yang dihadapi saat konstruksi adalah kemungkinan turunnya pondasi atau lapisan yang berada di atas pondasi. Kemungkinan ini telah diprediksikan sebelumnya mengingat kondisi bandara yang dibangun di tengah laut. Pada tahun 1991, pembangunan terminal bandara mulai dilaksanakan dan dilanjutkan dengan pembangunan runway, jembatan, dan juga fasilitas-fasilitas lainnya

b. Bagaimana proses konstruksinya? jelaskan dengan singkat dan bila perlu boleh disertai sketsa atau gambar diagram alir / flow chart.

 

Beberapa faktor yang menjadi perhatian khusus dari pembangunan reklamasi untuk Bandara Internasional Kansai ini adalah;

1.     Material reklamasi yang begitu besar dan proses pengangkutannya

2.     Penurunan tanah pada lokasi kontruksi

3.     Kondisi alam Negara Jepang yang rawan Gempa, Tsunami dan Topan.

4.     Dampak lingkungan dari proses pembangunan Reklamasi

Jika kita perhatikan, reklamasi yang dilakukan di bandara Internasional Kansai menggunakan teknologi yang sudah sangat maju, dimana para perancang telah membuat teknologi tanah gempa untuk konstruksi reklamasi sepanjangnya 4 km (2,5 mil) dan lebar 2,5 km (1,6 mil). Seperti pada 17 Januari 1995, Jepang telah terkena gempa Kobe, yang pusat gempa berada sekitar 20 km (12 mil) dari bandara Kansai dan menewaskan 6434 orang di pulau utama Jepang Honshu. Karena rekayasa gempa, bandara muncul tanpa kerusakan yang parah, sebab sebagian besar karena penggunaan sendi geser pda kontrusksi struktur penahan badara pada tanah reklamasi. Bahkan di kaca jendela tetap utuh. Kemudian, pada tahun 1998, bandara selamat dari topan dengan kecepatan angin hingga 200 km / jam (120 mph).

Keunggulan dari proyek reklamasi Bandara Internasional Kansai adalah teknologi yang digunakan dalam menahan getaran akibat gempa yang terjadi, dimana negara jepang merupakan negara yang rawan dengan gempa. Namun Bandara Internasional Kansai dilengkapi dengan teknologi hidrolik dalam strukturnya sehingga dapat memberikan respon redaman terhadap efek dari gempa.

Kelemahan proyek reklamasi yang skala besar adalah penurunan tanah yang tidak serta merta terjadi dalam satu waktu dan seluruh lokasi. Hal ini membuat penurunan tanah masih terjadi, di Bandara kansai ini, penerunan tanah berkisar 5cm/tahun. Disisi lain, kondisi cuaca Negara Jepang yang rawan dengan badai topan serta gempa tsunami membuat teknologi reklamasi menjadi salah satu biaya terbesar.

Kegiatan reklamasi di Indonesia banyak dilakukan di kota – kota peissir besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Denpasar, Makassar dan Manado dengan tujuan pembangunan kawasan pesisir (waterfront city) yang peruntukannya adalah pusat ekonomi, kawasan perumahan dan taman hiburan. Beberapa juga dilakukan dalam rangka proyek perluasan Pelabuhan seperti di Medan, Makassar dan Bali.

Salah satu contoh reklamasi untuk pembangunan Pelabuhan adalah reklamasi pembangunan Pelabuhan Terminal Teluk Lamong yang berada di perbatasan Surabaya dan Gresik. Reklamasi yang dilakukan di daerah teluk dengan beberapa aliran sungai yang masuk di dalamnya, sehingga penempatan reklamasi tidak menyatu dengan hinterland namun masih terdapat ruang untuk air sungai mengalir ke muara untuk mengurangi dampak banjir.

Tanah reklamasi yang digunakan untuk lapangan penumpukan Peti Kemas memerlukan konstruksi yang kuat, sehingga seminimal mungkin dalam proses penurunan tanah atau landsubsidance. Oleh sebab itu, pada proses pembangunannya menggunakan vertical drain dan horizontal drain untuk mengeluarkan air dari tanah agar tanah cepat mengalami pemampatan.

f. Mengapa Reklamasi di Indonesia sering bermasalah? Kira-kira apa penyebabnya menurut anda? Bagaimana solusinya?

Masalah akan adanya proyek reklamasi yang ada di Indonesia lebih disebabkan kurangnya keterlibatan masyarakat sekitar pada proses sebelum, Ketika dan setelah kegiatan reklamasi. Hal ini membuat masyarakat seolah tidak dianggap keberadaanya, padahal keberadaan mereka menjadi masyarkat terdampak dari proyek reklamasi. Selain itu juga dampak lingkungan yang terjadi kadang tidak terkendali sehingga membuat kerusakan lingkungan yang berpengaruh pada tangkapan ikan nelayan.

Bebera pertimbangan yang bisa dijadikan dalam proses reklamasi pantai antara lain;

Pada tahap pelaksanaan reklamasi wajib menjaga dan memperhatikan beberapa hal seperti a) keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat; b) keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian lingkungan pesisir; serta c) persyaratan teknis pengambilan, pengerukan dan penimbunan material.

Prinsip Perencanaan Reklamasi Pantai

Pada dasarnya kegiatan reklamasi pantai tidak dianjurkan namun dapat dilakukan dengan memperhatikan ketentuan berikut:

- Merupakan kebutuhan pengembangan kawasan budi daya yang telah ada di sisi daratan;

- Merupakan bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan membutuhkan pengembangan wilayah daratan untuk mengakomodasikan kebutuhan yang ada;

- Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan lindung atau taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa;

- Bukan merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah dengan daerah/negara lain.

Terhadap kawasan reklamasi pantai yang sudah memenuhi ketentuan di atas, terutama yang memiliki skala besar atau yang mengalami perubahan bentang alam secara signifikan perlu disusun rencana detil tata ruang (RDTR) kawasan. Penyusunan RDTR kawasan reklamasi pantai ini dapat dilakukan bila sudah memenuhi persyaratan administratif seperti a) Memiliki RTRW yang sudah ditetapkan dengan Perda yang mendeliniasi kawasan reklamasi pantai; b) Lokasi reklamasi sudah ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota, baik yang akan direklamasi maupun yang sudah direklamasi; c) Sudah ada studi kelayakan tentang pengembangan kawasan reklamasi pantai atau kajian/kelayakan properti (studi investasi); dan d) Sudah ada studi AMDAL kawasan maupun regional.

Rencana detil tata ruang kawasan reklamasi pantai meliputi rencana struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang di kawasan reklamasi pantai antara lain meliputi jaringan jalan, jaringan air bersih, jaringan drainase, jaringan listrik, jaringan telepon. Pola ruang di kawasan reklamasi pantai secara umum meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya. Kawasan lindung yang dimaksud dalam pedoman ini adalah ruang terbuka hijau. Kawasan budi daya meliputi kawasan peruntukan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan pendidikan, kawasan pelabuhan laut/penyeberangan, kawasan bandar udara, dan kawasan campuran.

Tata ruang kawasan reklamasi pantai harus memperhatikan aspek sosial, ekonomi dan budaya di kawasan reklamasi. Reklamasi pantai memberi dampak peralihan pada pola kegiatan sosial, budaya dan ekonomi maupun habitat ruang perairan masyarakat sebelum direklamasi.Perubahan terjadi harus menyesuaikan 1) Peralihan fungsi kawasan dan pola ruang kawasan; 2) Selanjutnya, perubahan di atas berimplikasi pada perubahan ketersediaan jenis lapangan kerja baru dan bentuk keragaman/diversifikasi usaha baru yang ditawarkan. Aspek sosial, budaya, wisata dan ekonomi yang diakumulasi dalam jaringan sosial, budaya, pariwisata, dan ekonomi kawasan reklamasi pantai memanfaatkan ruang perairan/pantai.

Prinsip Desain dan Pembangunan Pesisir

 (Pembangunan Pantai Buatan dan Pelabuhan)

 

Prinsip Pembangunan Pesisir yang berkelanjutan

1.     Desain dan Profil Pantai yang Stabil

Pada pembuatan pantai buatan, menjaga kestabilan garis pantai pantai dan profil pantai merupakan hal terpenting. Sehingga garis pantai tidak tererosi yang mengakibatkan kerusakan desain pantai. Oleh sebab itu, pada desain pantai pertimbangan proses sedimen dan bangunan di sekitar pantai harus mendukung tercapainya pantai yang stabil.

2.     Desain Struktur Terminal

Guna mencapai garis pantai stabil di atas, salah satu hal yang dikerjakan dalam proses desain adalah pembuatan struktur bangunan penunjung terminal (Pelabuhan) seperti breakwater harus merupakan bangunan yang dapat juga menangkap sedimen sejajar garis pantai agar juga dapat menjaga kestabilan garis pantai.

3.     Eksposure

Tingkat eksposur bangunan pantai buatan oleh gelombang tidak boleh terlalu tinggi, karena hal tersebut berbahaya bagi wisatawan yang akan berenang, sehingga para proses perencanaan pantai buatan ini, keselamatan dan mejaga kestabilan pantai adalah kunci utama.

4.     Material Pantai

Material pantai juga menjadi perhatian, dimana material pasir yang diambil dari laut sekitar untuk mempermudah dalam proses pengisian material pada daerah pantai. Selain itu juga, ukuran material pasir pantai itu juga berpengaruh pada bentuk profil pantai yang akan terjadi akibat terjadinya proses pantai.

Sehingga pada pemilihan pengisian material pasir pada pantai buatan menggabungkan antara pasir dari laut dan dari pantai. Sehingga didapatkan material pasir yang tidak terlalu halus atau kasar.

5.     Kualitas Air

Kualitas perairan pada daerah pantai buatan adalah menjaga agar tidak adanya air yang menggenang Ketika terjadi aliaran air dari dalam dan keluar laguna. Proses perubahan debit air pada area laguna di pesisir banyak dipengaruhi oleh proses pasang surut. Jika mulut laguna bear, proses perubahan air dalam laguna juga besar dan itu akan berpegaruh pada kualitas air yang ada dalam laguna.

 

Jadi untuk berhasil merancang pantai buatan biasanya prosedur yang diterapkan adalah

Pertama-tama penting untuk menganalisis dan memahami proses alami daerah pesisir, dan biasanya menggunakan model numerik untuk uji desain. Sedangkan pengembangan lebih lanjut menyesuaikan tergantung pada pemodelan. Sehingga desain harus dapat diterima dan berdampak pada daerah sepanajng bentang pantai.

Kedua, model numerik sangat berguna untuk mengoptimalkan dan memeriksa semua titik-titik desain yang telah ditetapkan untuk struktur perlindungan sebagai perlindungan pantai.

Ketiga, struktur pesisir penting untuk dipertimbangkan dalam mendesain pantai buatan karena sebagian besar akan membutuhkan beberapa struktur untuk pemeliharaan pasir agar tetap di lokasinya.

Desain Tata Letak Pelabuhan

Contoh Tata Letak Pelabuhan

Ada tiga jenis pelabuhan yang memiliki karakteristik yang

1.     Pelabuhan pemecah gelombang utama tunggal

Pelabuhan yang bekerja dengan melindungi cekungan (area labuh) dari gelombang utama dengan menggunakan pemecah gelombang tunggal yang biasanya melengkung. Hal ini digunakan untuk Pelabuhan yang mempunyai arah dominan gelombang dari 1 arah utama.

2.     Pelabuhan pemecah gelombang ganda

Pelabuhan dengan pemecah gelombang dua lengkung, dimana pemecah gelombang dimaksudkan untuk melindungi bagian dalam area kolam Pelabuhan. Jika masih ada gangguan pada area masuk mulut Pelabuhan akibat adanya difraksi gelombang, maka akan ditambahkan pemecah gelombang pada bagian depan lengkungan pemecah gelombang ganda.

3.     Pelabuhan pemecah gelombang lepas pantai

Tata letak Pelabuhan seperti ini sangat sering digunakan ketika pelabuhan terletak di tempat yang sangat dangkal. Lingkungan dan jenis pelabuhan ini juga menarik karena jika mendesainnya dengan benar, dapat meminimalkan dampaknya terhadap pantai. Selain itu juga menarik untuk diketahui karena terletak di perairan yang lebih dalam untuk menghindari masalah sedimentasi dan dan meminimalkan pengerukan utama.

Bagunan utama Pelabuhan ini biasanya menggunakan kontruksi jetty dan jembatan dengan pile sehingga angkutan sedimen alami tidak terganggu.

Optimalisasi Tata Letak Pelabuhan

Parameter penting adalah lebar surf zone dan dibandingkan dengan lebar Pelabuhan.

·        Pelabuhan Kecil pada area Surf zone

Biasanya pelabuhan kecil yang terletak di dalam area surf zone dan dimiliki alur pelayaran/ navigasi untuk dipertahankan dengan pembuatan kolam sedimen sebelum area navigasi dan kemudian dibuang dengan mengerukan secara mekanik dan melakukan sand by passing.

·        Pelabuhan Besar (Tata letak Pelabuhan sampai area aktif littoral zones)

pelabuhan besar yang menembus seluruh area surf zones dan pesisir aktif,  maka tidak ada cara transport sedimen untuk melewati struktur, sehingga hal tersebut benar-benar memblokir transportasi sedimen di sepanjang pantai. Dimana hal tersebut berdampak area pesisir di sekitarnya, terutama perubahan garis pantai karena sama sekali tidak ada pasir dari lokasi up-drift ke daerah downdraft.

·        Pelabuhan Kecil



Proses Pantai dan Transpor Sedimen

Pantai merupakan daerah dengan kompleksitas aktivitas yang tinggi, dimana terdapat berbagai aktivitas manusia seperti akuakultur, resort, pelabuhan dan industri lainnya. Semakin banyak aktivitas/ kegiatan manusia yang ada di pesisir, maka semakin besar pula tekanan lingkungan yang dihadapi pesisir. Tekanan pada lingkungan pesisir tersebut akan mengakibatkan perubahan lingkungan pesisir seperti perubahan garis pantai (erosi), Banjir Rob dan perubahan morfologi pantai. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa proses pada pantai merupakan proses yang saling berinteraksi dan berpengaruh satu kegiatan dengan kegiatan lain (Gambar 1).

Kompleksitas Pesisir

Proses pesisir/ pantai yang terpenting untuk diperhatikan adalah respon terhadap perubahan garis pantai karena transportasi sedimen pantai panjang transpor sedimen yang berjalan paralel ke garis pantai dan lintas pantai angkutan sedimen yang berjalan yaitu tegak lurus garis pantai. Pemahaman terkait proses pantai ini memungkinkan untuk menggambarkan dan menghitung transpor sedimen secara kuantitas dan dampak dari perkembangannya untuk mengembangkan solusi menghindari masalahyang lebih serius di sepanjang pantai.

Proses Perubahan Morfologi Pantai

Gambar 2 merupakan bagan yang menunjukan proses perubahan morfologi pantai. Gaya paling utama yang menyebabkan perubahan morfologi pantai disebabkan oleh gelombang dan arus. Berbagai jenis gelombang laut (wind waves, swell waves, infra-gravity waves) yang dibedakan oleh panjang periode gelombang. Dimana gelombang dihasilkan oleh angin yang jauh dan memiliki periode yang lebih besar dari delapan detik dan kemudian akan menyebar ke arah pantai dengan kecepatan tertentu dan tergantung pada batimetri, struktur pantai misalnya ada pemecah gelombang yang terletak di tengah pantai dan ketika gelombang gelombang depan akan mencapai ini struktur itu berpotensi menjadi direfleksikan oleh struktur.

Proses Transformasi Gelombang

Gambar 3 merupakan proses transformasi gelombang yang terjadi di daerah pesisir.  Angin mengganggu permukaan air membangkitkan gelombang dan terus membesar dan kemudian gelombang menyebar ke arah pantai dengan kecepatan tertentu dan tergantung pada batimetri atau adanya struktur pemecah gelombang di mana mereka akan berpotensi pecah pada pantai dan juga menghasilkan gelombang infra gravitasi. Selain itu proses refraksi, difraksi dan shoaling yang berpengaruh pada kekuatan energi gelombang yang mencapai pantai. Proses pembiasan gelombang (Refraksi) adalah perubahan arah gelombang karena perubahan kecepatannya ketika mencapai daerah dangkal.

Proses gelombang yang juga penting dalam proses perubahan morfologi pantai adalah proses gelombang pecah, dimana gelombang pecah dibagi menjadi 3, yaitu, Spilling, Plunging dan Surging yang dipengaruhi faktor kecuraman (slope) pantai, kedalaman perairan, tinggi gelombang dan panjang gelombang (periode gelombang).

Gelombang pecah tersebut mengakibatkan adanya arus sejajar garis pantai (longshore current) yang menjadi gaya utama pembawa angkutan sedimen sejajar garis pantai. Selain itu, arus yang berpengaruh pda proses pantai juga dapat dihasilkan dari arus pasang surut, arus dari debit sungai (muara) serta arus laut global (seperti ARLINDO).

Selain dari gelombang dan arus, proses perubahan morfologi pantai juga dipengaruhi oleh propertis sedimen (settling velocity, grain size, density). Ukuran sedimen (grain size, D50) merupakan salah satu

Proses transpor sedimen yang dipengaruhi oleh kombinasi gelombang dan arus dibedakan menjadi 3 jenis proses sedimen transport;

  1. 1 Transpor sedimen dasar

Transpor sedimen yang terjadi pada dasar perairan dengan proses jump, roll, slide

  1. 2.     Transpor sedimen tersuspensi

Proses transport sedimen berlangsung pada kolom air, dimana gelombang mengaduk sedimen pada kolom perairan.

  1. 3.     Total sedimen transport (dasar dan tersuspensi)

Merupakan transport sedimen yang sejajar dan tegak lurus garis pantai

Karakteristik transportasi sepanjang pantai menentukan perubahan pada morfologi pantai dalam jangka panjang (tahun atau decade) juga bervariasi dalam jangka pendek (variasi musim,topan dan badai).

Beberapa proyek yang dilakukan manusia berdampak pada perubahan morfologi pantai antara lain;

  • -        Coastal Structure

Pembuatan struktut pantai seperti groin atau breakwater Pelabuhan mengakibatkan terhentinya transport sedimen sejajar garis pantai alami karena terhalang struktur tersebut.

  • -        Offshore Structure

Contoh struktur lepas pantai yang juga mengakibatkan proses pantai adalah pembangikit listrik baik tenaga angin maupun arus laut. Sturktur turbin angin membuat terhambatnya angin yang menuju pantai yang juga berpengaruh pada tinggi gelombang. Struktur turbin arus laut, membuat hambatan arus tegak lurus pantai.

  • -        Sand Mining damping of disposal dredge

Penambangan pesisir berakibat pada berubahnya kedalaman perairan yang membuat energi gelombang yang seharusnya berkurang akibat interaksi dasar yang dangkal, berubah menjadi lebih besar karena kedalaman perairan yang semakin dalam. Sedangkan akibat dari pembuangan disposal dan pengerukan mengakibatkan pendangkalan pada perairan.

  • -        Interventions of river

Intervensi pada sungai dengan penambahan bangunan pada sungai berakibat pada suplai sedimen dari sungai baik bertambah besar atau kecilnya sedimen yang masuk ke area muara.