#belajar “membaca” lebih
Setiap kita sudah bisa membaca dari kecil, dari SD bahkan
dari TK. Kita sudah hafal dan dan sangat lancar kalau urusan membaca. Tapi yang menjadi masalah adalah, kita hanya
sekedar membaca. Tak lebih dari mengeja tulisan yang terangkai dari huruf. Tak
ada makna yang masuk. Padahal membaca
tidak hanya mengeja tulisan, lebih dari itu. Dan kemampuan membaca dengan makna
luas itu tidak lah dimiliki oleh banyak orang. termasuk mahasiswa bahkan dosen.
Pagi masih memberikan kenikmatan bagi semua hamba yang terus
bersyukur. Pagi yang indah untuk memulai aktifitas. Ya, pagi di kampus
perjuangan selalu memberikan ke indahan setiap harinya. Tak terkecuali hari ini.
Sem ua orang memulai aktifitasnya, ibu-ibu yang seharinya menyapu halaman,
perawat taman yang sedang menata taman. Namun ada satu yang menarik, seorang
yang berseragam lengkap berdiri disamping rambu-rambu lalu lintas. Berdiri
dengan sikap istirahat.
Pagi itu, dengan semangat baru. Saya berjalan melintasi
bapak berdiri, mencoba menyapa dengan ramah. “selamat pagi pak, mari !”. Bapak
itupun membalas dengan dengan senyum ramah. “mari mas!”. Setelah berjalan
beberapa langkah meninggalkan bapak tersebut, saya tertarik untuk bertanya.
Pandangan saya melayang kea rah bapak tersebut, dalam pikiran saya, “Mengapa
Bapak berseragam lengkap berdiri di samping sebuah rambu lalu lintas ?”.
pertanyaan yang keluar dari mulut adalah “Pak, nunggu siapa ?”.
Apa yang kalian pikirkan dari jawaban bapak tersebut ?
sungguh di luar dugaan. Bapak itu mengatakan ”Tidak menunggu orang mas. Ini
jaga biar gak ada yang menerobos rambu-rambu lalu lintas. Kadang-kadang ada
yang menerobos”. Ini di kejadiannya di
kampus, bukan kampung. Masyarakat kampus yang intelektual pun seperti itu.
Seolah tidak bisa membaca rambu-rambu lalu lintas. Padahal punya SIM. Apakah
SIM nya hasil test atau beli ?.
Aneh kawan.. paradoks di Kampus ku. Meskipun masyarakat
intelektual, mereka melanggar peraturan kalau tidak ada yang menjaga. Mereka
seolah tidak bisa membaca rambu-rambu dan mental budak yang hanya taat
peraturan jika ada majikan yang mengawasi. Bukan hanya mahasiswa yang
melakukannya, dosen pun tidak mau kalah untuk ikut melanggar.
Lucunya Negeri iku,
masyarakat intelektual pun tidak intelek menyikapinya..
Semoga saya bukan termasuk orang-orang melanggar peraturan
itu, begitupun juga dengan anda/
0 comments:
Post a Comment