Kita dan Semangat perjuangan kita
Malam ini sangat berbeda dari biasanya, meskipun kelelahan
sudah bertumpuk dipundak dari siang tadi. Namun, ada sesuatu yang ditunggu di
malam ini. Semua lelah seolah terhentikan merayat di tubuh ini. Malam ini,
secara langsung akan ada pidato dari Negarawan Muslim, Muhammad Natsir. Beliau
akan memaparkan penjelasan tentang orientasi perjungan bangsa ini yang sudah
mulai tidak kehilangan haluan. Semua orang pasti juga menantikan, bagaimana
penjelasan dari ulama negeri ini. Tentang hakikat perjuangan bangsa ke
depannya.
Semenjak terjadinya proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945
lalu, perjuangan bangsa ini belum pada titik terakhirnya. Sebab, setelah itu,
perjuangan bangsa ini tidak hanya di medan pertempuran saja. Namun, juga masuk
pada perjuangan politik pemerintahan. Semua pertempuran itu silih berganti
terjadi. Perang secara langsung pada front terdepan ataupun perjuangan dengan
perang secara bergerilya. Semua dilakukan oleh rakyat Indonesia hanya untuk
satu kata “MERDEKA”. Meskipun pasang surut perjuangan tidaklah dapat dihindari.
Menang, kalah. Menyenangkan ataupun memilukan.
“sudahkah tercapai oleh kita satu Negera yang merdeka dan
berdaulat, Negara kesatuan Republik Indonesia, berdasarkan ketuhanan Yang Maha
Esa, peri kemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilan social untuk
mewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan, perdamaian kemerdekaan dalam masyarakat
dan Negara Hukum Indonesia merdeka yang berdaulat sempurna ?, sebagaimana
termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sejenak ruangan hening, suara
menggelora dari radio menjadi tenang.
“sudahkah tercapai pula oleh Negara kita kedudukan yang
patut dan sapantasnya sebagai Negara yang berdaulat dalam berhubungan dan pergaulan dengan
bangsa-bangsa lain berdasarkan saling mengerti dan saling menghargai ?”. suara
itu meninggi lagi, menggambarkan emosi sang orator.
“maka, untuk itu saudara-saudara. Bahwa sesunguhnya
perjuangan kita yang bersifat total itu
adalah bahwa setelah pertikaian dengan dengan pihak lawan selesai, setelah
kemerdekaan dan kedaulatan kita raih,. Masih banyak pemuda-pemuda yang tidak
turut serta dalam mempertahankan kedaulatan dan hanya ongkang-ongkang kaki”.
Memang seperti itulah yang terjadi, justru setelah
kemerdekaan di proklamirkan kepada seluruh penjuru negeri. Semua rakyat merasa
bahwa perjuangan telah mencapai titik terakhir. Mereka tidak lagi terlibat
dalam perjuangan mempertahankan kedaulatan dan tidak pula ikut serta dalam
pekerjaan-pekerjaan produktif untuk membangun bangsa ini.
Banyak alas an mengapa mereka akhirnya tidak lagi mau
bergabung, turun angan langsung dalam proses membangun negeri ini;
1.
Ada dari mereka yang belum puas dengan hasil
perjuangan sekarang
2.
Ada juga diantara mereka yang akhirnya tidak
lagi turun karena dahulu bernah berselisih antar sesama
3.
Ada yang memisahkan diri dari masyarakat karena
adanya malah menjadikan kekacauan di masyarakat.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya perjuangan bangsa kita naik
pada satu tingkat, setelah kemerdekaan
berada dalam genggaman kita. Kita tidak lagi akan berjuangan memanggul
senjata menyisir gunung-gunung, kita tidak akan lagi langsung berada dalam font
peperangan. Tingkatan perjuangan bangsa ini tidak lagi menghendaki putera
terbaiknya harus meregang nyawa di medan laga. Perjugnan bangsa kita tidak
lagi menghendaki perjuangan dengan
meninggalkan keluarga dan masyarakat pada umumnya.
sehingga sudah satnya kita mengalihkan seluruh usaha kita, kalau dulu kita di medan laga. mari kita sekarang berjuangan ke medan jiwa, membangun bangsa.
Mari ber-sama bersanding-bahu, dengan tenaga tersusun menulis halaman baharu dalam riwajat Nusa dan Bangsa menudju kepada kebahagiaan lahir batin bagi segenap warga, sjrta diliputi keredaan Ilahi, Tuhan Jang Maha Esa. Buat jang demikian djalan telah terbuka. Pakailah kesempatan jang terbuka sekarang ini dengan tjara jang segera akan dimaklumkan. Demikianlah seman saja terhadap dua golongan jang saja sebut-kan tadi
Capita selecta jilid 2