"Buku adalah jendela dunia"
kata - kata ajaib itu adalah salah satu dari yang biasanya ada di sampul buku kertas warna cokelat, dengan gambar anak sekolah (generasi siswa era90-an pasti tau). Salah satu kewajiban siswa (termasuk saya) saat itu adalah menyampul sendiri buku mereka agar terlihat rapi.. tapi ya namanya anak-anak dengan berbagai tipe. ada yang disampul malah gak karuan. tapi terserahlah.
Hari ini saya nulis bukan untuk nostalgia siswa era-90an. Tapi tentang arti salah satu tulisan di sampul itu dalam hidup saya. MEMBACA. Saya bukan seorang kutu buku yang berkaca mata tebal dengan terkancing rapi dari bawah sampai atas, rambut berponi dan hidung ingusan (mirip gambaran anak kutu buku di film2 kartun). Sebagai anak desa dengan sekolah yang sangat mewah (mepet sawah) yang kalau main kasti dan pukulan keras bisa homerun (mirip main baseball) karena yang jaga sibuk nyari bola yang masuk di antara padi yang sudah tumbuh sepanggul. Kalau istirahat bisa mancing ikan cuyu (yuyu) atau sekedar keperpustakaan... haha ciyee..
Namun dari situlah awalnya saya suka membaca, padahal diawal datang ke perpustakaan hanyalah untuk mengikuti trend. Sebagai anak kelas 3 SD yang sudah tidak ingusan tidak ada yang dibaca selain komik pahlawan super kucing (bukan Tom) yang melawan musuh-musuh penyerang kota. haha.. Rebutan untuk meminjam, kalau perlu disembunyakan biar yang lain tidak bisa pinjam.. hahaha..
Setelah masuk kelas 5, dengan pelajaran sejarah yang sangat enak didengar (karena gurunya seperti mendongeng) dan harus menghafal tahun - tahun kejadian sejarah, misal pendaratan jepang di indonesia tanggal 8 maret, pengeboman pearl harbour, perjanjian linggar jati dst.. fuihh. Tapi semuanya saat itu sangat menarik. Sehingga kelas bacaan ketika masuk perpustakaan sudah berbeda. Tema sejarah adalah favorit, Palagan Ambawara, Perang Paderi, Pattimura, Serangan Umum 1 maret, Bandung lautan api.
Kebiasaan membaca sudah berkurang sejak masuk kelas 6, maklum persiapan UN menghabiskan waktu bermain (Meskpiun saat UN malah belajar catur) dan tidak ada yang dibaca selain buku - buku pertanyaan ujian. Sampai - sampai hafal diluar kepala, lihat pilihan jawaban langsung tau soalnya apa. Hanya sesekali selingan membaca majalah Soccer, maklum selain baca, saya pernah menjadi seorang gila bola yang jam 2 malam begadang dan bersorak di depan TV.
Lanjut SMP, kebiasaan membaca tidak kunjung naik, hanya membaca majalah soccer hasil pinjam tetangga sebelah. Selain itu karena waktu SMP saya masuk sekolah siang, pagi ekstrakulikuler, malam belajar dan tidur. Tidak ada waktu untuk membaca. Namun semua berubah saat dunia api menyerang saat memasuki kelas 2, hidup kembali normal karena sekolah masuk pagi dan guru bahasa indonesia sangat top. Suruh nulis cerpen dan resensi buku. Walhasil akhirnya masuk perpustakaan bukan nyari buku, tapi baca koran BAB olah raga untuk memantau skor pertandingan. Tapi dari sinilah mulanya.. Saya terpaksa punya kartu pinjam perpustakaan karena teman saya bayar berlebih dan tidak ada kembalian, jadilah dia daftarkan saya meskipun awalnya nolak. Namun dari situlah kemudian saya sangat rajin pinjam buku. Buku pertama yang saya pinjam adalah "Dialog Ketuhanan Yesus' karangan K.H. Bahaudin Mudhory dari Madura yang mengisahkan dialognya dengan penganut katolik yang penasaran dengan islam. Buku yang ditulis secara runut tanya jawab pertemuan 3 malam tersebut.
Selain itu, saya juga punya kawan yang suka baca, menjadi anggota perpustakaan kabupaten. Mulailah kesenangan baca meningkat, kalau istirahat sekarang baca buku. Buku kontroversi sejarah nasional yang paling saya gemari, Kontroversi "kepahlawanan" Pak harto dan tuduhan perusakan sejarah nasional tentang serangan umum 1 maret adalah yang paling menarik. Sebab membuka pikiran saya tentang kebenaran sejarah nasional yang simpang siur. Kemudian sejarah kudeta berdarah PKI dan adanya indikasi kalau pak harto mendapat bantuan CIA dalam penumpasan PKI dan Konrtoversi SUPERSEMAR yang dijadikan alat "kudeta" dan adanya indikasi kalau Pak karno tanda tangan dibawah ancaman senjata.
Semakin lama, bacaan yang beragam mulai masuk. Sastra dan Agama adalah tema buku penting dalam bacaan saat SMA. Ketika novel Kang Abik dan Andrea Hirata meledak dipasaran adalah santapan lezat. Ayat - ayat cinta, KCB 1 dan 2, Dalam mihrab cinta, pudarnya pesona cleopatra adalah sederet karya kang abik yang menarik dibaca saat itu. Novel menggugah andrea hirata dalam tetralogi Laskar pelangi juga habis, tinggal buku ke 4 maryamah karpov yang belum (sampai hari ini). Untuk buku tema agama, lebih banyak dapat dari paman yang seorang pengurus ranting muhammadiyah yang berlangganan Al wa'ie Hizbut tahrir dan ikut ngaji di Majelis Tafsir Qur'an.
Jadilah tidak kaget dengan tema "khilafah" yang ketika saya masuk kampus mendapat tawaran - tawaran untuk gabung di dalamnya, karena semua dalil sudah dihabisi ketika ikut kajian hadits di majelis kajian hadist di Muhammadiyah. Selain itu juga berkenalan senior di SMA yang kuliah di UB, ITB dan ITS dan kampus sekitar Nganjuk. Jadilah semakin banyak aneka bacaan tema agama. Buku "agar bidadari cemburu padamu", "Nikmatnya pacaran setelah pernikahan" karya salim a fillah, kemudian seri majalah era muslim, serial cerita akta (cewek SMA) karya asmanadia, Buku panduan mentoring milik UPI, juga dari kawan - kawan SMA seperti la tahzan, pesona sholat subuh dll, selain juga buku tentang kontroversi amalan bid'ah masyarakat pada umunya. Tapi yang paling fenomenal adalah saya sudah pernah memegang buku "Rekayasa Lembaga Dakwah Kampus" yang saat di kampus ternyata semacam buku sakti dan menjadi rujukan.
Ternyata sintesa dari semua buku tersebut menyatu ketika masuk dunia kampus, semua yang anak - anak lain anggap ketika masuk kampus dan cerita pergerakan mahasiswa, saya udah pernah membacanya katam 2 kali ketika MABA.
namun, satu keyakinan yang pasti..
"sebanyak apapun yang kamu tahu saat ini, masih banyak hal yang tidak kamu ketahui"