Apapun Yang terjadi Kita Tetap Melingkar
Sejenak
teringat apa yang pernah dipesankan oleh sang imam dalam sebuah surat kepada
para jama’ahnya. Sebuah pesan sangat penting yang menjadi ruh dalam setiap
aktivitas perjuangan ketika beliau masih hidup dan ketika beliau sudah tidak
berada diantara para jama’ahnya. Dalam pesan tersebut sang imam mengingatkan
kembali akan pentingnya aktivitas ini dalam rangka membangun peradaban.
Aktivitas yang meneguhkan yang beliau sebut dengan Usrah. Sang imam itu adalah
Hasan Albanna, begitu orang menyebutnya. Pesan-pesan beliau kemudian diabadikan
dalam buku Majmaturrasail atau kita lebih familiar dengan nama Risalah
Pergerakan.
Islam menekankan
perlunya pembentukan usar (usrah-usrah) dari pengikut-pengikutnya, yang dapat
membimbing mereka kepada puncak keteladanan, mengokohkan ikatan hatinya, dan
mengangkat derajat ukhuwahnya; dari kata-kata dan teori menuju realita dan amal
nyata. Karena itu -wahai saudaraku- usahakan agar dirimu menjadi batu bata yang
baik bagi bangunan (Islam) ini. Sedangkan pilar-pilar ikatan ini ada tiga;
hafalkan dan usahakan untuk mewujudkannya, sehingga ia tidak hanya menjadi
beban berat yang kering tanpa ruh.
Begitu
pentingnya usrah bagi gerakan dakwah ini, sehingga seolah-olah beliau
memesankan kepada semua jama’ahnya untuk tetap dalam lingkaran peradaban.
Menjadi salah satu dari batu bata yang baik dalam bangunan peradaban islam.
Aktivitas usrah yang mengubah teori-teori yang ada diangan-angan menjadi
realita dan amal nyata. Bahwa aktivitas ini bukan hanya menghimpun kebaikan,
tetapi juga menyebar dan mendistribusikan segala kebaikan. Sehingga aktivitas
ini bukanlah aktivitas kosong tanpa makna, tetapi aktivitas yang membimbing
untuk menjadi teladan bagi sekitar, pelopor dalam setiap kebaikan dan amal.
Serta aktivitas ini mengokohkan ukhuwah dan mempertautkan hati satu dengan yang
lain.
Sebab
Aktivitas dakwah ini bukan hanya mendistribusikan tanpa memproduksi. Kalau saja
setiap aktivis itu hanya memberi tanpa mengisi, maka tak akan pernah lama dia
akan bertahan dalam perjalan nan panjang ini. ibarat lilin yang memberikan
cahaya dalam kegelapan, hingga akhirnya ia padam dan hilang dengan sendirinya.
Maka, usrah adalah proses mengisi. Memberikan nutrisi pada diri dengan setiap
taujihat dari sisi Illahi. Sebab aktivitas kita adalah Dakwah dan Tarbiyah, dua
sisi yang tidak akan pernah dapat dipisahkan. Jika salah satu hilang, maka
robohlah semua bangunan. Maka tidak akan ada seorang aktivis dakwah tanpa
kemudian dirinya melakukan tarbiyah. Baik secara jama’ah atau sendiri.
Sebab
hakikat dari tarbiyah, seperti yang pernah disampaikan oleh Ustadz Rahmat
Abdullah dalam buku Untuk mu Kader Dakwah
.
“Makna tarbiah itu
sendiri adalah mengharuskan seseorang lebih berdaya, bukan terus-menerus
menempel dan tergantung pada orang lain. Meskipun kebersamaan itu merupakan
sesuatu yang baik tapi ada saatnya kita tidak dapat bersama, demikiansunahnya”
Kemudian
beliau lanjutkan
“Ummat yang terbaik
bukan untuk disem-bunyikan tapi untuk ditampilkan kepada seluruh ummat manusia.
Inilah sesuatu yang sangat perlu kita jaga dan perhatikan. Kita semua beramal
tapi tidak larut dalam kesendirian. Hendaklah
ketika sendiri kita selalu mendapat cahaya dan menjadi cahaya yang menyinari
lingkungan sekitarnya.”
Imam
Syahid Hasan Al Banna, "Antum ruhun jadidah tarsi fi ja-sadil ummah".
Kamu adalah ruh baru, kamu adalah jiwa baru yang mengalir ditubuh ummat, yang
menghidupkan tubuh yang mati itu dengan Al-Qur’an.
Maka
setelah ini, tidak ada lagi ceritanya seorang kader tidak lagi melingkar dalam
cahaya keberkahan majelis usrah. Tempat mengingat Allah, tempat mencari ruh
yang hilang dalam aktivitas perjuangan, memperkuat barisan dan mengokohkan
pergerakan. Sebab, kitalah harapan ditengah keputus asaan peradaban. Karena
kita adalah cahaya ditengah kegelapan. Oleh karena tugas Dakwah membangun
peradaban, maka kitalah pilar-pilar yang menjadi penegak setiap banguannya.
Sehingga kita wajib menjadi salah satu tiang yang kokoh dalam menyangga
peradaban islam ini. hingga setiap perjuangan kita diwarisi oleh para generasi
penerus kita.
Seperti
yang pernah disampaikan oleh Ustadz Rahmat Abdullah,
Disanalah kita
mentarbiah diri sendiri dan generasi mendatang. Inilah sebagian pelipur
kesedihan ummat yang berkepanjangan, dengan munculnya generasi baru. Generasi
yang siap memikul beban da’wah dan menegakan Islam. Inilah harapan barubagi
masa depan yang lebih gemilang, dibawah naungan Alqur-an dan cahaya Islam rahmatan
lil alamin.
Waullahu’alam
Refrensi
-
Majmaturrasail
karya Hasan Albanna
-
Untuk
mu Kader Dakwah karya Rahmat Abdullah
0 comments:
Post a Comment