Masih
sering kita mendengar cibiran ketika ada sebagaian orang menyeru atau mengajak
muslim di Indonesia untuk sedikit peduli dengan masyarakat muslim di Negeri
Palestina. Tentu kita sudah tahu
bagaimana kejadian yang sebenarnya ada di sana, masyarakat muslim dibantai dan
diusir dari rumah mereka dan tanah kelahiran mereka. sama seperti Negara ini mengalami pendiritaan dalam cengkraman penjajahan.
Mungkin
kita perlu lagi membaca sejarah Nusantara, sebelum nama Indonesia itu ada. Mari
membaca sejarah kembali, saat wilayah Nusantara masih banyak kerajaan hindu dan
budha. Saat Islam mulai berkembang di Tanah Jawa dengan peran WaliSongo sebagai
Da’I yang santun dan bersahabat dengan masyarakat. Salah satu dari Sembilan wali
itu adalah sunan Kudus. Kita perlu
meninjau lagi kalau masih percaya dengan teori islam yang mengatakan islam
masuk dengan pedagang Gujarat. Bahwa Sali songo bukanlah seorang yang pedang
nyambi dakwah. Tetapi seorang da’I yang memang menebarkan islam dan mendekati
masyarakat dengan perdagangan. WaliSongo sesungguhnya tidak berjumlah Sembilan,
lebih dari itu. tetapi keberadaan mereka silih berganti, ketika ada wali yang
kembali ke kampong halaman. Pasti akan datang pengganti hingga jumlahnya tetap Sembilan.
Salah
satu walisongo adalah sunan kudus atau nama alsinya Sayyid Ja'far Shadiq Azmatkhan, merupakan putra dari Sunan
Ngundung atau Sayyid Utsman Haji dengan Syarifah Dewi Rahil putri Sunan Bonang.
Ayah dari Sunan Kudus adalah putra dari seorang sultan di Palestina bernama Sayyid
Fadhal Ali Murtazha. Sunan Kudus yang mempunyai darah Palestina menuntut ilmu
agama ke Mekkah dan sempat singgah di daerah asal kakeknya, Palestina.
Kerinduan yang mendalam dengan daerah palestina dan masjid Al-Aqsha ketika berada
di wilayah Nusantara sangat mendalam. Sehingga ketika kemudian mendirikan
masjid di daerah dakwahnya kota yang sekarang kita kenal dengan kudus, beliau
mendirikan masjid kudus dengan nama Masjid Al-Aqsha yang konon dibangun dengan menggunakan batu Baitul Maqdis dari Palestina sebagai batu pertama. Kata kudus pun
merupakan kata yang berasal dari kota Al-Quds Palestina.
Membaca
sejarah nusantara dan islam yang berkembangan di Indonesia, sesungguhnya kita
tidak bisa melewatkan sejarah tentang dakwah sunan kudus, Seorang da’I dari
Palestina. Maka, sangat erat kaitannya islam yang berada di Nusantara ini
dengan Palestina. Tentu bukan hal berlebihan ketika kita harus mengatakan
sejarah kemerdekaan bangsa inipun juga tidak pernah lepas dari Palestina.
Ketika Negara berdaulat harus mendapat pengakuan eksistensinya, Maka Palestina
adalah Negara yang mengakui eksistensi Negara yang bernama Indonesia yang baru
di Proklamasikan. Tentu hal itu tidak lepas dari ikatan ukhuwah Islamiyah,
persaudaraan muslim palestina yang memandang Negara Indonesia sebagai Negara para
ulama dan muslim mayoritas.
Maka,
sangat aneh kalau kita masih nyinyir dengan sebagian muslim yang menyampaikan
perlunya kita berperan dalam membela kemerdekaan Palestina. Apalagi dengan
alasan urusan rumah tangga negeri ini masih banyak. Tentu kita perlu
mempertanyakan kepada mereka yang mencibir seperti itu, bukankah dulu ketika
Palestina mengakui kemerdekaan Indonesia mereka sudah dalam masa perang dengan
zionis yang akan mendirikan Negara Israel Raya?. Mungkin kita harus merenungkan
kembali, bahwa tidak sempurna iman seorang muslim hingga ia mencintai
saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.
0 comments:
Post a Comment