Sunday, June 26, 2016

Survey batimetri

Pemetaan batimetri adalah proses pemetaan kedalaman laut yang dinyatakan dalam angka kedalaman atau kontur kedalaman yang diukur terhadap datum vertikal. Batimetri (dari bahasa Yunani: berarti “kedalaman” dan “ukuran”) adalah ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensilantai samudra atau danau. Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan relief lantai atau dataran dengan garis-garis kontor (contour lines) yang disebut kontor kedalaman (depth contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi tambahan berupa informasi navigasi permukaan.

Alat yang digunakan dalam pemetaan batimetri adalah :

Echosounder Single Frequency, menggunakan frekuensi Tinggi saja (kedalaman hanya sampai lapisan paling atas dari tanah ) , artinya kedalaman tidak bisa menembus lumpur ( Contoh alat : Echosounder Hydrotrac ODOM ).
Echosounder Double Frequency, terdapat 2 frekuensi yang digunakan sekaligus, yaitu frekuensi tinggi ( untuk pengukuran kedalaman dasar laut teratas ) dan frekuensi rendah ( untuk pengukuran kedalaman dasar laut yang dapat menembus lumpur ), sehingga ada 2 data kedalaman sekaligus yang didapatkan.( Contoh alat : Echosounder MK III).

Spesifikasi alat survey pemetaan Bathimetri dan prinsip kerjanya

Echosounder : Peralatan echosounder digunakan untuk mendapatkan data kedalaman optimum mencakup seluruh kedalaman dalam area survei. Agar tujuan ini tercapai, alat echosounder dioperasikan sesuai dengan spesifikasi pabrik. Prosedur standar kalibrasi dilaksanakan dengan melakukan barcheck atau koreksi Sound Velocity Profile (SVP) untuk menentukan transmisi dan kecepatan rambat gelombang suara dalam air laut, dan juga untuk menentukan index error correction. Kalibrasi dilaksanakan minimal sebelum dan setelah dilaksanakan survei pada hari yang sama. Kalibrasi juga selalu dilaksanakan setelah adanya perbaikan apabila terjadi kerusakan alat selama periode survei. Pekerjaan survei Batimetri tidak boleh dilaksanakan pada keadaan ombak dengan ketinggian lebih dari 1,5m bila tanpa heave compensator, atau hingga 2,5m bila menggunakan heave compensator.
GPS Antena : Untuk mendapatkan data posisi koordinat
Tranducer : Alat yang memancarkan sinyal akustik ke dasar laut untuk data kedalaman
Laptop : Untuk pengoperasian yang mengintegrasikan GPS, tranducer, dan echosounder.

Data perekaman atau hasil kedalaman HARUS dikoreksi dengan kondisi pasang surut di area survey. Pengamatan pasang surut dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan Muka Surutan Peta (Chart Datum), memberikan koreksi untuk reduksi hasil survei Batimetri, juga untuk mendapatkan korelasi data dengan hasil pengamatan arus. Stasiun pasang surut dipasang di dekat/dalam kedua ujung koridor rencana jalur survey dan masing-masing diamati selama minimal 15 hari terus-menerus dan pengamatan pasang surut dilaksanakan selama pekerjaan survei berlangsung. Secepatnya setelah pemasangan, tide gauge/staff dilakukan pengikatan secara vertikal dengan metode levelling (sipat datar) ke titik kontrol di darat yang terdekat, sebelum pekerjaan survei dilaksanakan dan pada akhir pekerjaan survey dilakukan. Bentuk koreksi nilai pasang surut terhadap data batimetri adalah sebagai
berikut:

rt = (TWLt – (MSL + Zo))

Setelah itu menentukan nilai kedalaman sebenarnya

D = dT – rt

Keterangan :

rt : Reduksi (Koreksi) Pasut pada waktu t
TWLt : True Water Level pada waktu t
MSL : Mean Sea Level atau rerata tinggi permukaan laut
Zo : Kedalaman muka surutan di bawah MSL
dT : Kedalaman yang terukur transduser
D : Kedalaman sebenarnya

Bagaimana konsep pengukuran pasang surut?

Kenapa pasang surut bisa terjadi? Pasang surut dapat terjadi disebabkan oleh Gravitasi matahari, gravitasi bulan, gaya sentrifugal akibat rotasi bumi, dll. Walaupun bulan lebih kecil dari matahari, tetapi justru grafitasi bulan lah yang memberikan pengaruh lebih besar terhadap pasang surut di bumi dikarenakan jarak yang lebih dekat antara bumi ke bulan dibanding bumi ke matahari.

Kalau anda melihat pada gambar diatas, terdapat bermacam macam posisi kedalaman dari permukaan air laut. Contohnya ada MSL ( rata2 permukaan air laut ), CD ( surut terendah ), dll. Informasi posisi permukaan air laut sangatlah penting, terutama kedalaman MSL dipakai sebagai acuan ketinggian di daratan, dan CD untuk acuan kedalaman pada peta batimetri. Lalu “Bagaimana mendapatkan MSL dan CD??” Untuk mendapatkan nya, perlu dilakukan pengamatan pasang surut.. Untuk keperluan praktis cukup pengamatan selama 15 piantan ( 15 hari ) atau 29 piantan ( 30 hari ). Caranya bisa secara manual ( memakai rambu ukur yang ditaruh di pinggir laut kemudian dibaca manual tiap 30 menit ) , bisa juga secara otomatis ( menggunakan Pressure tide gauge, ataupun GPS tide gauge. Sehingga bacaan sudah terecord otomatis dan kita tingal mendownloadnya ). Lalu bacaan tersebut diolah menggunakan metode admiralty ( untuk pengamatan kurang dari 30 hari ), dan metode Least Square ( untuk pengamatan lebih dari 30 hari ). Sehingga didapatkan 9 parameter diantaranya M2, N2, S0 ( nilai MSL ), ZO ( selisih MSL terhadap CD ),dll. Untuk saat ini semuanya sudah bisa dilakukan software, kita tinggal menginputkan bacaan rambunya saja, dan 9 parameter sudah dihitung komputer secara otomatis, informasi MSL serta CD sudah langsung kita dapatkan.



Muhamad Baharudin Fahmi
Hidro-Oseanografi Surveyor
baharudinfahmi@yahoo.co.id
089676363990

0 comments:

Post a Comment