secangkir kopi semangat di Puncak 2300 dpl |
17 Agustus 2013
Muncak-muncak.....
Teriak semangat pagi ini menyambut keberangkatan menuju puncak
limas, terakhir muncak ke limas adalah 4 tahun yang lalu. Tepat pada 17 Agustus
2009, mengikuti upacara bersama MAPALA (Masyarakat Pecinta Alam). ketika itu
diajak bersama teman-teman Pecinta Alam SMADA (Bayu ArcaPada). Hari ini
ingin mengulangi memorian 4 tahun silam. Upacara 17 Agustus di puncak 2300 dpl,
sebulum anak-anak pada heboh dan terobsesi dengan film 5 cm. bersama
mendaki dengan kawan – kawan dekat.
Tapi obsesi muncak kali ini sudah beda, bukan untuk upacara yang
mengharukan di puncak atau menirukan film 5 cm. Obsesi muncak kali ini adalah memetik
bunga yang katanya “abadi”, Bunga Edelweis. Setelah menonton salah satu acara
menjelajah tempat wisata dan dapat informasi kalau bunga edelweiss mekar an
berkembang pada bulan agustus-september, musim kemarau. Obsesi kali ini semakin
besar ketika melihat bunga edelweis yang 4 tahun lalu ku petik akhirnya rusak
dan berdebu. Kumal dan sudah hilang keindahannya.
Berawal dari guyonan untuk muncak pada saat leberan H+2, akhirnya
berangkat juga. SMS sana-sini mengajak kawan-kawan lain agar semakin banyak
yang berangkat muncak, namun H-2 baru 4 orang yang fix berangkat. Apapun yang
terjadi harus berangkat, dengan keyakinan banyak orang yang akan ke puncak
seperti halnya 4 tahun lalu. Bismillah berangkat… melihat pengalaman yang sudah-sudah, biasanya
setiap 17 agustus semua pecinta alam SMA akan pergi ke puncak maka untuk
kendaraan tidak perlu dibingungkan lagi. Setelah SMS sana sini mencari
informasi untuk mencari tumpangan pergi ke roro kuning, start menuju puncak
limas. Akhirnya usaha keras itu berujung pada kepusingan sesudahnya, tidak ada
anak-anak SMA yang naik pada tanggal 16 Agustus untuk Upacara. Karena mereka
dimarahi kepala sekolah untuk upacara di
sekolah saja. Tidak upacara di puncak limas.
Kendaraan masih kurang !!!
H-1hari sampai H-1 jam keberangkatan, kendaraan untuk ke tempat
start tidak kurang, kami yang berangkat Saya, tiga bersaudara (arif ardiansyah,
saiful, irfan), dua bersaudara (Tegar A dan Audi serta mantan ketua PALA SMADA
si Wahyu. Kendaraan yang ada adalah milik Tegar, tiga bersaudara masih bingung
kendaraan akhirnya mendapat pinjaman motor dari si Tegar dan Wahyu juga membawa
motor sendiri. Sudah Pas.. dan Aku sendiri???? Tidak ada motor untuk kesana,
huaa…huaaa….. Akhirnya minta tolong kakak untuk ke roro kuning, jauh juga
sihh.. akhirnya tanggal 16 agustus tepat setelah sholat jum’at berangkat…..
arah roro kuning |
Puncak Limas (tengah) |
Jarkom Perlengkapan sudah terkirim, dan hanya sedikit perlengkapan
yang ku bawa dari jarkom perlengkapan yang tak jarkomkan sendiri.. Hee…he… bagi
ku yang tidak bileh ketinggalan adalah satu kaleng biscuit kosong untuk wadah
bunga edelweiss yang nanti ku petik. (maaf para pecinta alam.. aku bukan
pecinta alam). Nasi ? bawa ajalah.. satu bungkus untuk nanti malam juga belum
basi.. bukan mendaki, tapi Cuma camping..
Semua siap.. ayo berangkat…..
*****
Jam 14.53. Gerbang Roro Kuning
Huuuuhhh akhirnya sampai juga di gerbang roro kuning, ketika mau
masuk dan masih di Loket kemudian ditanya sama penjaganya.
“mas mau kemana ?”, Tanya bapak penjaga
“Mau ke puncak Pak”.
“Mana surat izinnya ?”, lanjut bapak tersebut.
“ha..?” bingung mau jawab bagaimana. Biasanya kalau muncak itu
izinnya langsung di tempat, karena di pos awal ada base camp ada pos untuk
pendaftaran, tapi beda kalau ke puncak
limas. Harus izinnya ke Perhutani yang kantornya tidak di start mendaki tapi ke
daerah Pace. (tips kawan, karena ada yang muncak tidak pakai surat tapi boleh
dengan mengucakkan kata kunci “freelancer”).
Tapi jangan coba-coba dehh dari pada gak boleh naikk..
Hari sebelumnya tegar Tanya bagaimana dengan surat izinnya. Dengan
refrensi dari beberapa teman yang biasa naik. Gak pakai izin juga gak apa..
jadi dengan tenang ku jawab, tidak pakai surat izin juga gak apa.. dan sekarang diinterogasi tentang surat izin.
Huuhh… bero’a saja anak itu bawa surat izinnya dan tidak terpengaruh dengan
saran ku..
Sambil menunggu si tegar dan kelompok datang, coba masuk gerbang. Ehh
ada juga yang mau muncak. Cewek dan cowok. Kelihatannya sepasang kekasih..
cowok tinggi, lumayan kekar dan si cewek yang salah kostum kayanknya. Bayangkan
kawan.. naik ke puncak dengan celana pendek, tas ukuran tas sekolah, kaos
pendek, bedak tebal. Ohh, mungkin sudah professional cewek ini, karena biasanya
pendaki professional itu sedikit bekal sampai atas..
Bla..bla… kenalan akhirnya ku tahu nama cowok dan cewek itu. Si cewek
bernama wulan, dan cowok itu bernama agus. Ternyata adik kakak. Si adek ini
rela-relain ambil cuti dari kerjanya di pasuruhan hanya untuk muncak ke limas. Dan
si kakak ini juga rela-rela ikut muncak karena sama orang tuanya disuruh
menemani adeknya muncak. Maklum ternyata si kakak dulu juga pecinta alam yang
suka muncak ke limas. Mereka asyik meneguk minuman penambah energy sebelum
muncak.
“Mas, dewean ?”
“teko PA ndi ?”, PA (pecinta alam), jangan di artikan yang lain.
“enggak mbak, Cuma sama kawan-kawan SMA”, jawab ku mendapat
pertanyaan dari mbak wulan.
“iki aku nunggu konco ku sek lagi budhal”,
“bareng yo, mosok aku ngko dewean!”, mbak tersebut masih terus
menengguk minuman pemacu kerja jantung
“wes suwe aku gak munggah kene, jarene jalur pendakiane enek sing ketutupan
longsor”, mbak itu bersemangat sekali.
“lha ku yo wes suwe gak munggah mbak. Terakhir 2009 wingi”,
“y owes, pokoke bareng ae yoo”
Masih binggung mau jawab apa. kalau jawab iya, ya masak harus
muncak sama cewek. Aduhh
Akhirnya tegar dan kawan-kawan datang membawa surat izin, padahal
dari tadi mau sms gak bisa-bisa masih cari sinyal untuk Tanya jadi bawa surat
atau gak.. kalau gak akan lweat sungai untuk muncaknya..
Setelah parkir dirumah warga sekitar.. bismillah ayo berangkat..
Tapi sholat ashar dulu kawan..
Bersambung…
0 comments:
Post a Comment