Kalau kita sering mengamati
media-media dalam mengangkat berita atau kejadian, kita akan menemukan sebuah
pola. Sebuah pola eperti halnya gerak parabola bila anda melemparkan bola
dengan sudut 45 derajat. Mulai dari nol sampai nanti pada kecepatan tertinggi
dan titik tertinggi, kemudian turun pada kecepatan terndah dan berhenti.
Seperti itulah selama ini, tidak hanya pada media-media mainstream. Namun juga
halnya pada media-media islam yang seharusnya konsisten dalam mengawal
kejadian, apalagi jika hal itu berkaitan dengan kepentingan umat muslim.
Seharusnya tetap memberikan informasi
terbaru dalam rangka membangun pola pikir masyarakat tentang sebuah berita atau
isu yang sedang menyebar di media maya ataupun cetak yang beredar.
Selain dari media-media islam, jejaring
social juga memberikan andil dalam menyebarkan berita kepada masyarakat.
Seperti halnya dulu, warung menjadi pusat penyebaran segala berita dan
informasi dari berbagai sumber . sekarang ini jejaring social menjadi salah
satu cara efektif dalam menyebarkan berita, isu dan informasi kepada khalayak
ramai hanya dengan memberikan link berita, membuat tulisan tentang isu dan
lainnya. Namun sekali lagi, semua itu sama. Membentuk pola gerakan lemparan
bola dengan lintasan parabolanya. Naik, titik tertinggi, jatuh dan hilang.
Dunia nyata juga tak kalah
pentingnya dalam memberikan pencerdasan setiap berita dan isu yang terjadi di
Masyarakat. Tidak semua orang memiliki jejaring social dan mungkin tidak sempat
untuk mengaksesnya. Maka dengan aksi berkumpulnya banyak massa itu, masyarakat
akan memberikan perhatian dan tersadar akan isu yang diangkat. Seruan
mereka mungkin tidak terdengar utuh oleh
pengguna jalan yang lewat, dengan menyebarkan flyer-fleyer itulah pencerdasan
dan penyampain maksud itu terkomunikasikan dengan baik.
Kita ambil contoh dari kejadian
yang pernah ada dan sempat booming. Masih ingat dengan rencana kedatangan lady
Gaga “satanic girl” pernah menghobohkan media massa negeri ini. Baik media pro
dan kontra saling “bertikai” memberikan berita, opini dan data tentang si Lady
Gaga. Media mainstream yang pro akan kedatangan penyanyi ini mengeluarkan opini
tentang baik tentang sosok lady gaga. Maka beberapa detik kemudian atau bahkan
diwaktu yang sama media kontra langsung mengeluarkan opini, data akan keburukan
dan dampak dari kedataangan si “monster” tersebut.
Jejaring social juga tak kalah
serunya, semua aktivis islam dan orang-orang yang kontra dengan kedatangan lady
gaga langsung mengeluarkan opini disetiap tulisan mereka dijejaring social.
Kadang juga dengan memberikan link media islam rujukan untuk menguatkan opini
tersebut. Setiap ada yang pro dengan lady gaga mengeluarkan opini tentang
dukungannya dalam grup social media, maka pada saat itu juga semua orang yang
kontra akan langsung membalas lewat komentar yang “menghabisi”. Bukan satu
orang atau dua orang, tetapi semuanya terencana dengan matang bukan asal-asalan.
Di dunia Nyata, semua orang
bergerak menyusun langkah merapatkan barisan untuk menolak kedatangan Si Lady
Gaga. Semua ormas islam, pemuda islam, MUI, Muhammadiyah, Aisyiah dan lain-lain
bersama-sama melakukan aksi besar-besaran di Bundaran Hotel Indoneisa. Setelah
itu supporter Persija, the Jack mania bersama komunitas pank muslim, underground
tauhid semua menggelar aksi penolakan. Hingga kemudaian aksi-aksi tersebut
diikuti oleh berbagai daerah, semua ormas turun ke jalan melakukan aksi damai
menolak kedatangan lady gaga.
Sudah apa yang terjadi dengan
rencana kedatangan dan konser Lady Gaga ?. GAGAL. Penyanyi yang sering tampil
dengan pakaian yang menampilkan tubuhnya itu gagal. Aksi-aksi penolakan
tersebut berhasil mengagalkannya. Ini adalah kemenangan media, kemenangan dalam
memberikan informasi dan opini dalam rencana kedatangan lady gaga berhasil.
Sempurna.
Sekarang coba kita amati pola
media dalam menyuarakan suaranya tentang Lady gaga ini dengan isu-isu lain,
misal pembantaian muslim di rohingnya. Trend pola pengawalan isu tentang Lady
gaga lebih konsisten, seperti halnya gerak lurus peluru. “Pertikaian” opini di
media massa setiap hari ada, tulisan-tulisan tersebar luas dimana-mana.
Bandingkan dengan pengawalan media baik islam maupun mainstream dalam konfil
dan pembantaian muslim Rohingnya. Keluar berita, tersebar hingga naik pada
puncak tertinggi, banyak poster bertulisan “save rohingnya” menjadi profil
picture di jejaring social facebook. Namun satu minggu atau maksimal satu bulan
kemudian, isu itu hilang seolah rohingnya sudah selesai, aman dan damai.
Padahal tidak demikian dengan halnya yang terjadi di lapangan sesungguhnya.
Banyak pelajaran yang dapat kita
ambil dalam hal ini, Pertama adalah soal
konsistensi. Perjuangan kita dalam membela saudara-saudara muslim lain,
minimal dengan harta dan memberikan informasi kepada khalayak ramai perlu
konsistensi. Bahwa dalam menyuarakan amar ma’ruf nahi munkar perlu adanya
konsistensi dalam mengawal isu yang ada. Sehingga isu itu terus muncul
memberikan efek salju yang sangat besar efeknya di kemudian hari. Kita tidak
ikut menjadi orang yang latah terombang-ambing oleh banyak isu dan berita
tanpa. Kalau misal pecan ini kita menyoroti isu A, pecan depan isu B, depannya
lagi isu C. Bagus sebenarnya, namun orang diluar sana akan menanyakan kepada
kita, “Bagaimana isu A kemarin akhirnya, yang B sudah selesai ?”, tentu ada
banyak orang yang akan bertanya tentang hal yang sama dengan nada yang berbeda.
Kedua, mengorganisir massa di media. Sudah barang tentu dalam
mengawal atau memblow up isu, kita tidak akan diperhatikan orang jika hanya
sendiri berteriak. Perlu banyak orang untuk meneriakan hal yang sama dalam satu
waktu dari tempat yang berbeda. Hal itu akan lebih menarik untuk diperhatikan
oleh banyak orang. Kesan yang dibuat seakan-akan isu tersebut akan menjadi
masalah besar mudah diciptakan. Kalau pernah menonton film “Republik Tweeter”,
pasti anda akan tau tentang efek organisir massa dalam memblow up atau mengawal
isu tersebut. Pada Film tersebut digambarkan bagaimana agar nama satu orang
tersebut seolah penting dan besar denan hanya dibicarakan oleh banyak orang.
Kalau kita mampu mengorganisir massa dengan menyeragamkan isu dan topic bahasan
isu yang akan kita angkat, hal itu lebih menarik. Kemanapun orang melihat,
pasti bertemu dengan berita yang sama
dan pasti akan tertarik untuk membacanyanya.
Semoga dengan semakin besar
media-media mainstream yang menjadi musuh islam beserta media-media nya.
Setidaknya kita bisa membantu menjatuhkan raksasa media yang menyerukan
kemunkaran. Setiap kita membuat tulisan dan setiap kita mampu mengelola opini
public, maka ssbuah keniscayaan tentang tumbangnya media mainstream musuh
islam. Sekarang tinggal kita buktikan tentang keistiqomahan dalam dakwah ini,
serta barisan yang semakin kokoh bergerak bersama dalam rangka mengembalikan
lagi izzah islam wal muslimin
0 comments:
Post a Comment